Satu digit, dua, tiga, empat, lima, hingga sejuta digit pun tidak akan mampu menjelaskan berapa banyak cinta yang ku terima. Aku menemukanmu diantara angka-angka dan lembar kertas, kau menemukanku di sela kata dan paragraf, dua hal yang berbeda tapi cukup kuat untuk mengikat kita berdua.
Rachel...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6M
"Begitu yaang ceritanya... ", Vano sudah bisa cengengesan sekarang.
"Woahhh... Sejak kapan Jepon impulsif kayak gitu." Gumamnya sendiri dan beranjak dari tempat tidur.
"Kemana yaang?".
"Observasi." Jawab Rachel dengan suara yang menjauh.
Bugh... Bugh... Bugh...
"Jepon.... Jepooon... Anak ayaamm... Keluar ngga lu... Jepooon... Jepooon... Mikha..... Gua dobrak nih pintunya lu kira gua ngga bisa?".
Lalu ia diam lagi, tetap tidak ada reaksi.
"Ohh.. Okay... ".
Kring... Kring... Kring...
Rachel menggoyang-goyangkan kunci mobil ditangannya.
"Mau ngapain sih yaang, udah biarin aja." Vano membujuk.
"Diem yaang, itu cowo kalo ngga di gas dari sekarang nanti jadiin Mikha becandaan."
Kring... Kring... Sambil melangkah mendekati pintu keluar.
Kring kring...
Brugh... Jevon keluar hanya dengan celana boxernya, panik, dan meneliti sekeliling.
"Balikin gaa.... Balikin anak SETAAAN.... BALIKIN...!!! ", bentak Jevon berapi-api melihat Rachel menyempil di antara pintu keluar.
"Ett... Lu datengin gua mobil lu ga selamat ya...! ", jawab Rachel dengan nada mengejek.
"Balikin...."
"GA... "
"BALIKINNN.... !!! ".
"GA... "
"BALIKIIINNNN RACHEL ANAK SETAN... "
"BODO.... "
Vano memijat pelipisnya, kenapa kesayangannya yang selama ini terlihat jinak dan agak dingin ternyata aslinya seperti ini. Bersama Jevon, Rachel berubah menjadi anak jahil yang kurang kerjaan. Berbeda jauh dengan wanita dewasa yang cerdas luar biasa yang membuat para decision makers nya Numbers terpukau.
"BALIKIN KUNCI MOBIL GUAA, RACHEL CAPISTRAN... !!!! ".
"GA..."
"Oke... Lu mau apa? Pliss jangan mobil gua."
"Mau lu janji."
"Ok ok janji apa..?! ".
Rachel memutar bola matanya ke arah atas melihat ke kiri dan ke kanan, memikirkan Jevon harus berjanji apa.
"HEL... ", kesal Jevon.
"Tahun depan lu nikahin, Mikhaela."
"Deal... ".
Klik... Rachel menekan tombol di ponselnya.
"Ke rekam. Besok gua buatin suratnya, lengkap, lu tinggal tanda tangan."
"Deal... Sayang deal.... Balikin kunci mobil gua cepet. RACHEL...!!! ".
Kringngg... Kunci itu berpindah ke tangan Jevon, menangkapnya dengan lega, dan keduanya kembali ke keadaan semula seolah tidak terjadi apa-apa, seolah tidak ada yang berdebat barusan.
Rachel kembali masuk ke kamarnya, dan Jevon juga sama. Vano tidak habis pikir se absurd apa kakak adik beda ibu beda bapak itu.
🍀🍀
Hari sudah siang, Vano yang sebenarnya kurang tidur seminggu belakangan menghabiskan setengah hari pertamanya di Adelard dengan tidur, begitu juga dengan Mikhaela. Bedanya Mikhaela karena melakukan kerja kelompok yang terlalu berlebihan dengan Jevon. Oh kerja kelompok.
Kakak beradik itu berkreasi bersama di dapur, dua orang yang tidak sengaja bertemu di panti asuhan ketika yang satu berusia 5 dan 8. Keduanya memiliki kasus yang sama, yatim piatu dan telah berkali-kali pindah panti asuhan. Sempat terpisah beberapa tahun ketika Jevon di adopsi, itu merupakan masa-masa terburuk untuk Rachel, tapi takdir berbaik hati ketika Jevon sering mengunjunginya ke panti, hingga kedua orang tua Jevon pun ikut-ikutan menyayangi Rachel. Tapi gadis itu menolak di adopsi. Hingga keduanya beranjak dewasa, hubungan itu terus terjalin. Tidak ada yang disembunyikan antara keduanya.
"Dia beneran ngga jahat kan? Katanya dia sepupunya Samuel." frontal Jevon.
"Sejauh ini sih engga. Kemarin itu kita salah paham aja."
"Effort banget tuh anak."
"Padahal di Numbers lagi hectic-hecticnya loh bang. Sempet-sempet nya dia kesini."
"Lu juga serius kan sama dia? ", tanya Jevon, spontan menghentikan aktivitasnya.
"Berkali-kali gua pacaran kapan gua ngga serius bang, sialnya itu gua bagian si pesakitannya terus, tapi dari kisah syaland sama Samuel gua jadi lebih ber hati-hati. Gua serius sama dia, tanpa gua bilang juga lu lebih kenal gua. Gua belum bilang lu pasti udah paham duluan, tapi jujur gua ngga gantungin harapan apa-apa di hubungan ini. Gua ngga eskpek tinggi sampai kemana-mana. Gua cuma jalanin, dan nikmatin hari-hari yang masih bisa gua lewatin bareng dia. Begitu aja. Buat gua itu cukup. Hehe..."
"Elu dan rasa rendah diri syaland lu itu... ", frontal Jevon lagi. " Gua tahu lu pasti narik diri lu duluan kan, apalagi dengan semua yang dia punya, semua privilege sama track record nya dia. Jangan bilang engga, Hel."
"Gosong anjir... Buru balik... Ah elu Jep... Bau tau.... ", kesal Rachel.
"Waduh...", Jevon sibuk dan melupakan pernyataannya barusan.
"Bang."
"Hm...? ".
"Mikha itu cewe baik-baik, jadi kalo elu main-main sama dia..."
"Iya, lu grill titid gua kan?".
"Dan elu... "
"Tahun depan gua nikahin, deal. Jangankan tahun depan, besok juga kalo dia mau, gas. Mau punya ponakan kan lu?".
Rachel cengengesan, dan senang sekali mendengarnya.
"Gimana ceritanya anak ayam punya anak ya, gua bayangin juga ngeblur jir. Hahaha... Jep jep... Bisa-bisanya lu baru ketemu sekali, pedekate via online, ketemu kali kedua lu ajak menciptakan individu baru. Gila sih..."
"Lu ngeledekin gua terus perasaan. Mau ponakan kaga lu taun depan?".
"Mau baang, boleh request gak? Hahahah... "
"Lu kira martabak."
🍀🍀
Dua hari di Adelard Town, benar-benar berkesan bagi dua pasangan itu. Lebih tepatnya satu pasangan lain baru saja resmi kemarin. Vano benar-benar merasakan energinya ter recharge kembali. Meski awalnya ia dan Jevon saling membentak, ternyata keduanya cocok. Vano sama sekali tidak merasa asing berasa didekat Jevon.
"Ade gua, tolong lu jagain baik-baik ya."
Deg
Vano yang terdiam menatap kekasihnya dan Mikhaela sedang asyik mengantri untuk membeli gula kapas mereka, sontak menoleh ke arah Jevon.
"Tiba-tiba banget. Gua lebih tua beberapa bulan dari lu, jadi gua ngga akan manggil lu mas, meskipun cewe gua ade lu." Tegas Vano.
"Bodo. Gua cuma mentingin ade gua."
"Harus banget gua jelasin kalo gua ngga main-main sama ade lu. Dia nya aja yang ragu terus sama gua. Meskipun dia ngga bilang, gua juga ngerasain kali."
"Harusnya lu bisa paham. Seumur hidup dia cuma punya gua, apa apa larinya ke gua. Dia pernah nyoba percaya sama cowo lain berujung di lukain, gua aja yang liat murka, gimana dia yang ngerasain langsung. Apalagi dengan elu yang begini."
"Gua yang gimana? ".
"Lu pewarisnya sedangkan dia? Lu pasti paham kenapa dia begitu."
"Emangnya kenapa? Gua ngga jadi apa-apa ngga masalah. Toh semua ini gua dapet bukan pure kerja gua. Jadi gua ngga ngerasa rugi-rugi amat ngelepas semua yang gua punya. Kalo soal orang tua, gua punya berasa ngga punya. Entah lu bakal anggap gua durhaka, tapi gua lebih diperlakuin sebagai alat ketimbang anak. Gua juga ngga paham. Lu kira gua ngga kaget dapet pacar spek kayak dia?
Seumur hidup orang gantungin gua sebagai harapan paling bener, paling di tunggu - tunggu. Tapi ketika gua jatuh, lu kira orang yang hebohin gua ikut bantu? Ngga. Sama sekali engga. Orang pertama dan satu-satunya yang ngeliat gua sebagai gua, bukan direktur atau apapun itu, yang bantuin dan dukung gua ketika gua down, itu cuma Rachel. Gua yang biasa disalahin kalo gagal, tapi ketika bareng dia gua disayang-sayang, di semangatin, dibantuin, wahhhh... Berasa aman banget ga sih." Serunya sambil terus memandang Rachel di seberang sana.
"Ok.. Elu lulus seleksi gua." Cetus Jevon, tapi malah disambut datar Vano. "Kok lu ngga excited gua restuin sih."
"Dengan atau tanpa restu lu, ade lu itu tetep punya gua. Aneh lu. Kalo lu ga restu juga, gua buntingin mau apa lu."
Plak...
"Hehehehehehe sakit anj! N9", seru Vano. "Sama seperti yang lu bilang ke dia, kalo Mikha mau besok juga gas lu nikahin, gua ngga, sekarang hayo kalo dia mau, detik ini juga." Cetus Vano.
"Lu denger? ".
🍀🍀
Dua pasang manusia yang jatuh cinta itu kini berada di Adelard Airport. Dua pasang manusia yang bergandengan tangan, yang satu agak tidak rela kekasih yang baru dua hari ia resmikan akan kembali ke asalnya.
"Mikh, kamu kalo mau tinggal beberapa hari lagi ngga papa kok." Seru Vano.
"Ngga kak. Nanti kalo pergi kelamaan, team ku jadi kerepotan."
"Kalo aku Yaang, boleh ngga seminggu lagi? ".
"Ngga, kamu pergi se jam aja aku udah kuatir." Seru Vano merangkul Rachel.
"Dih... ", Jevon kesal sendiri.
"Mas, aku balik dulu ya. Jaga kesehatan, kalo main ke tempat Rachel kabarin aku."
"Iya Bee.... ", jawab Jevon tersenyum lebar.
"Aohhh... Bee... Lebah... Bzzzzzz bzz.... Bee... ", ledek Rachel.
"Diem ga lu... ", kesal Jevon.
"Sensi amat baang, btw surat perjanjian kemarin udah gua print tadi pagi lu tinggal tanda tangan, jangan coba-coba lari dari tanggung jawab lu ya. Gua punya hard copynya, soft copynya, rekamannya, gua punya dan bermaterai, jadi sah secara hukum. Dendanya lumayan tuh kalo lu langgar."
"Berapa? ".
"6M".
"Anak set... ", umpatan Jevon terhenti ketika Mikha membungkam mulutnya.
"Denda apa sih?", kepo Mikha.
"Ada proyek Bee, makelarnya dia." Jawab Jevon asal sementara Vano sudah mati-matian menahan tawanya.
.
.
.
TBC ... 💜