Leona Sarasmitha tiba-tiba terbangun di dunia asing dan merasuki tubuh seorang bangsawan yang tak memiliki sihir?
Leona Arathena Castallio, di kenal sebagai sampah karena tidak memiliki sihir dan diabaikan keluarganya.
Bagaimana kehidupan nya setelah di dunia aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Carl mengurut pelapisnya yang mendadak pening saat mendengar laporan ke empat anak didiknya mendatangi markas preman dan membuat kekacauan atas laporan dari pengawal milik Iris. Dan kini keempatnya duduk santai sambil menyuap cemilan tanpa etiket kebangsawanan membuat Carl harus menahan kekesalannya untuk tidak menjitak mereka. Pria berkulit sedikit gelap itu hanya bisa tertawa canggung.
"Ahaha, mungkin mereka bersenang-senang. Tolong dimaklumi. Saat di Akademi, mereka biasanya keluar diam-diam dan kembali membawa beberapa kepala monster yang di dapat entah dari mana." Sahut Carl kikuk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Sontak mereka yang mendengar hal itu menganga tak percaya. Bahkan beberapa pelayan tak sengaja menumpahkan teh yang dituangkan ke dalam cangkir.
"Mereka juga sering keluar masuk ke ruang kedisiplinan Akademi atas tingkah laku mereka." Lanjut Carl santai dan menatap ke empat orang itu yang kini malah memalingkan wajah sambil bersiul-siul dengan memasang wajah tengil andalan mereka.
Sementara Calvian, Emillio dan Iris menatap mereka dengan ekspresi berbeda. Iris menatap mereka iri sementara Calvian dan Emillio menatapnya dengan tak percaya.
"Guru, Anda tidak usah menyindir kami seperti itu. Bagaimana jadinya jika kami tidak bertarung dengan monster sungguhan dan malah bermain perang-perangan dengan teman sebaya kami? Itu tidak asik." Sahut Wei Tao tanpa dosa.
"Benar, Guru. Apalagi aku dan Kiara berasal dari jalanan dan tidak memiliki tempat tinggal. Sudah untung Leona mau menguras beberapa kasino sehingga kami yang tidak mampu bisa mencukupi kebutuhan kami." Imbuh Eura tanpa dosa.
"Bukannya itu melanggar peraturan Akademi? Di Akademi ku tidak ada kegiatan seperti itu." Celetuk Iris tiba-tiba yang malah mendapatkan tatapan mengejek dari Leona.
"Untuk apa membandingkan Akademi satu dengan yang lainnya? Malah lebih bagus jika mau berlatih daripada membanggakan sihir yang tidak pernah di latih." Sindir Leona tanpa mengalihkan perhatiannya yang berhasil membuat Iris terdiam.
Carl dan Calvian menatap Leona yang asik menyuapi si tupai dengan tatapan tak percaya.
"Itu hanya kebetulan ada bangsawan bodoh yang mau taruhan denganku. Jadi aku ladeni saja sampai dia bangkrut." Sahut Leona sambil tersenyum tengil.
"Dasar pembuatan onar." Cibir Emillio.
"Kami memang pembuatan onar dan kami bangga dengan sebutan itu." Sahut Iven santai.
"Daripada menjadi anak penurut yang tidak tau apa-apa itu sangat menyusahkan." Sambung Wei Tao.
Emillio hanya bisa terdiam dengan perkataan mereka. Selain pembuat onar, mereka juga bisa bersilat lidah hingga membuat lawan bicara mereka tak bisa berkata-kata.
💠💠💠
Carl bersama Calvian diikuti keempat muridnya memasuki area latihan kediaman Castallio setelah sebelumnya sempat minta ijin untuk melatih murid-muridnya.
"Kalian bisa menggunakan tempat ini untuk latihan." Ujar Calvian ramah.
"Terimakasih, Duke."
Mereka mengamati area latihan Castallio. Terdapat berbagai pepohonan yang menyerupai hutan kecil dengan medan yang tidak terlalu terjal. Sangat cocok untuk berlatih fisik untuk orang yang baru masuk sebagai ksatria di kediaman Castallio.
Calvian diam-diam melirik Leona yang asik mengelus panther hitam. Dia ingin berbicara pada gadis itu, namun sayangnya dia masih tak sanggup berbicara dengannya.
Leona yang menyadari hal itu tak ambil pusing dan malah asik mengelus Kei yang berwujud panther hitam.
"Baiklah, anak-anak. Untuk pertama kali setelah tim kita terbentuk, kita mengadakan sparing untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kalian." Jelas Carl yang langsung mendapatkan senyum iblis dari keempat muridnya. Bahkan Kei ikut mengaum sambil menggoyangkan ekornya.
"Guru, bagaimana jika kita taruhan?" Tantang Leona jahil yang di balas dengan anggukan dari ketiga pemuda yang menjadi rekan timnya.
"Akan lebih seru jika sparring ini ada taruhannya, Guru." Sambung Eura sambil tersenyum iblis.
Carl yang tidak curiga menyanggupi taruhan konyol dari keempat muridnya.
"Baiklah, aku setuju. Yang kalah akan mengikuti keinginan yang menang." Balas Carl mantap.
Mereka berempat saling tatap lalu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum jahat.
"Setuju." Sahut mereka kompak.
"Baiklah, kita mulai! Serang aku dengan hawa membunuh." Setelah itu Carl langsung menghilang dari sana.
"Kaze, temukan pohon apel yang berubah ranum." Ucap Leona pada Kaze yang berwujud tupai.
Kaze mencicit dan segera pergi dari sana.
"Apa yang akan kau lakukan dengan buah apel itu?" Tanya Eura tidak mengerti.
"Guru sangat mencintai buah apel. Jadi kita gunakan buah itu untuk mengelabui nya." Sahut Leona santai.
"Kalau begitu aku akan mencari keberadaan guru." Ucap Iven sambil menghentakkan tangannya ke tanah. Dalam waktu singkat muncul berbagai patung tikus yang terbuat dari tanah.
"Temukan guru Carl." Titah Iven. Tikus-tikus tanah itu segera menyebar ke segala arah.
"Bagaimana kau bisa membuat sihir tanpa merapalkan mantra?" Tanya Iris tak percaya. Entah sejak kapan gadis itu berada di sana.
"Jika kau hebat dalam mengontrol mana, kau bisa membuat sihir apapun dalam waktu singkat." Sahut Iven.
Iris hanya menundukkan kepalanya malu. Dia bahkan belum bisa mengontrol mana miliknya.
Tak berapa lama, seekor tikus tanah datang sambil mencicit seolah memberitahu keberadaan Carl. Iven langsung tersenyum senang.
"Aku telah menemukan keberadaan guru. Apa kita harus menyerangnya bersamaan?" Tanya Iven.
"Kita buat serangan kejutan. Penutupnya kita jebak dengan sekeranjang buah apel." Seringai Leona yang langsung di balas kekehan setan dari ketiga pemuda itu.
💠💠💠
Carl sedang asik bersantai ria di atas pepohonan sambil memakan sebuah apel. Tiba-tiba muncul beberapa kunai dan shuriken yang terbang kearahnya.
Carl segera mengeluarkan perisai sihir yang langsung mementalkan kunai dan shuriken itu. Dia segera mengamati sekitar mencari seseorang yang melemparkan kunai dan shuriken ke arahnya, dan ketemu.
Terlihat Leona berdiri di atas dahan pohon sambil memegang sebuah tongkat bersama seekor panther hitam yang memamerkan gigi taringnya.
"Kami menemukanmu, Guru." Ucap Leona santai sambil memainkan tongkatnya.
"Kau menemukanku dengan cepat, bocah." Tukas Carl.
Tanpa aba-aba, Leona segera melesat menyerang Carl. Pria itu segera menghindari serangan Leona dengan melompat turun ke bawah dan mendarat dengan selamat.
Tiba-tiba dia di kejutkan oleh serangan dadakan dari Eura. Pemuda bersurai merah itu melayangkan sabetan pedang kearah Carl yang belum siap menyambut keberadaannya. Dengan sigap Carl membuat pertahanan sihir untuk memblok serangan Eura dan segera melompat menjauhi mereka. Lalu dia melihat Leona muncul dari sebuah semak dan melayangkan tinju ke arahnya. Carl melompat menghindar beberapa langkah kesamping.
'BLAARR'
Tempat Carl berdiri sebelumnya hancur lebur membuatnya membelalakan matanya. Dia tak menyangka jika gadis yang tak pernah ikut stimulasi pertarungan memiliki tenaga yang mematikan seperti ini.
Suara ledakan membuat beberapa orang penasaran. Mereka segera berbondong-bondong mendekati asal suara itu dan mendapati tiga orang yang bertarung cukup sengit.
Kombinasi Eura yang suka berpedang dengan Leona yang menguasai beladiri serta berbagai senjata membuat Carl sedikit kewalahan. Bahkan dia belum sempat menyerang dengan kekuatan sihir karena sibuk menghindari serangan dari mereka.
"Mereka benar-benar hebat."
"Bukannya itu nona Leona? Pukulannya sangat mengerikan."
"Nona Leona dulu sempat pingsan berkali-kali karena memaksakan diri. Aku tak menyangka beliau menjadi sekuat ini."
Bahkan beberapa prajurit dan pelayan sibuk berbisik-bisik memuji Leona yang membuat Iris merasa malu. Dia bahkan tidak pernah latihan sama sekali selain sibuk berfoya-foya.
Calvian dan Emillio hanya mendengarkan tanpa bisa berkomentar apapun. Dia masih menatap Leona yang memojokkan Carl bersama Eura. Kombinasi mereka sangat mengagumkan.
Mereka yang menonton pertarungan itu hanya bisa menatap kagum. Leona yang tidak memiliki mana ternyata memiliki fisik yang sangat kuat. Bahkan pukulannya bisa menumbangkan sebuah pohon.
Tiba-tiba Leona melompat keatas pohon dan berlari seperti ninja yang sukses membuat mereka berdecak kagum. Bahkan prajurit di kediaman Castallio tidak bisa melakukannya.
Eura pun segera bersembunyi ke arah semak-semak yang sukses membuat Carl kebingungan.
'BOOMM'
Sebuah ledakan sihir membuat Carl menghindar dan menatap sang pelaku dengan kesal.
"Hei, aku belum siap!" Seru Carl kesal.
"Tidak ada kata belum siap dalam pertarungan ini, Guru." Sahut Iven.
Wei Tao melancarkan serangan sihir disusul oleh Iven kearah Carl. Pria malang itu dengan sigap menghindari serangan sihir mereka.
Iven dan Wei Tao melancarkan sihir tanpa henti kearah Carl yang sukses memojokkan pria itu.
Carl segera menghalau dan membalas serangan mereka dengan semangat, namun Eura muncul tiba-tiba dan langsung menegaskan pedang ke arah pria itu dan Carl berhasil menghindar.
"Astaga, kalian bersemangat sekali." Ucap Carl dan menatap ketiga muridnya yang kini menyeringai kearahnya.
"Bukannya tadi kau bilang untuk menyerangmu dengan nafsu membunuh?" Tanya Iven.
"Oho~ Rupanya kalian bersungguh-sungguh, ya. Kalau begitu aku juga bersungguh-sungguh." Ucap Carl dan segera menggumamkan sesuatu.
'Pluk'
Hening mendadak saat sebuah apel menggelinding tepat di bawah Carl. Seketika mereka mendongak dan mendapati Leona duduk santai di atas pohon dengan sekeranjang apel merah ranum yang sukses membuat Carl terpesona pada apel-apel yang di bawa Leona.
"Siapa yang mau sekeranjang apel merah ini?" Leona menawar sekeranjang apel dengan seekor tupai menyembul di sana sambil mengunyah sebuah apel.
"Oh, tidak ada, ya? Kalau begitu aku akan membuangnya." Sahutnya santai.
Carl langsung menurunkan kewaspadaan nya dan ketiga pemuda itu segera melancarkan serangan telak kearah Carl.
"Dasar murid durhaka!!" Teriak Carl disusul tawa nista dari keempat muridnya.