Monika (23), seorang aktris multitalenta dengan karier gemilang, harus menghadapi akhir hidupnya secara tragis, kepleset di kamar mandi! Namun, bukannya menuju alam baka, ia justru terbangun di tubuh seorang wanita asing, dalam satu ranjang dengan pria tampan yang tidak dikenalnya.
Saat matanya menyapu ruangan, ia segera menyadari bahwa dunia di sekitarnya bukanlah era modern yang penuh teknologi. Ia terjebak di masa lalu, tepatnya tahun 1990! Sebelum sempat memahami situasinya, penduduk desa menerobos masuk dan menuduhnya melakukan dosa besar: kumpul kebo!
Lebih parahnya lagi, tunangan asli pemilik tubuh ini datang dengan amarah membara, menuntut pertanggungjawaban. Monika yang dikenal mulut tajam dan suka tawuran harus mencari cara untuk keluar dari kekacauan ini. Bagaimana ia bisa bertahan di masa lalu? Dan siapa sebenarnya pria tampan yang terbangun bersamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikmati Waktu di Restoran 1990
Di dalam mobil, Yan Zhi duduk di bagian belakang penumpang. Sedangkan Zhou Qie berada di bagian pengemudi.
Di tengah perjalanan, Yan Zhi akhirnya membuka suara. "Zhou Qie, aku ingin kau menyelidiki seseorang."
Zhou Qie menoleh sekilas melalui kaca spion. "Siapa, Tuan?"
Ekspresi Yan Zhi menjadi lebih serius. "Wu Yuan."
Zhou Qie mengernyit. "Wu Yuan? Kenapa dengan dia?"
Yan Zhi menatap ke luar jendela sebelum menjawab. "Aku curiga dia yang selama ini mencuri desain sepatu di pabrik kita."
Zhou Qie tercengang. "Mencuri desain? Bukankah dia hanya pegawai biasa? Bagaimana mungkin?"
Yan Zhi mendengus. "Justru karena dia pegawai biasa, dia tidak begitu diperhatikan. Tapi belakangan ini, setiap kali kita meluncurkan desain baru, perusahaan saingan selalu merilis sesuatu yang sangat mirip beberapa hari kemudian. Ini bukan kebetulan."
Zhou Qie mengangguk mengerti. "Jadi, Anda berpikir bahwa Wu Yuan adalah mata-mata di dalam pabrik?"
"Ya," jawab Yan Zhi dengan tegas.
"Dia punya akses ke bagian desain, dan aku selalu mendengar kabar kalau dia sering keluar masuk kantor direktur. Dan dia selalu sombong di depan istriku, jika ia akan menjadi direktur." ucap Yan Zhi.
"Apa..?!" kaget Zhou Qie.
"Kau kan tau, jika Wu Yuan itu mantan tunangan istriku, dan selalu sombong mengatakan jika ia akan menjadi direktur. Entah kenapa aku curiga dengannya." ucap Yan Zhi.
Zhou Qie berpikir sejenak sebelum bertanya lagi. "Baik, saya akan menyelidikinya."
Setelah beberapa saat, ia akhirnya berkata dengan suara dingin, "Selidiki dia secepat mungkin. Aku ingin semua informasi tentangnya, termasuk siapa saja yang bekerja sama dengannya."
Zhou Qie mengangguk mantap. "Baik, Tuan. Saya akan segera mengumpulkan informasi dan melaporkannya pada Anda."
Mobil terus melaju, meninggalkan jalanan kota yang perlahan semakin ramai.
Sementara itu, Lin Momo kini sedang berjalan perlahan di sepanjang jalanan. Ia ingin menikmati suasana nya. Setelah berjalan cukup lama, ia melihat sebuah restoran kecil di pinggir jalan.
Restoran itu tampak sederhana, dengan beberapa meja kayu dan kursi yang terlihat sudah agak tua. Tidak banyak pelanggan di dalamnya, hanya ada seorang pria tua yang duduk di sudut sambil menyeruput teh dan membaca koran.
Lin Momo melangkah masuk dan disambut oleh seorang wanita setengah baya yang mengenakan celemek.
"Selamat datang! Silakan duduk," ujar wanita itu dengan ramah.
Lin Momo memilih meja dekat jendela dan duduk. Ia melirik sekeliling, menyadari bahwa restoran ini sangat sepi.
"Bibi, kenapa restoran ini sepi sekali?" tanyanya penasaran.
Wanita itu terkekeh sambil mengelap meja di dekatnya. "Oh, tadi sudah cukup ramai, Nona. Restoran kami akan penuh saat waktu sarapan dan jam istirahat para pekerja."
Lin Momo mengangguk mengerti. "Jadi kapan biasanya restoran ini paling ramai?"
Wanita itu berpikir sejenak. "Biasanya pagi sekitar jam tujuh sampai sembilan, lalu siang antara jam dua belas sampai satu. Kalau malam, tergantung, kadang ramai, kadang tidak. Kalau sedang ada acara di sekitar sini, pasti penuh."
Lin Momo tersenyum. "Oh, baiklah. Kalau begitu, aku pesan makanan saja. Apa menu yang paling enak di sini?"
Wanita itu tersenyum bangga. "Semua makanan di sini enak! Tapi kalau Nona ingin mencoba yang spesial, mie daging sapi buatan suami saya sangat terkenal. Kaldu buatan sendiri, dagingnya empuk, dan mie-nya kenyal."
Lin Momo tergoda mendengarnya. "Baiklah, aku pesan satu mangkuk mie daging sapi."
"Baik, mau tambah sesuatu?"
Lin Momo berpikir sebentar. "Ada pangsit?"
"Tentu saja! Mau pangsit rebus atau goreng?"
"Goreng saja."
Wanita itu mengangguk. "Baik, ditunggu sebentar ya, Nona."
Lin Momo tersenyum dan mengangguk. Ia bersandar di kursinya, menatap keluar jendela, menikmati suasana kota.
Saat semangkuk mie daging sapi dan pangsit goreng disajikan di hadapan Lin Momo, aroma harum langsung menggoda seleranya. Ia tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada wanita yang tadi menyambutnya.
"Silakan dinikmati, Nona. Semoga cocok di lidah," kata wanita itu dengan ramah.
Lin Momo mengambil sumpitnya dan mulai mencicipi mie. Begitu suapan pertama masuk ke mulutnya, ia terkejut dengan rasanya yang begitu lezat.
"Wah! Ini enak sekali, Bibi!" serunya kagum.
Wanita itu tertawa senang. "Terima kasih, Nona. Nama saya Wang Xiuying. Panggil saja Bibi Wang."
Lin Momo tersenyum. "Saya Lin Momo. Panggil saja Momo. Senang bertemu dengan Bibi Wang."
"Senang bertemu denganmu juga, Momo. Sepertinya ini pertama kalinya Bibi melihatmu di sini." tanya Bibi Wang penasaran.
Lin Momo mengangguk sambil menyeruput kuah mie-nya. "Aku baru pindah beberapa waktu lalu."
Bibi Wang menarik kursi dan duduk di depan Lin Momo, tampak semakin tertarik dengan obrolan ini. "Oh begitu. Pindah sendiri atau bersama keluarga?"
"Aku pindah mengikuti tempat tinggal suamiku," jawab Lin Momo sambil tersenyum kecil.
"Oh, jadi sudah menikah! Berarti suamimu juga bekerja di sekitar sini?" tanya Bibi Wang.
"Iya, kebetulan dia bekerja di pabrik sepatu tak jauh dari sini." jawab Lin Momo dengan sopan.
Bibi Wang mengangguk mengerti. "Sebagai apa?"
Lin Momo berpikir sejenak, tidak ingin terlalu menarik perhatian.
"Dia manajer di sana," jawabnya singkat.
Mata Bibi Wang berbinar. "Wah, hebat juga suamimu. Pasti sibuk sekali ya?"
Lin Momo terkekeh. "Lumayan. Tapi aku juga masih menyesuaikan diri dengan lingkungan baru."
Bibi Wang tersenyum hangat. "Kalau butuh apa-apa, jangan sungkan mampir ke sini. Bibi sudah lama tinggal di kota ini, jadi mungkin bisa membantumu beradaptasi."
Lin Momo merasa nyaman dengan keramahan wanita itu. "Terima kasih, Bibi Wang. Aku pasti akan sering datang ke sini."
Obrolan mereka terus berlanjut dengan topik ringan, mulai dari makanan favorit hingga kehidupan di kota ini. Lin Momo menikmati mie dan pangsitnya dengan tenang, sesekali menyesap teh hangat yang disajikan.
Waktu berlalu tanpa terasa. Matahari yang tadi terang kini telah berubah menjadi jingga, menandakan sore menjelang malam. Lin Momo menatap langit dari jendela restoran.
Lin Momo sadar sudah waktunya untuk pulang. Ia merapikan mangkuk dan sumpitnya di meja, lalu berdiri dengan senyum ramah.
"Bibi Wang, makanannya benar-benar enak. Aku pasti akan datang lagi."
Bibi Wang tertawa kecil. "Tentu, tentu! Bibi senang mendengar itu. Lain kali coba juga hidangan khas lainnya, ya."
Lin Momo mengangguk. "Pasti! Oh iya, berapa semuanya?" tanyanya sambil mengambil uang dari saku kecil di bajunya.
Bibi Wang menyebutkan total harga, dan Lin Momo segera menyerahkan uangnya. Setelah menerima kembalian, ia menatap wanita itu dengan penuh terima kasih.
"Terima kasih untuk makanannya dan obrolan yang menyenangkan, Bibi Wang. Aku pamit dulu."
"Hati-hati di jalan, Momo. Sampai jumpa lagi!" sahut Bibi Wang sambil melambaikan tangan.
Lin Momo membalas lambaian itu, lalu melangkah keluar restoran. Angin sore yang sejuk menyambutnya saat ia berjalan menuju rumah.
Ia merasa hari ini cukup menyenangkan, makan enak, berkenalan dengan orang baru, dan menikmati suasana kota di tahun 1990-an.
Sambil tersenyum, Lin Momo mempercepat langkahnya. Ia tak sabar melihat bagaimana reaksi Yan Zhi saat mengetahui ia membawa perlengkapan rias baru.
gassskeun...
lanjut..
tinggal siap2 menunggu ibu mertua datang aja mo..