🔥Bocil dilarang mampir, dosa tanggung masing-masing 🔥
———
"Mendesah, Ruka!"
"El, lo gila! berhenti!!!" Ruka mendorong El yang menindihnya.
"lo istri gue, apa gue gak boleh pakek lo?"
"El.... kita gak sedekat ini, minggir!" Ruka mendorong tubuh El menjauh, namun kekuatan gadis itu tak bisa menandingi kekuatan El.
"MINGGIR ATAU GUE BUNUH LO!"
———
El Zio dan Haruka, dua manusia dengan dua kepribadian yang sangat bertolak belakang terpaksa diikat dalam sebuah janji suci pernikahan.
Rumah tangga keduanya sangat jauh dari kata harmonis, bahkan Ruka tidak mau disentuh oleh suaminya yang merupakan Badboy dan ketua geng motor di sekolahnya. Sementara Ruka yang menjabat sebagai ketua Osis harus menjaga nama baiknya dan merahasiakan pernikahan yang lebih mirip dengan neraka itu.
Akankah pernikahan El dan Ruka baik-baik saja, atau malah berakhir di pengadilan agama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunna Zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
***WARNING AREA! BOCIL MINGGIR DULU!***
Hari ini Ruka benar-benar happy, Diego yang selalu ada disebelahnya sangat perhatian. Jauh dibandingkan dengan suaminya yang kaku seperti kanebo kering.
Dengan senyum merekah dia masuk ke dalam rumah, aroma alkohol langsung menusuk hidungnya.
"Busettt.. Jangan bilang El minum-minum di rumah?" ia buru-buru melangkah masuk, langkahnya terhenti di ambang ruang TV, matanya memindai kekacauan yang tersaji di hadapannya. Sofa yang biasa terlihat rapi kini berantakan dengan botol-botol alkohol bertebaran di atas meja dan lantai. Aroma menyengat menusuk hidungnya, membuatnya ingin segera membuka jendela lebar-lebar.
"El, lo gila! Bisa-bisanya lo minum di rumah!" serunya, mendekat dengan langkah cepat. Matanya menyipit, menatap tajam ke arah suaminya yang terduduk di lantai dengan kepala bersandar pada sofa.
El menoleh pelan, seolah butuh waktu untuk menyadari kehadirannya. Saat pandangan mereka bertemu, sebuah tawa getir keluar dari mulutnya, memecah keheningan. "Lo udah balik?" tanyanya dengan nada yang terdengar lebih seperti ejekan daripada sapaan.
Ruka mendengus frustrasi, lalu melipat tangan di depan dada. "Kenapa lo mabok di rumah? Ih... Ngeselin banget sih!" Dia mendekat, menginjak pecahan tutup botol yang tergeletak di lantai, namun tidak mengalihkan perhatian dari El.
"Kenapa gue mabok?" ulangnya pelan, seperti bertanya pada dirinya sendiri. El menatap Ruka dengan mata setengah terpejam, napasnya berbau alkohol. "Mungkin karena gue capek. Capek mikirin lo, capek liat lo sama Diego. Happy banget, ya?" Nadanya sarkastis, penuh dengan luka yang tersembunyi di balik mabuknya.
"Gue happy karena Diego perhatian sama gue. Lebih dari lo, El. Lo cuma tau caranya marah, nyusahin dan nyuruh-nyuruh gue!"
Kata-kata Ruka seperti pisau yang menancap di hati El. Tapi alih-alih membalas, dia malah tersenyum lemah, lalu memejamkan mata sejenak. "Gue gak sempurna, gue tahu. Tapi lo tetap istri gue, Ruka."
"Kita akan bercerai! Lo lupa sama perjanjian kita?"
Ruangan itu tiba-tiba dipenuhi ketegangan yang menyesakkan. Kata-kata "cerai" yang keluar dari mulut Ruka menggema di kepala El seperti lonceng kematian. Ia menatap istrinya dengan mata yang memerah, emosi memuncak hingga membuat akal sehatnya terkubur oleh amarah.
Dengan gerakan cepat, El bangkit dari duduknya dan meraih lengan Ruka. "Lo pikir cerai itu jalan keluar?" desisnya. Dalam sekejap, dia menarik tubuh Ruka dengan kasar, mendorongnya hingga terjatuh ke sofa.
"El, lo apaan sih?!" seru Ruka, matanya melebar karena terkejut.
El tidak menjawab. Tubuhnya kini mengukung Ruka, memerangkapnya di bawah bayangannya yang besar. Matanya tajam menatap Ruka yang masih berusaha melawan. "Gue gak akan lepasin lo, Ruka."
Seketika, plak!
Sebuah tamparan keras dari Ruka mendarat di pipi El, suara itu menggema di tengah keheningan. Kepala El sedikit tergeleng ke samping, dan untuk sesaat, ia terlihat tertegun. Pipinya memerah, bukan hanya karena tamparan, tapi juga karena ego yang terluka.
"Lo gila?!" seru Ruka, sambil terengah-engah, matanya berkilat marah. "Lo pikir gue mainan lo yang bisa lo lempar-lempar?!"
El memejamkan matanya sejenak, menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Tapi amarahnya masih terlihat jelas di wajahnya. "Lo istri gue, Ruka. Gue gak peduli sama perjanjian itu. Gue gak peduli lo mau cerai atau apa pun. Lo milik gue, titik."
Tanpa aba-aba, El menarik wajah Ruka mendekat, matanya menyala penuh emosi. Dalam sekejap, dia melumat bibirnya dengan kasar dan rakus, mengabaikan protes yang mulai keluar dari wanita itu. Ruka memberontak, mencoba melepaskan diri, tapi kekuatan El membuatnya terperangkap.
“El, berhenti!” teriak Ruka di sela-sela perjuangannya. Dia memukul dada El dengan sekuat tenaga, namun itu hanya seperti menghantam tembok.
El tak menghiraukan, terus memaksa seakan ingin menegaskan kuasanya. Napasnya berat, matanya penuh amarah bercampur dengan keputusasaan yang sulit dijelaskan. "Lo milik gue."
Ruka mengerahkan semua tenaganya, mencoba mendorong tubuh El yang berat menindihnya. "El, lo gila! BERHENTI!" suaranya serak, nyaris putus asa, namun tidak ada tanda El akan berhenti. Matanya merah, amarah bercampur dengan pengaruh alkohol yang mematikan akal sehatnya.
"Lo istri gue. Apa gue gak boleh pakek lo?"
"El, kita gak sedekat ini! Lo mabuk! Minggir!" Ruka terus meronta, tangannya mendorong dada El, namun kekuatannya tak cukup. Berat tubuh El yang penuh emosi menekan seluruh gerakannya, membuatnya hanya bisa terpekur dalam ketegangan.
"MINGGIR ATAU GUE BUNUH LO!" Ruka berteriak lantang, suaranya memecah keheningan malam. Namun percuma El yang sudah dikuasai oleh amarah dan alkohol tak bergeming sedikitpun.
Bibir El kini menghujani leher Ruka, tak peduli umpatan dan teriakan memohon dari Ruka. El sudah terlanjur gelap mata! Dia kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Bibirnya bergerak ke leher Ruka, menciptakan jejak-jejak penuh amarah dan frustrasi. Ruka berusaha memberontak, tangannya mendorong dada El dengan sekuat tenaga, tetapi tubuhnya tertahan oleh kekuatan pria itu yang begitu besar.
“El, hentikan! Jangan begini!” Ruka memohon dengan suara yang serak oleh tangis. Namun, kata-katanya seolah tak sampai ke telinga El, yang telah dibutakan oleh perasaan posesif yang mendominasi dirinya.
Dalam usahanya untuk melawan, Ruka meraih apa saja yang ada di dekatnya—bantal sofa, vas bunga kecil, bahkan kukunya melukai lengan El. Namun, El tetap pada posisinya, memegang kendali penuh atas situasi.
Bahkan kini tangan besarnya menyusup ke dalam dress yang Ruka kenakan dan menyobeknya.
Sreeek!
Bunyi kain yang tersobek, membuat Ruka mengumpat lebih keras dari A hingga Z. Tubuhnya kini hanya ditutupi oleh kain berenda atas dan bawah. Ruka menangis, namun El tak memperdulikannya.
Tangan besar El meremas bongkahan padat dan kenyal yang sangat pas di tangannya, tidak besar namun tentu tidak terlalu kecil. Sementara bibirnya terus bergerak kebawah menuju puncak. Beberapa tanda kepemilikan El bubuhkan lagi di sekitar leher hingga dada, sampai kain berenda itu El tanggalkan dengan mudah.
Ruka hanya bisa menangis, El benar-benar tak memberinya kesempatan untuk melepaskan diri. Kulit Ruka yang selembut dan seputih salju makin membuat libido El naik. "Ah... Gue udah gak sanggup lagi.." erang El, lalu menanggalkan celana yang ia kenakan dan dengan paksa ia membuka paha Ruka.
"El gue mohon... Jangan..." Ruka masih mencoba memohon untuk yang kesian kalinya, berharap lelaki itu berhenti. Namun nyatanya, Anaconda El sudah kokoh, bersiap menembus bagian inti milik istrinya.
Sedikit kesulitan, namun El tak menyerah begitu saja. Dengan bantuan tangannya, perlahan-lahan mulai membelah bagian bawah Ruka.
Ruka mengerang keras, hampir berteriak saat milik El masuk perlahan-lahan, sudut matanya berair. Rasanya tubuhnya hampir terbelah, sakit luar biasa ketika benda pusaka El masuk sepenuhnya.
El mengerang nikmat, suaranya serak dan dalam. Ia diam sejenak, menatap wajah Ruka yang kacau. Di usapnya air mata yang menetes dari mata cantik itu. Namun, Ruka segera memalingkan wajahnya. El tak peduli, rasa nikmat yang menjalar dari batangnya, membuatnya meminta lebih. Ia mulai bergerak perlahan-lahan, takut akan melukai Ruka.
Sementara Ruka meringis merasakan sakit, air matanya kembali jatuh. Tubuhnya benar-benar tak berdaya, kekuatan lenyap entah kemana.
"Sabar sayang, gue pelan-pelan kok." El menunduk mengecup puncak kepala Ruka.
"Ah..." erangan El kembali terdengar nyaring, milik Ruka benar-benar sempit dan sangat nikmat. El mulai mempercepat ritmenya.
"Ah... Mendesah... Ruka... Ahhh...." El meracau merasakan kenikmatan yang tiada tara.
Bersambung.....