Delvia tak pernah menyangka, semua kebaikan Dikta Diwangkara akan menjadi belenggu baginya. Pria yang telah menjadi adik iparnya itu justru menyimpan perasaan terlarang padanya. Delvia mencoba abai, namun Dikta semakin berani menunjukkan rasa cintanya. Suatu hari, Wira Diwangkara yang merupakan suami Delvia mengetahui perasaan adiknya pada sang istri. Perselisihan kakak beradik itupun tak terhindarkan. Namun karena suatu alasan, Dikta berpura-pura telah melupakan Delvia dan membayar seorang wanita untuk menjadi kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astuty Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lihat dan rasakan
"Tuhan tidak akan mempertemukan dua orang tanpa sebab. Everything must be reason!"
Ucapan Dikta masing terngiang di kepala Delvia, kalimat tersebut sungguh menganggunya sepanjang hari, membuatnya bertanya-tanya. Jika Tuhan mempertemukan dua insan untuk sebuah alasan, lalu alasan apa yang Tuhan miliki ketika mempertemukannya dengan Dikta? Apakah untuk saling memberi luka? Atau saling mentertawakan kisah cinta mereka yang berujung lara?
Entah, Delvia benar-benar telah menyerahkannya pada takdir. Jika takdirnya di penuhi duka, maka Delvia hanya meminta agar pundaknya sekuat baja.
Di tengah kelaraan, oleh-oleh berupa tas dan sepatu mahal yang di bawakan oleh Wira seolah menjadi pelipur. Setidaknya, takdir masih menyisihkan beberapa hal baik untuk Delvia. Memiliki suami kontrak yang baik dan loyal, Delvia menganggapnya sebagai bayaran atas segala deritanya.
"Acara pembukaan kliniknya berjalan lancar kan?" tanya Wira penasaran, meski Delvia sudah mengirim beberapa foto saat acara, namun Wira ingin mendengarnya langsung dari Delvia.
Delvia menoleh sejenak, berpaling dari sepatu heels berwarna hitam yang Wira bawa dari Paris. "Lancar mas. Kliniknya cukup besar, mereka juga memiliki beberapa karyawan!"
"Syukurlah. Tidak sia-sia daddy menjadi investor di sana!"
"Daddy menjadi investor?" Delvia baru tau jika mertuanya turut andil.
"Hem. Aku dan daddy cukup terkejut saat Dikta memberikan proposal dan meminta daddy menjadi investor di kliniknya. Sebelumnya Dikta sangat keras kepala dan angkuh, dia paling tidak suka jika keluarganya terlibat dalam urusannya."
"Benarkah?" Delvia kembali menimpali, tiba-tiba dia penasaran dengan kepribadian Dikta.
"Hem. Kamu tau kan Dikta pernah bekerja di luar kota?"
"Ya. Mommy pernah membahasnya!"
"Awalnya Dikta sudah bekerja di salah satu rumah sakit besar di kota ini. Tapi setelah beberapa minggu bekerja, Dikta mengetahui kalau daddy meminta bantuan Direktur rumah sakit agar Dikta di terima di rumah sakit tersebut. Dikta sangat marah, harga dirinya terluka, lalu dia memutuskan untuk pergi keluar kota!" Wira bercerita panjang lebar, secara tidak langsung dia membuat istrinya semakin mengenal adik iparnya. "Tapi, di luar sifat keras kepalanya, dia adalah pria yang sangat baik!" sambungnya memuji.
"Ya, aku tau itu!" sahut Delvia tanpa sadar.
"Kamu tahu kalau Dikta baik?" Wira menatap istrinya penuh tanya.
Delvia meneguk ludahnya kasar, dia merutuki dirinya sendiri karena salah bicara. "Hem, meski belum kenal lama, tapi aku merasa kalau dia adalah orang yang baik," untung saja Delvia pandai perihal memberi alasan.
"Oh ya, besok malam mommy mengundang kita makan malam di rumah. Kamu tidak keberatan kan?"
Keberatan? Tentu saja? kata-kata itulah yang seharusnya Delvia ucapkan. Namun karena Delvia adalah artis yang sangat hebat, gadis itu memberikan jawaban yang berbeda. "Tentu saja!"
Selain keluarga inti, rupanya Nila juga mengundang Maya dan Bagas untuk makan malam. Delvia menegang saat melihat mobil Maya terparkir di halaman rumah mertuanya. Dengan kedatangan Maya, artinya Delvia harus kembali menunjukkan bakat aktingnya, dia harus terlihat mesra bersama Wira.
Malam ini Delvia tampak begitu anggun, gadis itu mengenakan dress panjang berwarna putih, rambut panjangnya dia biarkan tergarai. Delvia juga mengenakan beberapa aksesoris yang semakin membuatnya terlihat berkelas.
"Mas, mamaku ada di dalam. Kita harus berakting sebagus mungkin," bisik Delvia memberi peringatan kepada Wira.
"Jangan cemas, aku pandai berakting!" jawab Wira seraya tersenyum.
Delvia lalu mengaitkan tangannya di lengan Wira, keduanya masuk ke dalam rumah dengan wajah yang sudah mereka setel sebahagia mungkin. Kedatangan sepasang suami istri itu menarik perhatian semua orang, termasuk Dikta.
Kecantikan yang terpancar di wajah Delvia kembali mengalihkan dunia Dikta, pria itu mengagumi dalam diam, jantungnya berdetak dengan kencang, berulang kali Dikta jatuh cinta pada gadis yang sama.
"Kalian sangat serasi," sambut Nila seraya memeluk anak dan menantunya secara bergantian.
"Mereka pasangan yang sempurna jeng," sahut Maya tak mau kalah.
"Benar jeng. Aku jadi tidak sabar ingin melihat wajah anak mereka," Nila kembali melantur, membicarakan hal yang merusak suasana hati beberapa orang, di antaranya Delvia, Wira dan Dikta.
"Pasti sangat sempurna jeng, sama seperti kedua orang tuanya!"
"Makanannya sudah dingin mom," sela Dikta karena tak tahan mendegar omong kosong yang keluar dari mulut Nila dan Maya.
"Aku juga sudah lapar tante," sambung Bagas seraya mengelus perutnya. Bagas sangat peka, dia tau jika Dikta merasa tidak nyaman dengan perbincangan kedua emak-emak rempong itu.
Makan malam berlangsung khidmat, Delvia dan Wira menunjukkan bakat akting mereka. Keduanya tampak begitu mesra, sampai tak ada yang menyadari jika mereka hanya sedang bersandiwara.
"Mbak Delvia tidak bisa makan bawang putih mas," celetuk Dikta saat melihat Wira meletakkan lauk ke piring Delvia dan terselip irisan bawang putih di atasnya.
Ucapan Dikta menarik perhatian semua orang, bahkan kini Delvia dan Bagas tidak bisa menyembunyikan wajah panik mereka.
"Dari mana kamu tau itu?" tanya Maya menyelidik.
"Kami pernah makan bersama saat mengantar teman ke bandara tante," jawab Bagas dengan cepat, pria itu berbohong demi melindungi sahabatnya.
"Teman? Siapa?" Maya kembali mencecar pertanyaan.
"Kakak dari karyawanku ma!" sahut Delvia.
"Dikta.memang sangat teliti," Diwangkara memberi pujian. "Mari lanjutkan makan malamnya!"
Keringat dingin membasahi kedua tangan Delvia, sikap Dikta hampir membuatnya terkena serangan jantung. Setelah makan malam, Delvia memilih pergi ke dapur, membantu asisten rumah tangga membereskan peralatan makan. Meski Nila sudah melarangnya, namun Delvia bersikeras melakukannya dengan alasan sudah menjadi kebiasaan.
Berbenah di dapur rupanya berhasil mendinginkan otak Delvia, kini dia merasa lebih baik setelah mencuci semua peralatan makan.
"Apa yang kamu lakukan di dapur?"
Pertanyaan Dikta membuat Delvia terkejut, piring yang berada di tangan Delvia terlepas begitu saja, terjatuh dan hancur berkeping-keping. Secara tidak sadar Delvia berusaha membersihkan serpihan piring, namun yang terjadi Delvia justru melukai jarinya sendiri. "Auw," Delvia mengaduh, menatap darah yang mulai menetes dari jarinya.
"Are you okay?" Dikta bergegas menghampiri Delvia, pria itu segera menarik Delvia menuju wastafel, lalu mengguyur luka Delvia dengan air mengalir. "Kenapa kamu sangat ceroboh? Kamu selalu saja membuatku khawatir!"
Delvia hanya diam, membiarkan Dikta menceramahinya seraya merawat luka gores di jarinya. Di saat seperti ini, Delvia merasa menjadi wanita yang sangat jahat karena dia tak menolak semua kebaikan Dikta, hanya saja Delvia merasa nyaman dan mulai terbiasa dengan perhatian Dikta padanya.
"Kalian sedang apa?" tanya Wira seraya menatap istri dan adiknya.
"Kami," Delvia mulai panik, dia hendak menjaga jarak dari Dikta namun pria itu menahannya.
"Jari Delvia terluka, aku hanya sedang mengobatinya mas," ujar Dikta tanpa menoleh sedikitpun, dia sedang fokus membalut luka di jari Delvia.
"Oh. Kalau sudah selesai cepatlah keluar, mommy dan mamamu menunggu!"
"Ya mas!"
Dikta tergugu, pria itu tak menyangka Wira begitu acuh pada Delvia, padahal sebelumnya mereka tampak begitu mesra. "Lihat dan rasakan, siapa yang benar-benar mencintaimu!"
MAS DIKTA
DELVIA MAYURI
MAS WIRA
Ry dukung Dikta tunggu jandanya Delvi
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada buat Dy
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada bersamanya bkn suaminya
Lagian suaminya sibuk selingkuh sesama jenis
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Suami mana peduli
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Devi di datangi pelakor yg merebut ayah nya lagi
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
jangan sampai Dikta terjerat oleh Hera
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan