Orang tua yang bercerai, keluarga yang berantakan, cinta yang menyakitkan di masa lalu sampai meninggalkan trauma yang mendalam, membuatnya tumbuh menjadi gadis yang nakal, suka membangkang, sering mabuk-mabukan, dan mengikuti balap liar. Sering kali dia ingin menyerah atas hidupnya, tetapi dia tidak senekat itu untuk mengakhiri nyawanya sendiri.
Marsya hanya sering menyakiti dirinya sendiri seperti menyayat lengannya, hanya untuk menyamarkan rasa sakit di hatinya.
Setelah lelah hidup di lingkungan yang menurutnya berantakan, ia memutuskan untuk pulang ke kota kelahirannya, menempati rumah mendiang neneknya,
akankah setelah merantau kehidupan Marsya akan membaik dan bisa melupakan traumanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan
Hari yang di tunggu-tunggu telah tiba, Mama Wulan sudah menyelesaikan membuat kuenya malam tadi, saat ini semua orang di rumah peninggalan nenek Marsya sedang sibuk bersiap untuk mengantar pengantin pria ke kediaman pengantin wanita. Marsya sibuk mendandani Mama Wulan, juga Oriza, setelahnya baru dia mendandani dirinya sendiri.
Semua orang telah rapih, kini mereka menuju kediaman pengantin wanita.
Hanya butuh waktu kurang lebih 10 menit saja untuk sampai di kediaman pengantin wanita, setelah sampai mereka turun dari kendaraan masing-masing, dan membawa kotak hantaran satu persatu.
Serangkaian acara adat pernikahan pun dilaksanakan, menyerahkan kotak hantaran, ijab kabul, hingga makan hidangan prasmanan, terlihat senyum yang tak pernah luntur dari A'Rian dan pengantinnya yang bernama Melinda menandakan ini adalah hari yang sangat bahagia bagi mereka.
Merasa list acara sudah selesai tinggal penerimaan tamu resepsi saja, Marsya dan keluarganya yang lain memutuskan untuk pulang dan beristirahat karena hari-hari sebelumnya mereka terus bergadang untuk menyiapkan pesta pernikahan Rian.
2 hari setelah pernikahannya A'Rian memboyong istrinya Melinda untuk tinggal bersama di rumah peninggalan nenek, dan menempati salah satu kamar yang ada di rumah neneknya itu.
*****
Hari ini adalah hari kepulangan Mama Wulan dan Oriza ke desa T. Sedari pagi mereka sudah bersiap, Mama Wulan terlihat enggan meninggalkan kota kelahirannya, tetapi dia terpaksa pulang karena Oriza masih harus menempuh pendidikannya di desa T.
"mau pulang sekarang Lan?" tanya Wa Lilis kepada Mama Wulan.
"iya wa" jawab Mama Wulan singkat karena sedang meniup-niup kopi hitamnya yang baru saja dibuat.
"udah tinggal disini lagi aja atuh kalo udah pisah sama Erwin mah, daripada tinggal berdua dirumah tengah sawah jauh dari mana-mana, jauh dari tetangga, takut ada orang jahat" ucap Wa Lilis.
"maunya juga gitu wa, tapi kan Oriza masih sekolah, tanggung"
"iya sih, yaudah hati-hati aja disana, kalau ada apa-apa kabarin sama yang disini" ucap Wa Lilis lalu menyeruput kopi hitam milik Mama Wulan.
"Kak bangun, mau ikut pulang sekarang apa gimana?" ucap Oriza sambil mengguncang tubuh kakaknya yang masih nyaman di alam mimpi.
Marsya memang tidak memberitahukan pada Mama Wulan dan Oriza perihal dirinya yang akan tinggal dan mencari pekerjaan di Bandung.
"eungggg" Marsya tidak menjawab ucapan adiknya, dia menggeliatkan tubuhnya sambil menguap.
"ayoo cepet siap-siap kita pulang" ucap Oriza lagi sambil memperhatikan kakaknya.
Marsya pun beranjak dari kasurnya lalu berjalan menuju paviliun rumah tempat dimana para orang tua sibuk bercengkrama, Oriza mengekorinya di belakang.
Marsya mendudukkan dirinya di samping Mama Wulan.
"ayok siap-siap kak kita pulang, jangan tidur lagi" ucap Mama Wulan sambil menyenggol tubuh Marsya yang mulai memejamkan matanya lagi sambil terduduk.
"ah Mama sama Oriza pulang duluan aja deh, Marsya masih mau disini, nanti Marsya pulang sendiri aja" jawabnya.
"udah Marsya tinggal disini aja lah, udah lulus kan?" ucap Wa Eli yang sedang memotong sayuran untuk sarapan.
"iyaa tinggal disini aja kalo udah lulus sekolah mah, cari kerja disini, tuh ngelamar kerja ke tempat Melinda, lagi ada loker" ucap A'Rian yang baru saja bergabung.
"bener a ada loker?" ucap Marsya dengan mata berbinar karena memang tujuannya ke Bandung adalah untuk mencari pekerjaan, untuk menghidupi dirinya.
"iya bener, coba bikin lamaran, nanti berangkat bareng sama Melinda" ucapnya lagi.
"yaudah Ma Marsya disini dulu aja, Marsya mau coba kerja disini" ucapnya kepada Mama Wulan.
"yaudah berarti mama pulang berdua aja sama Oriza"
"iya"
Setelah sarapan, Mama Wulan dan Oriza pun berpamitan kepada semua orang untuk pulang ke desa T, sedangkan Marsya mulai sibuk untuk mempersiapkan berkas lamaran pekerjaan, tetapi ternyata tukang fotocopy di daerahnya belum ada yang buka karena masih terlalu pagi.
"A, kayaknya gabisa masukin lamaran hari ini deh" ucap Marsya kepada Kakak sepupunya.
"emang kenapa?"
"belum nyiapin berkasnya, tukang fotocopy belum pada buka, belum nulis lamaran sama cetak fotonya juga" ucap Marsya
"yaudah besok aja Sya, teteh udah bilang kok ke temen yang punya tenan di tempat kerja teteh, dia emang butuh pekerja jadi gapapa masukin lamaran besok juga, soalnya teteh bilang kamu baru dateng dari Jakarta jadi butuh istirahat" ucap Teh Melinda yang sudah bersiap akan berangkat kerja.
"wah the power of orang dalam hehe, makasih ya teh" jawab Marsya sambil tersenyum lebar.
*****
Marsya memasak air, dia ingin membersihkan tubuhnya tapi suhu airnya terlalu dingin, terkena udara Bandung saja dirinya sudah bentol-bentol karena alergi, apalagi kalau dirinya memaksakan mandi menggunakan air dingin, jadi dia memutuskan memasak air dan mandi dengan air hangat.
Setelah mandi Marsya bergegas menuju tukang fotocopy untuk membeli alat tulis dan perlengkapan untuk menulis lamaran, tak lupa ia juga mencetak foto untuk melengkapi berkas lamaran pekerjaannya.
'hahhhh nulis lamaran udah, hari masih panjang, ngapain lagi ya'
Marsya beranjak dari duduknya, menyambar hoodie hitam miliknya, membawa sebuah novel berjudul Aphrodite, lalu mengantongi dompet dan ponsel sungsang galaxy young pemberian papa Erwin. Memang setelah Marsya memutuskan pertunangannya dengan Kalingga secara sepihak, Marsya sempat meminta ponsel kepada papa Erwin dan kebetulan om nya menjual ponsel miliknya, jadi papa Erwin membelinya untuk Marsya.
'daripada bt mending gua jalan-jalan aja mengenang masa kecil'
"Wa, Marsya mau jalan-jalan dulu ya sebentar" ucap Marsya
"mau jalan-jalan kemana Sya? Tanya Wa Eli yang sedang mencuci piring.
"mau ke taman aja wa, ke sekolah SD juga mungkin, mau beli gecom (tahu yang di isi oleh oncom)" jawab Marsya
"iya atuh"
Marsya berjalan kaki menuju taman dekat rumah peninggalan neneknya. Taman itu berada di tengah komplek perumahan elit. Marsya sering mengunjungi taman tersebut saat dirinya sekolah di SMP. Marsya sempat bersekolah di SMP dekat rumah neneknya selama 1 tahun, dan saat naik ke kelas 8 dirinya memilih pindah sekolah ke daerah Jakarta, ikut dengan orang tuanya.
Marsya memperhatikan taman yang sudah dekat, ada 2 saung berhadapan dan tempat duduk dari besi di tengahnya. Satu saung berisi beberapa murid sekolah dengan seragam putih-abu. Di sebrang taman ada sebuah warung, Marsya terlebih dulu ke warung itu untuk membeli rokok, minuman dan ice cream, lalu memilih duduk di saung yang kosong.
Marsya duduk di saung, lalu membuka novel yang sedang dia baca berjudul Aphrodite, menceritakan kisah cinta yang manis ala-ala remaja SMA. Dia membaca novel sambil memakan ice cream cup, hingga hari beranjak sore barulah Marsya memutuskan untuk kembali kerumah neneknya.
jika berkenan mampir juga dikarya baruku trimakasih😊