Tampan, mapan dan populer rupanya tidak cukup bagi sebagian perempuan. Vijendra sendiri yang menjadi objek dari ketidak syukuran pacarnya, atau mungkin bisa disebut mantan pacar. Ia memilih mengakhiri semuanya saat mendapati perempuan yang ia kasihi selama 3 tahun lamanya sedang beradu kasih dengan laki-laki lain.
Cantik, berprestasi dan setia juga sepertinya bukan hal besar bagi sebagian laki-laki. Alegria harus merasakan sakitnya diputuskan sepihak tanpa tahu salahnya dimana.
Semesta rupanya punya cara sendiri untuk menyatukan dua makhluk yang menjadi korban ketidak syukuran hingga mereka sepakat untuk menjadi TEMAN BAHAGIA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon firefly99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Kedatangan Isa dan Dika
"Ayo dek!" Alden sibuk memasukkan stroller ke dalam bagasi mobil. Sekarang weekend, ia berencana mengajak adik dan juga ponakannya berjalan-jalan. Melupakan sejenak hiruk pikuk pekerjaan dengan cara memanjakan adik, karena mau memanjakan istri tapi belum punya.
Alegria sendiri sudah siap dengan mididress 7/9 motif bunga sakura pada beberapa bagian. Ia terlihat manis dengan kesederhanaan nya. Di pangkuannya tentu ada nona manis kesayangan semua orang, yaitu baby Aileen.
"Have fun anak-anaknya ibu!" teriak Ale dari teras sambil melihat kepergian anak-anaknya. Entah mereka akan kemana.
Setelah mobil yang dikendarai oleh Alden tidak terlihat lagi, Ale memasuki rumahnya. Ia harus mempersiapkan beberapa hal untuk menyambut kedatangan Isa dan Dika yang kata suaminya akan bertamu siang ini, tapi tidak ingin anak-anak melihat kedatangannya. Untuk itulah ia meminta anak-anaknya jalan-jalan, mumpung akhir pekan.
Jam makan siang, kedua tamunya sudah datang. Ale dan Airlangga menyambut mereka dengan hangat. Meskipun masih berada di kota yang sama, tapi mereka jarang bertemu, karena Isa dan Dika memilih hidup dipinggir kota yang perlu waktu 1 jam lebih 30 menit untuk sampai di rumahnya.
"Ayo, kita langsung ke ruang makan saja." ajak Ale pada dua teman suaminya.
"Kamu ini repot-repot segala." ujar Isa.
"Siapa yang repot sih kak? Kak Isa tuh yang repot kalau kami berkunjung, sampai ke empang buat nangkap ikan." Ale tidak mau kalah.
"Nah, lihat sendiri bagaimana para perempuan ini ribut, Angga." komentar Dika.
"Ya, namanya juga perempuan." Airlangga menyambung.
Hal itu membuat mereka tertawa kecil lalu menyantap hasil masakan Ale di siang ini. Setelahnya, Ale menggiring mereka ke gasebo belakang rumah yang dikelilingi taman bunga milik Ale.
"Beberapa waktu lalu, saya dan bundanya anak-anak tidak sengaja bertemu dengan Dio yang sepertinya sedang nge-date dengan pacarnya. Dan pacarnya Dio ini adalah mantan kekasih dari Vajen. Bundanya anak-anak berpikir, mungkinkah kandasnya hubungan antara Vajen ada sangkut pautnya dengan keberadaan Dio. Jika iya, kami sebagai orang tua tentu sangat mengerti dengan rasa sakit yang pernah dialami oleh Vajen. Kami jadi mengerti kenapa nyaris 2 bulan itu, dia seperti bukan Vajen kami. Dan saat pulang liburan bersama Alden, kami melihat sesuatu yang baru pada anak kami, terlihat lebih hidup dan bersemangat. Yang belakangan ini kami ketahui karena kehadiran Yaya dalam hidupnya." cerita Dika dengan sangat detail.
Airlangga mengangguk mengerti. Hal yang sama juga terjadi pada anaknya, yang belum lama ini ia ketahui kebenarannya. "Ya, ada masanya anak-anak memang mengalami hal yang seperti itu. Wajar saja, kita ini komposisi dari suatu bentuk yang begitu kompleks, semuanya bisa kita rasakan." tanggapnya pada cerita Dika.
"Angga, kedatangan kami berdua kesini bukan hanya sebagai teman kalian, tapi juga sebagai orang tua yang ingin melihat kebahagiaan anaknya. Kami ingin melamar Alegria untuk Vajendra." ucap Dika.
"Jangan salah paham dulu, Angga, Ale. Ini tidak ada sangkut pautnya dengan asmara Vajen sebelumnya, juga bukan bentuk pelarian atau apapun itu. Kami hanya sedang membantu anak kami untuk meraih kebahagiaan nya, dan itu adalah Alegria, anak kalian." Isa tentu harus meluruskan ucapan Dika, agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Airlangga menggelengkan kepalanya, sementara Ale terlihat tersenyum, meski dengan sangat tipis.
"Apa sih, kak? Siapa juga yang negatif thinking." cibir Ale.
Hal itu membuat yang lain tertawa dan suasana lebih terasa santai.
"Dika, Isa, kalian berdua tentu tahu bagaimana keadaan Yaya sekarang. Ia tidak sendiri, ada baby Aileen yang bersamanya." ujar Airlangga.
"Oh, tentu saja, Angga. Kami sudah sangat lama ingin bertemu baby Aileen, tapi belum ada kesempatan." seru Isa.
"Bukan itu maksudku, Isa."
"Terus apa?" tanya Isa.
"Apakah kalian menerima baby Aileen untuk ikut masuk ke dalam kehidupan Vajendra?" tanya Airlangga.
"Kenapa tidak? Velma dan Vajen bilang dia bayi yang lucu. Mereka berdua suka pamer memperlihatkan foto baby Aileen, sampai Dika saja jadi greget pengen cubit, katanya."
Ale dan Airlangga bisa bernapas lega sekarang setelah mendengar jawaban Isa barusan.
"Kalian ini kenapa sih? Memangnya kami sejahat itu sampai tega memisahkan ibu dan anaknya?" seloroh Dika.
"Bukan begitu, kak. Di jaman sekarang, tidak sedikit orang tua yang ikut campur dengan urusan anaknya, apalagi perihal pendamping hidup. Ale hanya takut, keberadaan Aileen mengganggu pandangan orang-orang di luar sana sehingga muncul spekulasi yang negatif." Ale pun menyampaikan ke-khawatiran nya.
"Ale sayang, kita ini limited edition. Kita bukan orang tua seperti itu. Pikiran kita sudah sangat terbuka." ucap Isa.
"Jadi fix yah, kita besanan?" tanya Dika.
"Anak-anak sudah tahu?" tanya Airlangga.
"Belum. Kami belum berbicara dengan Vajen. Awal Mei nanti anaknya pulang, kami akan melamar secara resmi jika yang bersangkutan sudah ada." jawab Dika. "Jadi mohon kesiapannya untuk melepaskan anak gadis kesayangannya yah pak Angga." godanya.
Airlangga mencebikkan bibirnya. "Saya sih gak masalah. Yang masalah itu, papi dan papanya. Tahu sendiri Yaya lebih banyak menghabiskan waktu dengan mereka."
"Tolong berikan pengertian kepada mereka, Ale." pinta Isa.
"Diusahakan, kak." Ale mengangguk menyetujui.
"Sebenarnya Vajen sudah meminta izin kepada saya beberapa saat yang lalu untuk mendekati Yaya. Ya, anak muda itu begitu berani. Saya suka." ungkap Airlangga.
"Wah, anak saya itu." bangga Dika.
"Anaknya bunda juga yah." Isa tidak mau kalah.
"Iya, anaknya kalian deh." Airlangga melerai.
Suara grasak-grusuk terdengar dari depan, rupanya anak-anak sudah pulang.
"Eh." kaget Alegria saat melihat keberadaan Dika dan Isa.
"Eh eh eh, salim dulu, dek." ujar Alden cepat, lalu mencium punggung tangan Dika dan Isa.
"Selamat sore, om, bunda." sapa Alegria, setelah memberikan Aileen ke ibunya.
"Curang nih." ujar Dika.
"Curang kenapa, om?" heran Alden.
"Masa' cuma bundanya aja yang dipanggil bunda, om malah gak dipanggil ayah." jawab Dika.
"Owalaah. Belajar bilang ayah, dek. Barangkali jadi ayah benaran." goda Alden.
"Abang ini, suka sekali godain adiknya." tegur Ale.
Alden hanya nyengir.
"Ini cucuku yah?" Isa sudah berada di dekat Ale. "Mau pangku jugaa." rengeknya.
Ale lalu memberikan Aileen ke Isa. Bayi itu sedang mengisap ibu jarinya, sesekali tertawa saat diajak berbicara, matanya pun berbinar-binar.
"Ihh, mau bawa pulang." ujar Isa lagi.
"Lucunya ihh." Dika ikut menoel pipi gembul Aileen.
Niat Alegria untuk langsung bersih-bersih tidak menjadi kenyataan. Ia memilih untuk bergabung dengan yang lain.
"Hehehehe"
"kikiki kikikki"
"Kuku kukuku kukukuuuku"
"Ihh, sudah bisa ngoceh " Isa semakin gemas.
Mau pantengin terus sampai tamat ahh 😁
Semangat kak bikin ceritanya 🤗 ditunggu sampai happy ending yahh 😘