Sakit hati sang kekasih terlibat Cinlok (Cinta Lokasi) hingga berakhir di atas ranjang bersama lawan mainnya, Ameera bertekad menuntut balas dengan cara yang tak biasa.
Tidak mau kalah saing lantaran selingkuhan kekasihnya masih muda, Ameera mencari pria yang jauh lebih muda dan bersedia dibayar untuk menjadi kekasihnya, Cakra Darmawangsa.
Cakra yang memang sedang butuh uang dan terjebak dalam kerasnya kehidupan ibu kota tanpa pikir panjang menerima tawaran Ameera. Sama sekali dia tidak menduga jika kontrak yang dia tanda tangani adalah awal dari segala masalah dalam hidup yang sesungguhnya.
*****
"Satu juta seminggu, layanan sleep call plus panggilan sayang tambah 500 ribu ... gimana?" Cakra Darmawangsa
"Satu Milyar, jadilah kekasihku dalam waktu tiga bulan." - Ameera Hatma
(Follow ig : desh_puspita)
------
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara dll)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 03 - Deal!!
Pertanyaan Ameera tidak bisa Cakra jawab dengan cepat, dia butuh waktu untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan Ameera. Belajar dari pengalaman, terkadang beberapa selebritis kerap melakukan social experiment untuk kemudian menjadi tontonan khalayak ramai.
Andai benar-benar nyata, maka sudah tentu Cakra akan menerimanya. Jujur saja, dia sangat butuh uang, tidak hanya sedikit, tapi banyak.
Menjadi yatim piatu di usia remaja bukan hal mudah, terlebih lagi dia harus berperang dengan kerasnya kehidupan ibu kota demi bisa kabur dari beberapa lintah darat yang selalu mendesak Cakra untuk melunasi hutang mendiang ayahnya.
"Ehem, apa pertanyaanku kurang jelas? Tugasmu tidak berat, dari tampangmu seperti sudah biasa pacaran ... aku rasa tidak perlu dijelaskan kau sudah mengerti."
Pertanyaan Ameera sangat jelas, Cakra juga bisa memahami. Dia tidak segera menjawab bukan karena itu, melainkan tengah menimbang apa mungkin peluang semacam ini dia terima atau tidak.
Bukankah kesempatan tidak akan datang dua kali? Pertanyaan-pertanyaan yang membelenggu benaknya membuat Cakra tanpa sadar melontarkan jawaban yang membuat Ameera justru menduga jika dia memang pria bayaran.
"Satu juta seminggu, layanan paket sleep call plus panggilan sayang tambah 500 ribu ... gimana?" tanya Cakra hingga Ameera tersenyum tipis.
Tarifnya tidak setinggi yang Ameera kira, bahkan jika dia ingat-ingat jika membayar Cakra maka dia lebih hemat. Bagaimana tidak? Dengan tampang dan modal yang Cakra miliki, Ameera hanya perlu membayar 1,5 juta dalam seminggu.
Sementara dari riset yang dia lakukan ketika di mobil, beberapa pria yang dipromosikan oleh akun @Jalan_Cinta tersebut tersebut rata-rata mematok harga per-jam, bahkan jika ditotal satu hari para pelanggannya harus mengeluarkan uang 1-2 juta rupiah sekali kencan dengan berbagai service yang mereka berikan.
Namun, Ameera memilih Cakra bukan karena hemat, tapi pesonanya terkesan mahal hingga membuat wanita itu justru berani menawarkan harga yang jauh lebih tinggi dari ketentuan Cakra.
"Satu Milyar, jadilah pacarku dalam waktu tiga bulan," jawab Ameera tegas seraya mengulurkan tangannya, Cakra yang merasa tarif yang dia berikan sudah sangat tinggi mendadak seperti tidak ada harga dirinya lagi.
"Hah? Sa-satu apa?!"
Bibir Cakra bahkan bergetar, matanya mengerjap pelan dan dibuat semakin bingung dengan sosok Ameera. Satu milyar? Sebuah penawaran fantastis yang membuat mata Cakra seakan buta, terlebih lagi kemarin dia sempat makan pisang untuk pengganjal perut lantaran gaji yang dia terima habis untuk bayar kost, itu pun masih nunggak dua bulan.
"Biasa saja, aku akan memberikan tambahan jika kerjamu bagus."
"Deal!!"
Tanpa pikir panjang, Cakra menjabat tangan Ameera yang sejak tadi begitu sabar menunggunya. Mata pria itu bahkan terlihat membasah, dia tidak tahu harus berterima kasih dengan cara apa, tapi yang jelas kehadiran Ameera membuat pria itu hidup sehidup-hidupnya.
Persetan meski dianggap murahan, Cakra benar-benar tidak tahan lagi hidup menderita. Jika hanya menanggung beban hidupnya mungkin Cakra masih bisa, tapi yang menyedihkan adalah semua tanggung jawab mendiang sang ayah semasa hidup justru dibebankan pada Cakra hingga beban hidupnya luar biasa.
Jika anak lain ditinggali harta warisan, Cakra justru ditinggali hutang dimana-mana pasca kepergian sang ayah delapan tahun lalu. Selama ini dia sudah berusaha mencicil hutang mendiang ayahnya dengan segala usaha, Cakra rela melakukan pekerjaan apapun demi mendapatkan upah.
Namun, jika sudah sebanyak itu untuk orang seperti dirinya mana mungkin bisa lunas. Terlebih lagi, sang ayah berurusan dengan lintah darat, bunganya saja belum tentu lunas sekeras apapun Cakra berusaha.
Hal itulah yang membuat dia yakin dan menyetujui permintaan Ameera untuk menjadi kekasih bayaran. Agak sedikit menggelikan, bahkan mungkin dia akan menjadi bahan olokan teman satu tongkrongan lantaran benar-benar debut menjadi pria bayaran.
.
.
Cakra pikir, setelah dia menyetujui tawaran Ameera semua sudah selesai dan dia sudah bisa menikmati uangnya. Tanpa Cakra duga, ternyata prosesnya tidak sesederhana itu. Uang 1 Milyar yang Ameera janjikan akan dia terima setelah membubuhkan tanda tangan di atas materai.
Keesokan harinya, Ameera datang lagi dengan membawa surat perjanjian yang akan mengikat kerja sama di antara mereka. Dari sanalah, Cakra mengetahui identitas asli Ameera yang ternyata delapan tahun lebih tua darinya. Tidak ingin menyesal di kemudian hari, Cakra membaca butir-butir perjanjian tersebut dengan sangat teliti.
"Dilarang melibatkan perasaan?"
"Hm, itu adalah poin utama," jawab Ameera cepat, dia sudah tidak sabar menunggu Cakra menandatangi surat perjanjian tersebut lantaran jadwal syutingnya tidak sampai tiga puluh menit lagi.
"Bertindak seolah pacar sungguhan dan harus mendalami peran?"
"Off course!! Aku tidak mau teman-temanku curiga dengan hubungan kita nanti," tutur Ameera memperbaiki posisi kacamata yang dia rasa sedikit turun.
"Tidak boleh mengeluh, harus sabar dan tidak boleh bersikap kasar ... jika bertemu di manapun tanpa sengaja, harus segera menyapa dan harus bersikap semanis mungkin."
Suara Cakra perlahan memelan, untuk permintaan di awal kalimat dia mungkin bisa. Sabar dalam menghadapi wanita tidak begitu sulit. Namun, yang menjadi masalah adalah permintaan bersikap semanis mungkin jika bertemu secara tidak sengaja cukup membuat Cakra berdegub tak karu-karuan.
Bukan karena dia terpesona pada wanita cantik itu, tapi membayangkan andai memang terjadi nantinya Cakra tidak yakin bisa memuaskan hati Ameera. "Kenapa wajahmu begitu? Keberatan?" tanya Ameera membuyarkan lamunan Cakra.
"Hah? Tidak, aku hanya sedang berpikir dengan cara apa aku menyapa Kakak nanti," jawab Cakra kemudian mengedipkan mata layaknya penggoda.
Agaknya uang satu milyar yang sebentar lagi akan masuk ke rekeningnya membuat Cakra justru lupa akan jati dirinya sebagai pria pendiam dan tidak banyak ulah. Lagi dan lagi semua yang dia lakukan karena terpaksa, andai hidupnya baik-baik saja sudah jelas pria tampan yang kini menginjak 23 tahun tidak akan semenyedihkan ini.
Tidak ada yang sulit dan tidak mampu Cakra lakukan demi uang. Delapan tahun terakhir, dia sudah merasakan kerasnya dunia kerja bagi pejuang rupiah seperti dirinya. Bahkan jika dia ingat-ingat, pekerjaan ini adalah yang paling mudah dan menjanjikan, walau mungkin saja beresiko mengingat Ameera bukan orang biasa.
"Sudah, Kak, kapan aku bisa mulai bekerja?" Usai membubuhkan tanda tangan di sana, tanpa keraguan Cakra sudah mempertanyakan kapan dia harus memulai tugasnya.
"Nanti aku hubungi ... aku harus pergi sekarang, hampir telat," pamit Ameera sedikit terburu-buru, hanya karena menunggu Cakra membaca, dia memakan banyak waktu.
"Hm, hati-hati ya Sayang, kabarin aku kalau sudah sampai."
"Heih?" Ameera mengerutkan dahi, langkahnya bahkan terhenti setelah mendengar ucapan Cakra.
"Kenapa?"
"Kamu yang kenapa? Sudah kukatakan nanti kuhubungi kapan waktunya, kenapa malah dimulai sekarang?" tanya Ameera mengerutkan dahi.
Cakra tertawa pelan, dia memijit pangkal hidungnya sebelum kemudian menatap wajah Ameera yang bersemu merah. "Latihan, udah cocok, 'kan?"
.
.
- To Be Continued -