" Ku mohon menikahlah dengan Tuan Sadam, rahimmu bisa menyelamatkan hidupku!" pinta Danu memohon kepada Istrinya, yakni Mahira.
Karena hutang Suaminya, Mahira rela membayarnya dengan rahim miliknya, ia pasrah Saat Suaminya menjatuhkan talak padanya dan memintanya untuk segera menikah dengan bosnya sendiri.
Apalagi Danu telah mendapatkan ancaman akan masuk bui jika syarat yang ia ajukan tidak di penuhi.
Tuan Sadam Narendra Hito adalah sosok seorang pengusaha kaya raya yang telah memberikan pinjaman tersebut. Dan ia juga yang mengajukan syarat seperti itu.
Akan kah Mahira bisa mengandung benih dari pria yang tidak di cintainya?
Di lain sisi, rupanya Danu telah bermain api selama dirinya menikah dengan Mahira. akankah kebusukannya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengantar Syifa ke sekolah
Kini Mahira dan Azzam jalan berbarengan, sedangkan Syifa dan Nazwa keduanya malah saling diam karena mereka baru saja saling mengenal satu sama lain.
"Mas Azzam, kok nikah gak bilang-bilang sih, tahu-tahu kau sudah punya anak gadis, sepertinya hampir seumuran dengan Syifa!" tanya Mahira begitu penasaran akan kehidupan sepupunya tersebut.
Azzam hanya tersenyum dan sepertinya enggan membalas pertanyaan dari Mahira."Nazwa usianya baru menginjak tujuh tahun, kalau Syifa?" balas Azzam malah bertanya balik kepada Mahira.
"Bulan depan usianya tujuh tahun, Mas." sahut Mahira tersenyum tipis
"Berarti cuma berbeda beberapa bulan saja ya dengan Nazwa!" sahut Azzam tidak menyangka jika usia putrinya tidak berbeda jauh dengan Syifa
Azzam tiba-tiba saja terkejut ketika Syifa mengajak Mahira berbicara.
"Bunda, aku ingin ke toilet!" pinta Syifa sembari menarik tangan ibunya.
"Sebentar ya Mas Azzam, aku tinggal sebentar ke toilet!" ujar Mahira terburu-buru.
"Yasudah Hira, nanti kita ngobrol lagi ya!" usul Azzam yang seperti nya masih merindukan sosok Mahira.
Mahira pun mengangguk sembari berlari kecil karena Syifa terus saja menarik tangannya.
'Apakah Syifa itu tidak bisa berbicara? Kasihan sekali anak itu!' ucap Dokter Azzam dalam hati.
"Pah, papah!" panggil Nazwa sembari menarik kemeja Papahnya.
Azzam pun tersadar dari lamunannya.
"Ops, maaf sayang! Papah jadi melamun deh!" tukas Azzam sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Wanita barusan siapa Pah? Pacarnya Papah ya?" celetuk Nazwa tersenyum jahil.
"Ha ..ha..ha! Bukan Nazwa, itu sepupunya Papah, maaf Papah baru cerita sama kamu!" jawab Azzam merasa tidak enak terhadap putrinya sendiri.
"Oh, aku pikir pacarnya Papah, padahal aku suka loh sama Tante Mahira, selain cantik sepertinya sangat baik dan juga lembut. Calon ibu idaman!" balas Nazwa
"Kau ini bisa saja Nazwa, ya kalau seandainya tante Mahira bukan saudaranya Papah, mungkin sudah Papah nikahi!" jawab Azzam sambil mengulum senyum, iya sengaja ingin menggoda putrinya.
"Mangkanya Papah Carikan aku ibu sambung yang seperti Tante Mahira ya!" pinta Nazwa yang asal ceplos.
"Sudahlah, kau tidak usah membahas masalah itu lagi, lebih baik kamu fokus dengan sekolahmu!" cetus Azzam dengan ekspresi wajah datarnya.
"Baiklah Papah, padahal Papah ini sangat tampan loh kenapa juga susah sekali mendapatkan jodoh,huft!" kata Nazwa yang berbicara asal ceplos lagi, akhir-akhir ini Nazwa sering sekali menggoda Papahnya sendiri.
Mendengar hal itu, Azzam malah memelototi putrinya, atas jawaban yang seenaknya itu.
Tidak lama kemudian, seluruh murid baru di minta untuk berkumpul di Aula sekolah, sedangkan para orang tua murid di persilahkan duduk di tempat yang sudah di sediakan. Untuk Syifa sendiri ia berbaris di jajaran murid yang memiliki kebutuhan khusus sedangkan Nazwa berbaris di jajaran murid normal pada umumnya.
Syifa mencoba menengok kebelakang, ia mencari keberadaan bundanya. Hingga akhirnya ia bisa menemukan bundanya sedang duduk bersebelahan dengan pria yang tadi sempat mengobrol dengan bunda nya, Syifa pun di selimuti rasa penuh curiga nya, siapa pria yang begitu akrab dengan bundanya?
"Hira, maaf kalau aku menanyakan hal ini sama kamu!" tanya Azzam sembari memasang wajah tidak enaknya terhadap Mahira.
"Iya, Mas Azzam mau tanya apa sama aku?" balas Mahira sembari netranya fokus ke arah Azzam.
"emmmhhh, ini mengenai Syifa putrimu! Apakah Syifa tidak dapat berbicara?" tanya Azzam dengan berhati-hati dengan perkataan nya, iya takut Mahira tersinggung.
"Iya Mas Azzam, Syifa tidak bisa berbicara ketika usianya menginjak dua tahun, waktu itu Syifa sempat terjatuh dari atas tempat tidur dan kepala serta lehernya mengalami cedera, kata dokter sih pita suaranya mengalami gangguan, sehingga tidak bisa mengeluarkan suaranya, tapi pendengaran Syifa normal kok!" jawab Mahira seolah memberikan penjelasan yang detail kepada Azzam.
"Itu bisa di sembuhkan Mahira, kebetulan kemarin aku ikut seminar di rumah sakit Elizabeth di Singapura, di sana para Dokter menjelaskan tentang pasien yang di alami seperti Syifa, apalagi saat ini teknologi dunia kedokteran sudah sangat canggih, Syifa masih bisa di sembuhkan, besar kemungkinan Syifa dapat berbicara kembali dan para Dokter ahli akan berusaha mengembalikan pita suaranya Syifa akibat cedera,yakni dengan cara terapi!"
Mendengar hal itu, Mahira bahagia bukan main, kedua bola matanya langsung berbinar! Dirinya yang merasa putus asa karena sudah berobat kesana sini namun hasilnya tetap saja nihil, tapi sekarang dari mulut sepupunya sendiri akhirnya ia bisa menemukan jawaban yang selama ini ia harapkan.
"Benarkah itu Mas Azzam?" tanya Mahira tidak mempercayainya.
"Iya Mahira, kebetulan sekarang aku adalah dokter spesialis anak, aku akan membantumu untuk menyembuhkan Syifa, berdoalah sama Allah, atas ijinnya semoga pengobatan Syifa di berikan kemudahan!"
"Aamiin, terima kasih Mas Azzam, aku benar-benar sangat bahagia mendengarnya, bagiku ini semua terasa seperti mimpi!" balas Mahira sembari mengedarkan netranya ke sekeliling Aula yang di penuhi oleh para orangtua murid, terutama murid baru.
"mungkin ini juga adalah jawaban dari semua doa-doa mu Mahira, aku itu sudah mengenalmu sedari kecil, dulu kita pernah mondok di pesantrennya milik Abi Hafiz dan ummi Kulsum." kata Azzam yang kembali teringat akan masalalu nya bersama Mahira.
"Iya Mas Azzam, aku masih mengingatnya! Mas Azzam masih ingat tidak dengan anak laki-laki yang sangat menjengkelkan dan selalu membuat onar?" tanya Mahira sembari ingin tertawa, namun ia berusaha untuk menahannya.
"Aku masih ingat Hira, si pria gendut yang comel tapi selalu membuat Abi dan ummi pusing tujuh keliling kan? Kira-kira pergi kemana ya dia, tiba-tiba saja menghilang bagaikan di telan bumi! Padahal Mas Azzam sempat merindukannya."balas Azzam dengan jawaban yang jujur.
Mendengar hal itu, Mahira malah tertawa terbahak-bahak. Sampai-sampai air matanya keluar dari sudut matanya
"Iya Mas Azzam, kalau ingat masalalu aku suka ingin tertawa, apalagi kalau mengingat momen anak nakal yang selalu di katai Combro oleh santri yang lainnya, sungguh sangat menggelikan, sampai-sampai Abi sama ummi kesal karena para anak didik nya begitu nakal pada saat itu, aku pun sempat terkena hukuman gara-gara anak itu juga!" kata Mahira yang kembali teringat momen masa kecilnya yang menyenangkan.
"Ha..ha..ha! Iya Hira Combro itu artinya comel dan sembrono, aish aku jadi semakin merindukannya, sampai saat ini pun aku tidak tahu nama asli si combro itu siapa, benar-benar bocah pembuat onar, kita sering terkena hukuman oleh Abi dan Ummi gara-gara dia!" tukas Azzam sembari menggeleng.
"Aku juga tidak tahu nama asli Combro itu siapa Mas Azzam! Benar-benar misterius." balas Mahira
Setelah acara sekolah selesai, tidak lupa Mahira berpamitan kepada seluruh staf guru sekaligus perkenalan dengan para guru serta orang tua murid yang lainnya.
Raka sempat terkejut saat melihat Mahira dan mengetahui jika Mahira adalah istri dari Sahabatnya, setahu dirinya jika Sadam menikah bukan dengan wanita yang ini.
'Apa mungkin si Sadam itu punya dua orang istri? Atau jangan-jangan dia sudah bercerai dengan istri pertamanya? Akh bodo amat, manusia satu itu memang sedari dulu selalu di gandrungi para wanita, apalagi sekarang dia seorang pengusaha yang sukses, pastilah banyak wanita yang mengantri untuk di jadikan istri olehnya, cih aku kalah set darinya!' gerutu Raka dalam hati.
Kini Mahira dan Azzam memutuskan untuk pulang ke tempat mereka masing-masing, tidak lupa keduanya saling bertukar nomer ponsel, agar Azzam bisa secepatnya mengatur jadwal pengobatan serta terapi untuk Syifa.
Sedangkan Syifa dan Nazwa, keduanya mulai akrab setelah sebelumnya mereka menyempatkan makan ice cream bersama.
"Kamu bisa bahasa isyarat ya?" tanya Syifa tidak percaya.
"Bisalah, dulu waktu aku tinggal di Singapura, sahabat dekatku selalu berbicara dengan bahasa isyarat jadi aku mengerti dan faham bahasa itu!" sahut Nazwa mencoba berinteraksi dengan Syifa.
"Wah, aku senang sekali! Akhirnya aku punya seorang teman yang mengerti bahasa isyarat, tadi aku masih minder saat bertemu dengan teman sekelas ku!" balas Syifa sembari tertunduk malu.
"Ngapain minder Syifa? Kau harus percaya diri! Aku tidak mau punya teman yang seperti itu, mulai sekarang buang rasa minder mu itu!" perintah Nazwa kepada Syifa, seolah sikapnya sudah seperti orang tua pada umumnya yang suka memberikan nasihat.
"Baiklah Nazwa, akan aku ikuti saran dari mu, terima kasih!" balas Syifa sembari melemparkan senyum ke arah Nazwa.
"Sama-sama Syifa! Ucap Nazwa sambil membalas tersenyum.
Setelah berpisah dengan Azzam dan juga Nazwa, Mahira dan Syifa berencana untuk mampir ke supermarket yang letaknya tidak jauh dari apartemen, Mahira ingin membeli sesuatu di sana.
"Emang Bunda mau beli apa di sini?" tanya Syifa dengan bahasa isyarat nya.
"Bunda ingin membeli ikan salmon nak, entah kenapa dari semalam Bunda sangat menginginkannya!" balas Mahira sembari tengok ke kanan dan ke kiri.
"Wah, pasti ini bawaannya Dede bayi dalam perut bunda ya?" tanya Syifa sengaja menggoda bundanya.
"Bisa jadi Sayang!" jawab Mahira si singkat.
setelah mendapatkan ikan salmon, Mahira bergegas kembali menuju apartemen karena dirinya merasa sudah cukup lelah, begitu pun dengan Syifa.
Ketika Mahira dan Syifa masuk ke dalam mobil taxi online yang sudah Mahira pesan, tiba-tiba saja ada seorang pria yang mencengkram tangannya begitu kuat, kemudian menariknya secara kasar sehingga Mahira hampir saja terjatuh, beruntungnya si pria tersebut berhasil meraih tubuh Mahira yang sudah hilang keseimbangannya, Mahira pun langsung mendongakkan wajahnya dan menatap wajah pria yang seenaknya memeluk dirinya.
"Kamu....!"
Bersambung....
🍁🍁🍁🍁🍁🍁