EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan cerita ini di tempat lain, tolong laporkan🔥
Hari ulang tahunnya dan juga saudari kembarnya yang seharusnya menjadi hari bahagia mereka, justru berakhir duka. Berliana mengalami kecelakaan. Dan sebelum meninggal dunia, Berliana memberikan wasiat agar sang suami, Dion Ananta, menikahi kembarannya yakni Binar. Demi kedua buah hati mereka yang belum genap berumur satu tahun yakni Devina dan Disya.
Binar Mentari Mahendra terpaksa menikah dengan kakak iparnya demi kedua keponakannya yang sangat membutuhkan figur seorang ibu. Pernikahan yang membawa nestapa baginya karena hanya dianggap sebatas istri bayangan oleh suaminya.
Padahal di luar sana ada lelaki yang begitu mencintai Binar walaupun usianya lebih muda dua tahun darinya yakni Langit Gemintang Laksono. Satu-satunya orang yang mengetahui rahasia penyakit Binar.
Simak kisah mereka yang penuh intrik di dalamnya💋
Update Chapter : Setiap hari.
🍁Merupakan bagian dari Novel Bening☘️ONE YEAR
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 - Kedatangan Tamu
Fajar telah menyingsing dan saat ini jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Di tengah ranjang besar berukuran king size dua makhluk berlainan jenis yang masih dalam kondisi polos tanpa sehelai benang pun, saling merapatkan diri tanpa sadar.
Terlebih hawa kota Bandung pagi ini cukup dingin ditambah suhu pendingin kamar mereka masih menyala sehingga butuh kehangatan. Alhasil Dion memeluk tubuh Binar dari belakang.
Sepertinya keduanya benar-benar lelah karena pukul enam pagi kediaman mereka kedatangan tamu penting, namun sepasang suami istri tersebut tetap tertidur pulas. Seakan tak terusik dengan apa pun yang terjadi di kediaman mereka.
"Pa, ke sini deh."
"Ada apa Ma?"
"Apa sudah ketemu sama yang punya rumah? Jam segini mertuanya gedor pintu sudah seperti main drum, pintu enggak dibuka juga. Untung kita punya kunci cadangan rumah ini jadi bisa masuk. Kalau enggak, gimana coba. Masak kita jadi gelandangan di luar. Lontang lantung enggak jelas. Huft !!" gerutu Arjuna seraya berjalan menuju istrinya yang tengah berdiri di depan pintu kamar anak mereka.
Ya, pagi ini Bening dan Arjuna datang ke kediaman Dion di Bandung. Selepas Subuh, mereka langsung pergi melesat ke Bandung. Kebetulan jalanan terbilang lengang sehingga jam enam pagi keduanya sudah sampai.
Hari ini akhir pekan. Bening dan Arjuna berencana mengajak si kembar, Binar dan Dion untuk liburan sejenak di vila pribadi milik mendiang Papa Bening yakni Jenderal Polisi Prasetyo Pambudi yang ada di Lembang.
☘️☘️
"Astaga Pa, lihat mereka berdua habis ngapain." Bening pun hanya bisa mengulum senyum di balik celah pintu kamar Binar yang ternyata semalam belum ditutup sempurna oleh Dion.
Bening memberi kode pada suaminya untuk melihat kondisi kamar utama yang sudah seperti kapal pecah. Seakan-akan habis terkena gempa dahsyat. Pakaian luar dan dalam an semua berserakan di lantai.
Kepala Bening dan Arjuna sempat melongok sedikit ke dalam untuk melihat. Ternyata Binar dan Dion tengah tertidur pulas di atas ranjang yang mereka yakini masih kondisi polos tanpa pakaian. Walaupun memakai selimut.
Sebab mereka melihat bahu polos Dion dan Binar tampak jelas. Bahkan banyak jejak kemerahan bekas kecupan Dion di bahu bagian atas & leher Binar. Lalu Arjuna pun menutup pintu kamar tersebut perlahan-lahan. Dan tak berniat membangunkan keduanya.
Bening dan Arjuna pernah muda. Tentu mereka sangat paham jiwa dan hasrat di atas ranjang saat usia masih muda itu seperti apa. Menggebu dan maunya bercinta terus alias kerja bikin anak.
"Ckck... dasar teledor!"
"Gimana kalau sampai Devina dan Disya tahu? Bisa-bisa mata suci cucu-cucuku tercemar. Huft !!" gerutu Arjuna.
"Hehe... maklum Pa, anak muda. Kayak Papa enggak pernah muda saja," ledek Bening.
"Dulu di rumah kita, si Dion bercinta sama Berliana lupa tutup pintu. Eh sekarang sama si Binar juga ngelakuin hal yang sama. Dasar mantu gak punya akhlak!"
"Aku suruh push up saja sampai pingsan kalau nanti dia sudah bangun. Sukanya bikin mupeng mertua saja," keluh Arjuna.
"Eitss... jangan sekarang main megalodonnya, Pa. Cucumu mau sekolah. Jangan membuat tampilanku yang sudah cantik begini jadi kusut di hadapan mereka. Yang ada nanti kita malu diledekin loh. Sudah tua tapi masih suka olahraga ranjang," ucap Bening yang sudah bersiaga satu melakukan warning alias peringatan pada suaminya akan hal yang satu itu.
"Berani-beraninya ledekin Bu Komandan! Mau mati apa dia! Belum pernah tahu rasanya timah panasku nembus jantungnya," ucap Arjuna dengan nada tegas khas seorang abdi negara yang sangat mencintai istrinya.
"Ugh... makin cinta deh sama Papa kalau manis begini," cicit Bening seraya tertawa kecil.
"Papa sama gula, manisan mana Ma?"
"Apa-apaan sih, Pa. Kenapa jadi merembet ke bumbu dapur? Memangnya kita mau masak besar! Kan tadi Mama sudah masakin bekal sarapan buat kita semua di sini," jawab Bening.
"Nanti malam kan kita masak bareng di kasur vila, Ma. Dua ronde ya, Ma?" pinta Arjuna seraya berbisik mesra di telinga Bening.
"Satu ronde saja cukup. Nanti dua ronde yang ada Mama ditinggal molor duluan sama Papa," ujar Bening sekalian curhat ulah Arjuna.
"Satu ronde malam dan satu ronde pagi deh. Mama makin cantik kalau ngeiyakan," ucap Arjuna seraya tersenyum tanpa dosa.
"Modus!" ledek Bening.
"Biarin! Yang penting Papa kan usaha," ucap Arjuna yang tetap percaya diri.
"Alhamdulillah ya, Pa. Hubungan Dion sama Binar kayaknya sudah enggak dingin lagi seperti yang kita duga. Sepertinya mereka sudah seperti suami istri normal pada umumnya. Walaupun pernikahan mereka demi si kembar dan juga amanah Berliana," ucap Bening yang terus mengucap syukur.
"Hem,"
"Kita doakan saja pernikahan mereka berdua bisa langgeng sampai akhir hayat dan bahagia seperti kita, Ma."
"Amin..." jawab Bening mengaminkan doa sang suami untuk kebahagian putri dan menantunya tersebut.
Arjuna dan Bening berpikir bahwa pernikahan Binar dan Dion sudah ada cinta yang terpatri pada keduanya. Sehingga kekhawatiran mereka terutama Bening sebagai seorang ibu atas kebahagiaan Binar selama ini bersama Dion, sirna juga.
Terlebih pagi ini tanpa sengaja dengan mata kepalanya sendiri, ia dan sang suami melihat Binar dan Dion berpelukan setelah berbagi keringat di atas ranjang. Padahal fakta yang terjadi sesungguhnya tidak seperti yang mereka lihat.
☘️☘️
"Kita bangunin Devina dan Disya yuk, Pa. Kan mereka sekolah dulu dari jam tujuh sampai jam sembilan pagi. Terus habis itu kita semua siap-siap ke vila," ucap Bening menyarankan pada suaminya.
"Siap 69 Ma," jawab Arjuna seraya merangkul istrinya mesra berjalan memasuki kamar si kembar.
"Ishh Papa! Yang bener tuh siap 86. Suka ngadi-ngadi deh. Komandan minta dihukum nih," ujar Bening sengaja menggoda suaminya.
"Komandan bersedia dihukum. Main megalodon sampai puas. Hamba siap cintaku sayangku,"
"Cup.. mmuach..." gemas Arjuna hingga mencium pipi istrinya.
Dan hal itu sontak membuat Bening hanya bisa memutar bola matanya jengah melihat kekonyolan dan keencuman suaminya yang tak pernah berubah.
Arjunanya memang tak pernah berubah. Di luar tampak tegas dan garang pada orang lain. Terlihat sangat menakutkan. Namun hanya pada dirinya, lelaki ini akan menunjukkan sisinya yang lain dan sangat berbeda. Romantis, lucu dan sangat abs*urd. Selalu tak jauh-jauh dari urusan hajat hidup megalodonnya. Dan hanya Bening pawangnya.
Bersambung...
🍁🍁🍁
Jangan lupa tekan Like💋
Terima kasih utk karyanya Kak 🙏🏼💐
Sehat2 slalu & semangat utk karya terbarunya 💪🏼🥰