Kedatangannya di kota lain dengan niat ingin memberi kejutan pada suaminya yang berulang tahun, namun justru dialah yang mendapat kejutan.
Semuanya berubah setelah ia melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri, suami yang sangat di cintainya menggendong anak kecil dan dan merangkul seorang wanita di sampingnya.
"Siapa wanita itu Mas!" Bentak Anastasya.
"Dia juga istriku." Jawab Damian.
Deg!
Anastasya tersentak kaget, tubuhnya lunglai tak bertenaga hampir saja jatuh di lantai.
"Istri?" Anastasya mengernyitkan keningnya tak percaya.
Hatinya hancur seketika tak bersisa, rasanya sakit dan perih bagai di sayat pisau tajam. Suami yang selama ini dia cintai ternyata memiliki istri di kota lain.
Bagaimana nasib rumah tangganya yang akan datang? Apakah ia mampu mempertahankannya ataukah ia harus melepaskan semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan
"Leppas.. Naya!" Lirih Anastasya menahan tangan kanan di rambutnya namun susah untuk melepasnya.
"Kamu tau kenapa Damian tidak bisa menemukanmu di Bandung saat itu? Karena aku yang telah merusak cctv hotel. Dan kamu curiga aku yang mencoba membunuhmu bukan? jawabannya ya, orang suruhan aku yang membuang mu ke jurang. Bagaimana, apa kamu sekarang takut padaku? jadi jangan coba-coba mengancam dan melawanku." Kanaya menyentak tangannya hingga Anastasya terlempar ke lantai.
Dahi Anastasya berdarah terbentur sudut meja. Ia menyeka darah di dahinya yang perih. Ia tidak menyangka ternyata Kanaya sangat licik. Tapi dia merasa lega karena Kanaya telah mengakui perbuatannya secara tidak langsung.
Anastasya menangis kesakitan memegang dahinya yang semakin banyak mengeluarkan darah.
Kanaya segera pergi meninggalkannya menuju kamar Radit.
Anastasya berjalan mencari kotak obat yang ada di laci nakas lalu masuk ke dalam kamarnya. Ia mengobati lukanya di depan cermin sesekali meringis menahan perih.
Setelah selesai ia kembali berbaring di tempat tidur. Ia kembali memikirkan perkataan Kanaya.
"Maafkan aku Mas! aku memilih bercerai. Jika aku bertahan, wanita itu pasti akan membunuhku. Kamu juga sudah menghianati pernikahan kita. Meskipun dengan alasan orang tua, tapi aku tidak bisa memaafkan penghianat." Lirih Anastasya.
Ia menarik selimut kemudian menutup matanya.
.....
Cahaya pagi hari memasuki kamar lewat celah-celah jendela. Anastasya membuka matanya dengan perlahan, ia segera membersihkan diri dan memakai pakaian kantornya, tidak lupa ia memberi obat pada lukanya lalu menutupnya dengan plaster obat.
Anastasya mengingat percakapannya dengan Kanaya semalam kemudian keluar dari kamar. Ia menoleh ke kiri dan kanan kemudian segera mengambil perekam suara yang ia simpan.
"Nyonya cari apa?" Tanya Mbok Siti mengangetkan nya.
"Aku cari anting Mbok, tapi sudahlah mungkin jatuh di kamar." Jawab Anastasya.
"Astagfirullah... Nyonya, itu keningnya kenapa?" Tanya Mbok Siti.
"Ini aku terbentur sisi pintu mbok. Apa sarapannya susah selesai Mbok?"
"Sedikit lagi."
"Ya sudah aku ke kamar dulu bangunin Mas Damian."
Anastasya berjalan menuju kamar, ia membangunkan Damian kemudian bersiap untuk menuju kantor.
"Mas, bangun..!" Panggil Anastasya sambil menepuk lengan Damian.
Damian membuka matanya perlahan, ia terkejut melihat plaster obat yang menempel di dahi Anastasya.
"Kamu kenapa sayang..? kenapa dahi kamu terluka?" Tanya Damian memegang wajah Anastasya dengan kedua tangannya.
"Ulah istri siri Lo." Kesal Anastasya.
"Apa yang dilakukannya? masa ia Naya se-tega itu?" Tanya Damian tidak percaya.
"Kamu nggak percaya? Apa kamu pikir aku akan melukai diriku sendiri? Aku nggak seperti kamu yang sering berbohong Mas!" Jawab Anastasya.
"Kenapa jadi aku? aku tidak bilang kamu bohong." Ujar Damian. Ia beranjak dari tempat tidur kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
Saat sarapan mereka tidak banyak bicara. Hanya terdengar suara Radit yang berceloteh tentang mainannya.
"Naya! Jelaskan kenapa dahi Anastasya terluka." Tanya Damian setelah menyelesaikan makanannya.
"Mana aku tau Mas, mungkin dia jatuh terbentur sesuatu. Kenapa nggak tanya Dia langsung." Jawab Kanaya dengan wajah yang biasa.
'Benar-benar licik.' Batin Anastasya.
"Sudahlah Mas! mana ada maling ngaku." Sela Anastasya.
"Apa maksud kamu? Kamu menuduh Naya melukaimu? Naya semalam bersamaku dikamar, nggak mungkin dia melukaimu." Bela Weni.
"Mas! ayo kita berangkat, nggak usah di permasalahkan lagi, aku baik-baik aja kok." Anastasya berdiri meninggalkan meja makan di susul Damian.
Setelah kepergian Damian dan Anastasya, mereka tertawa senang penuh kemenangan. Mereka merasa sudah membuat Anastasya tidak betah tinggal di rumah itu.
Damian masuk ke dalam mobil bersama Anastasya. Suasana hening tidak ada yang mau memulai percakapan karena takut akan berujung dengan pertengkaran.
Saat sampai di kantor, Anastasya langsung menuju ruangannya. Ia sudah bertekad akan menuntut cerai Damian hari ini. Ia sudah membuat janji dengan seorang pengacara yang kebetulan juga temannya saat kuliah. Mereka berkenalan saat melakukan kegiatan bakti sosial di salah satu yayasan dan berteman dengan baik hingga sekarang.
Anastasya memanggil Shintia masuk ke dalam ruangannya untuk membicarakan masalah perusahaan. Setelah selesai membahas perusahaan dengan serius, mereka berpindah ke sofa.
"Gw sudah dapat bukti kejahatan Kanaya." gw sudah copy ke ponsel Gw. Lo liat aja sendiri." Anastasya menyerahkan ponselnya ke Shintia.
Mulut Shintia terbuka lebar tidak percaya, ia segera menutupnya sambil geleng-geleng kepala.
"Gila! wanita ular, licik, dan berbahaya." Umpat Shintia.
"Mulut Lo tajam banget Shin! pantesan nggak ada cowok yang berani deketin Lo." Ejek Anastasya.
Shintia tidak memperdulikan Anastasya mengejeknya ia tetap fokus dengan kata-kata Naya yang mengancam Anastasya.
"Dengan bukti ini, dia bisa masuk penjara Sya..! dengan begitu Damian akan meninggalkannya dan Lo tetap bisa mempertahankan rumah tangga Lo." Seru Shintia.
"Nggak Shin! Gw nggak tega dengan Radit! Gw bisa saja mencebloskan Kanaya ke penjara saat ini juga, tapi gw nggak tega memisahkan anak dengan ibunya. Aku nggak sekejam Kanaya yang selalu berusaha nyingkirin gw." Ujar Anastasya.
"Tapi Lo juga nggak bisa ngebiarin dia berbuat kriminal terus Sya..! Liat jidat Lo, itu juga termasuk kejahatan! Dia sudah kelewatan. Jika Lo nggak bawa masalah ini ke jalur hukum, Gw yakin dia akan ngebunuh Lo. Lo nggak dengar bagaimana dia berencana ngebunuh Lo." Kesal Shintia.
Anastasya berpikir mencerna omongan Shintia.
"Tasya, kok kamu kayak mikir-mikir gitu? Apa yang sedang Lo pikirin?" Tanya Shinta.
"Gw benar-benar nggak habis pikir, gw nggak tahu harus mengambil keputusan seperti apa sekarang." Ujar Anastasya bersandar lemas.menekan pelipisnya.
"Ambil keputusan untuk jangka panjang. Jika Lo tetap bertahan Lo akan semakin sakit dan tidak tau sampai kapan berakhir. Jika Lo cerai, Lo akan sakit saat itu juga, tapi setelahnya Lo lepas tanpa beban. Lo harus berusaha bangkit dan berdiri diatas kaki Lo sendiri." Nasihat Shintia.
"Gw pikir perkataan Lo ada benarnya. Sebenarnya gw sudah hubungin Tirta untuk mengurus perceraian gw." Ujar Anastasya.
"Apa Lo yakin dengan keputusan Lo?" Tanya Shintia senang.
Mata Anastasya mulai berkaca-kaca, ia mengalihkan pandangannya keatas untuk menahannya.
"Gw yakin ini yang terbaik untuk gw dan Mas Damian. Sebenarnya gw masih sangat mencintainya Shin, berat rasanya berpisah dengan orang yang kita cintai. Tapi jika gw tetap bertahan, semuanya akan terluka termasuk Gw." Anastasya berusaha tegar.
"Itu baru Tasya yang gw kenal. Berpikir sebelum bertindak." Puji Shintia.
Mereka kemudian berpelukan. Air mata yang Anastasya tahan kini berlinang membasahi pipinya.
"Hikss, hikss, ini keputusan terbesar yang gw ambil dalam hidup gw Shin..! Gw ingin mengakhiri penderitaan Gw. Gw sudah nggak sanggup, ini terlalu menyakitkan. Hati gw ingin menerima dan memaafkan, tapi makin hari luka itu makin bertambah." Tangis Anastasya.
"Sudah, jangan nangis lagi. Keputusan yang Lo ambil sudah tepat. Gw juga nggak mau liat Lo terus menerus disakitin. Meskipun kita mencintai seseorang tapi bukan berarti orang itu bisa seenaknya saja nyakitin kita. Lo harus kuat. Gw akan selalu ngedukung apapun keputusan Lo." Jelas Shintia.
"Makasih Shin." Anastasya melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya.
"Gw harus siap-siap nemuin Tirta. Jika Damian nanyain gw, Lo bilang aja gw keluar sebentar ada urusan." Pesan Anastasya.
"Lo tenang aja, gw keluar ya? masih banyak pekerjaan gw yang numpuk. Ingat setelah makan siang Lo harus ikut meeting di kantor Royal Group.
.
.
.
Bersambung....
Sahabat Author yang baik ❤️
Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏
tendang aja burungnya biar ga BS terbang sekalian . gedeegggggg bgt.
ga mgkn hamil juga lah. kayaknya si Damian mandul. tp ditipu SM Mak Lampir.
gunakan hp, minta tolong Austin kek, atau minta tolong Tirta kek. gedeghhggg