Di usianya yang beranjak remaja, pengkhiatan menjadi cobaan dalam terjalnya kehidupan. Luka masa lalu, mempertemukan mereka di perjalanan waktu. Kembali membangun rasa percaya, memupuk rasa cinta, hingga berakhir saling menjadi pengobat lara yang pernah tertera
"Pantaskah disebut cinta pertama, saat menjadi awal dari semua goresan luka?"
-Rissaliana Erlangga-
"Gue emang bukan cowo baik, tapi gue bakal berusaha jadi yang terbaik buat lo."
-Raka Pratama-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caramels_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
Bau alkohol menyengat di indra penciuman. Ruangan bercat putih serta beberapa alat medis menemani seorang gadis yang sedang terlelap dalam tidur panjangnya. Di luar ruangan sana, keluarga dari si gadis masih setia menunggu sembari merapalkan doa di setiap waktu. Beruntung nyawanya masih bisa terselamatkan sehingga hanya harus menunggu kapan kesadarannya akan kembali.
Lebih dari dua minggu sejak kecelakaan itu terjadi membuat senyumnya selalu ditunggu oleh orang sekitarnya.
“Kamu nggak kangen sama aku? Bangun dong, aku minta maaf buat waktu itu,” ujar seorang cowok dengan penampilan berantakan karena tidurnya tidak teratur.
Beberapa hari terakhir, cowok itu memilih untuk menemani gadisnya. Sejak pulang sekolah hingga malam harinya, ia merasa begitu terpukul saat mengetahui bahwa kekasihnya mengalami kecelakaan di perjalanan pulang. Ia juga menyalahkan dirinya sendiri karena tak mengejar gadisnya untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
“Kak, lebih baik Kakak makan terus istirahat dulu deh. Biar aku sama Mama gantian nemenin Kak Rissa,” Daeren merasa kasihan melihat Raka sangat berantakan.
“Iya, lebih baik kamu pulang dulu. Tante sama Daeren bisa gantiin nemenin kok, nanti kalau ada apa-apa biar dikabari Darren. Lagian habis ini kamu juga ujian, kalau Rissa Ngeliat kamu kayak gini pasti dia bakalan tambah sedih,” Bu Emil memberi nasehat pada Raka.
Setelah kepergian Raka, tiba-tiba jari telunjuk Rissa menunjukkan pergerakan. Sontak Daeren yang menyadari hal itu langsung memanggil dokter.
“M-ma… p-pa… “ rintihnya mencari keberadaan orang tuanya.
“Iya sayang, mama sama papa ada di sini,” ujar Bu Emil khawatir.
“K-k-kalian jangan bertengkar terus, Rissa pengen kalian harmonis kayak dulu lagi,” setetes air mata Rissa jatuh sembari berkata dengan kesulitan sebelum akhirnya matanya kembali terpejam.
Orang tua serta adiknya yang ada di ruangan itu pun kembali panik bersamaan dengan kedatangan sang dokter. Akhirnya, mereka memilih untuk menunggu di luar ruangan tak lupa Daeren juga mengabari Raka tentang kondisi kakaknya.
...****************...
Di sebuah taman belakang rumah sakit, seorang pria paruh baya termenung dalam kesendirian meratapi nasib putrinya yang sedang melawan masa komanya. Ia memikirkan tentang perkataan putrinya yang menginginkan dia harmonis seperti dahulu Haruskah ini waktu yang tepat untuk bisa berdamai dengan masa lalu? Mencoba memaafkan dan kembali membuka lembaran baru. Kondisi Rissa mulai membaik dan dokter berpesan agar jangan membuatnya terlalu banyak pikiran.
Beberapa hari terakhir, Pramestyo. Kekasih gelap istrinya kala itu. Ia adalah orang yang memberi kabar bahwa Rissa mengalami kecelakaan. Ia juga berusaha meminta maaf atas segala kekhilafan di masa lalu. Akan tetapi, rasa sakit dikhianati tak mudah untuk diobati. Egonya sebagai laki-laki begitu besar agar bisa memaafkan, namun kali ini demi satu-satunya putri yang dimiliki, ia akan mencoba berdamai dengan segala luka. Ia pun memilih menghampiri istrinya untuk berbicara.
“Ehmmm…” Bu Emil menoleh karena kedatangan suaminya yang tiba-tiba.
“Maaf buat perbuatanku selama ini,” suasana canggung menyelimuti mereka saat pria paruh baya itu meminta maaf.
“Aku juga minta maaf,” lirih Bu Emil, air mata mengalir di pipinya. "Aku menyesal telah menyakitimu, Rissa, dan Daeren. Aku bodoh tergoda oleh rayuan Pramestyo."
“Aku tahu. Tapi aku juga harus bertanggung jawab atas perbuatanku. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku hingga mengabaikan kamu, aku juga terlalu bertindak kasar denganmu dan anak-anak ” Pak Ryand meraih tangan Bu Emil. “Mari kita mulai semuanya dari awal lagi. Demi Rissa.”
Bu Emil tak kuasa menahan rasa harunya pun meneteskan air mata, lalu berhambur ke pelukan suaminya.
“Aku minta maaf karena kesalahanku dulu,” ujar Bu Emil dalam pelukan suaminya.
“Aku sangat merindukanmu,” bisik Bu Emil di dada suaminya, memeluknya erat.
"Aku sangat menyesal."
“Aku juga, sayang. Aku sangat menyesal telah menyakitimu dan keluarga kita." Pak Ryand memeluknya erat. "Kita harus kuat untuk Rissa." Ia merasakan air mata Bu Emil membasahi bajunya. "Kita akan melewati ini bersama-sama."
“Mari kita mulai semuanya dari awal lagi,” Pak Ryand menggenggam tangan istrinya, tatapan saling merindu berbicara lewat mata mereka masing-masing.
“Wah udah ada yang baik kan nih,” Daeren tersenyum melihat orang tuanya kembali harmonis, mereka bertiga pun kembali berpelukan dengan senyuman kerinduan. Sedangkan di dalam sana, kondisi Rissa sudah mulai membaik secara signifikan. Mungkin sebentar lagi ia akan sadar dan bangun dari tidur lelapnya.
Keharmonisan keluarga Rissa kembali. Kecelakaan itu menjadi titik balik bagi mereka untuk memperbaiki hubungan yang retak. Luka batin dan fisik mulai sembuh, diiringi cinta dan kasih sayang yang semakin kuat. Rissa, dengan dukungan keluarga dan kekasihnya, memulihkan diri dengan cepat. Di balik semua itu, terdapat pelajaran berharga tentang pengampunan, kesabaran, dan pentingnya keluarga. Mereka semua telah belajar dari kesalahan masa lalu dan berjanji untuk selalu saling mengasihi dan menghargai satu sama lain.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...