NovelToon NovelToon
NING WIE

NING WIE

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel
Popularitas:39.2k
Nilai: 5
Nama Author: wiwiek

Perjalanan kisah dari anak Patriak Klan Ning yang bernama Ning Wie dalam menempuh kultivasi menjadi kultivator terhebat di Kerajaan Jing di benua Biru.
Di bantu dengan dua Spirit yang telah menjadi patnernya yaitu Spirit Pheonix Api dan Spirit Pheonix Es yang tinggal di lautan Spiritualnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwiek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 33

Ling Lou menyentuh tangan Ning Wie dan menaruh uang koin sebanyak tiga koin emas. Tentu saja bocah kecil itu terkejut dan kaget, orang asing memberi dirinya uang banyak.

Sedangkan Ling Lou merasa apa yang diberikan itu tidak seberapa karena dirinya hutang nyawa bukan sekali tapi beberapa kali pada Patriak Ning saat masih muda dulu ketika di akademi dan dia tidak akan perna bisa membalasnya.

Ning Wie memandang ayahnya. Meminta kepastian, boleh tidaknya hadiah itu di terima. Dan Patriak Ning Bing menganggukkan kepala.

"Terima kasih paman!" Ning Wie segera menyimpan koin emas itu. Bukan lagi di tas penyimpanan seperti biasa yang di lakukannya tapi ia akan menyimpannya untuk pertama kalinya di Cincin ruang yang baru di milikinya.

Betapa terkejutnya bocah cilik itu saat melihat cincin yang ada di jari manisnya. Matanya sampai melotot tidak percaya. Cincin ruang itu telah berubah. Cincin itu menjadi baru dan indah.

"Tidak mungkin! Bagaimana bisa?" gumamnya lirih yang hanya di dengar oleh telinganya sendiri.

Ning Wie tidak tahu kapan pastinya cincin ruang nya telah berubah. Dan Ia pun tidak tahu dan mengerti kejadian atau peristiwa apa yang jadi pemicuhnya. Karena penasaran, segera saja Ning Wiemenggunakan kesadaran jiwanya untuk melihat serta memeriksa cincin miliknya itu.

AAAHH

Bocah cilik itu spontan menjerit kaget begitu melihat apa yang ada di dalam cincin ruang-nya itu. Dan tentu saja jeritan Ning Wie ini membuat semua orang melihat padanya.

"Ada Apa Wie'er? Kenapa teriak? " Tanya Ning Ling penasaran pada anak kesayangannya itu.

Di tanya seperti itu tentu saja Ning Wie terdiam tidak bisa menjawab. Bagaimana mungkin dia bisa memberitahu apa yang di lihat. Tidak masalah bila hanya kepada kedua orang tuanya saja.

Tapi satu hal yang pasti, Ning Wie mendapatkan harta tak ternilai. Artefak tingkat surga. Seolah- olah dewi keberuntungan selalu menyertai tiap langkahnya Ning Wie, setidaknya dalam beberapa waktu ini.

Ning Wie sudah tidak sabar ingin segera pulang ke rumah. Bocah kecil itu tidak sabar ingin segera memeriksa Cincin ruang nya. Tapi keinginan ini terpaksa harus ditekannya.

"Emm.. Itu Ning Man!" Ning Wie menggunakan Harimau putih peliharaannya sebagai kambing hitam atas ulahnya. Hanya ini solusi yang terpikir untuk menjawab pertanyaan ibunya. " Aku baru ingat kalau belum beli Cincin Cinwan."

Cincin Cinwan adalah cincin ruang khusus yang di pakai guna menyimpan binatang peliharaan. Karena cincin ini memakai banyak sekali formasi. Tidak heran kalau harganya sangat mahal sekali. Dan satu cincin hanya bisa di tempati oleh satu binatang.

"Ohh... Iya! Kita melupakan itu! Bisa-bisanya hal sepenting itu sampai terlewat! Jangan kwatir kita nanti akan membelinya Wie'er. Semoga saja uang nya masih cukup!"

Patriak Ning Bing bicara apa adanya. Uang yang dimilikinya sudah menipis karena sudah banyak di pakai. Apa lagi belum membeli pil dan sumber daya yang di butuhkan untuk menunjang kultivasi, baik itu untuk Ning Wie, istrinya Ning Ling juga buat dirinya sendiri.

Perbincangan Patriak Ning Bing bersama dengan teman lamanya Ling Lou itu tidak sampai dari satu jam. Ning Wie dan Ning Ling setia menemani dan jadi pendengar. Baru setelah teman lamanya pergi, Patriak Ning Bing segera mengajak keluargan kecilya mendekat pada petugas Paviliun lantai tiga.

"Kami memerlukan pil Giener, pil Langtu, Pil Kalu, pil Cunra, pil Sihber dan pil Shikul. Kami butuh tiap pil sebanyak lima bekas butir."

"Semua pil yang tuan mau kami memilikinya. Dan harga satu pil Giener, pil Kalu, pil Shiber dan pil Langtu sebesar tiga koin emas anda butuh lima belas tiap pilnya berarti seratus delapan puluh koin emas."

Petugas Paviliun Seribu Manfaat mulai menghitung berapa banyak uang yang harus di keluarkan dan di bayar oleh Patriak Ning Bing.

"Sedangkan satu pil Cunra dan pil Shiber harganya tujuh koin emas. Anda ingin tiap pil sebanyak lima belas jadi dua ratus sepuluh koin emas. Jadi total semua pil yang harus di bayar sebanyak tiga ratus sembilan puluh koin emas, Tuan!"

Patriak Ning Bing pun segera mengeluarkan uangnya. Dan koin emas kini menumpuk di depan petugas. Dan petugas mulai menghitung cepat uang yang di serahkan padanya.

"Tuan uangnya pas!" Kemudian petugas itu pun segera menyimpan uang pembelian pil dari Patriak Klan Ning. " Tunggu sebentar, Saya segera ambilkan pil- nya."

Petugas itu pun segera masuk ke dalam. Tidak membutuhkan waktu lama, petugas itu pun kembali dan menyerahkan semua pil yang di beli Patriak.

Patriak Ning Bing langsung menyimpan semua pil yanh di belinya ke dalam cincin ruang nya. Kemudian dia berkata, "Kita pulang sekarang!"

"He'em kita pulang! Ayooo cepat!"

Ning Wie semangat sekali ketika ayahnya mengajak pulang. Keingintauannya mengetahui misteri yang ada pada cincin ruang nya begitu menggebu. Ingin rasanya cepat-cepat nyampai rumah.

"Haha... Ada yang tidak sabar! Pengen segera. Idih ada yang terburu- buru nich! Aih... Wie'er sebegitu menggebunya pengin belajar jurus baru ya!" Kelakar Ning Ling pada anak kesayangannya.

Sayangnya dugaan Ning Ling terhadap anak tunggalnya Ning Wie tidak tepat sasaran meleset jauh. Bocah kecil itu ingin cepat pulang karena Dia sudah tidak sabar ingin melihat dan meneliti cincin ruang-nya yang misterius.

Tidak lupa sebelum keluar Paviliun mereka mengambil dulu hewan mistic Haraimau Putih yang di titipkan. Ketika binatang itu di serahkan petugas, Ning Wie langsung menyimpannya di cincin Cinwan.

Begitu keluar dari Paviliun Seribu Manfaat matahari sudah mulai berada tepat di atas kepala. Ketua Agung Chan mengajak keluarganya berjalan ke arah barat.

" Hari sudah siang! Kita cari makanan dulu, kebetulan ada restoran yang baru di buka dan terkenal sekali, enak masakannya."

Bagi Patriak Ning Bing dan istrinya tidak makan tiap hari tidak masalah tapi untuk Ning Wie yang baru menjadi kultivator masih membutuh makan untuk mengganjal perut, baik itu makan pagi, siang dan malam.

Hanya membutuhkan waktu seperempat jam saja, mereka sudah berada di dapan Kedai Selera Makan. Dan Patriak mengajak keluarganya langsuk masuk ke dalam kedai. Mereka bertiga tengak- tengok mencari tempat. Dan akhirnya mereka mendapatkan tempat duduk dekat cendela. Sehingga mereka bisa melihat suasana di luar.

Begitu pelayan kedai mendekat, Patriak Ning Bing langsung berbicara, " Beri Kami makanan dan minuman terbaik serta terenak yang kalian miliki!"

Pelayan itu mengangguk dan berlalu setelah menerima pesanan. Tidak perlu menunggu waktu lama pelayan kedai tadi kembali dengan membawa hidangan. Kemudian pelayan itu dengan cekatan menatanya di atas meja.

Hidangan yang tertata ada di atas meja antara lain ayam bakar pedas manis, Sup kepala ikan, kukus ikan beras, Lamian dan capcay.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Maria Lina
kok 1 sih thor double donk
Liswati Angelina
seru ceritanya....
Liswati Angelina
Biasa
Endah Herawati
semangat ya utk lanjut, jangan cuma 1 episode dong Thor... 😁
Cha Sumuk
kebanyakan peran nya jd bingung
Maria Lina
lgi ya thor plisss🙏🙏
Yulianti Amiruddin
🤣🤣🤣🤣🤣
Lyvia
nuwun thor upnya
Herlina
Luar biasa
Lyvia
nuwu upnya thor
AZKA 2: lanjut thooor
total 1 replies
AZKA 2
smangat thoor
AZKA 2
smangaaat thooor
Lyvia
nuwun thor upnya
R@3f@d lov3😘
menarik 🤪
Lyvia
nuwun thor upnya
Ratna Winanti
lànjut thor...
Lyvia
nuwun upnya thor
AZKA 2
Up lgi thooor
AZKA 2
smangat thooor up y banyak...
Lyvia
nuwun thor upnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!