Doyama adalah segerombolan penjahat jenius yang diberi modal oleh salah satu perusahaan asing untuk mengubah limbah perusahaan nya menjadi ramuan yang dapat merubah karakter serta bentuk ras serupa manusia menjadi iblis dan monster kanibalisme.
Perusahaan tersebut mencampurkan DNA manusia terpilih dengan limbah serta bahan kimia yang ditemukan oleh peneliti untuk menciptakan ras baru yang berada dalam kendalinya yang dimana nanti nya ras baru tersebut menularkan racun kepada manusia normal sehingga menjadi mahluk yang sama yang berada di bawah kendalinya.
Iblis setengah monster setengah manusia itu dinamai Rambi. Rambi sendiri bisa bertindak anarkis bahkan bisa menghasut dan membunuh manusia sesuai dengan apa yang di isntruksikan oleh tuan nya.
Akankah ada pahlawan yang bisa menghentikan wabah buatan ini? Ataukah manusia akan benar-benar musnah dan bumi menjadi milik perusahaan tersebut secara tunggal beserta para budak iblisnya?
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kalimat Fiktif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Mula Kisah Reinkarnasi
Penyerangan kembali terjadi di Kota Emerlyd. Penyerangan penyerangan yang dilakukan oleh monster suruhan Goro mulai merajah kota itu setelah dua bulan lamanya kota tersebut diliputi ketenangan yang sangat damai dan nyaman.
Kebanyakan dari monster tersebut saat ini mengincar anak kecil dan mereka berwujud lebih canggih lagi dimana mereka bisa mengubah diri mereka menjadi manusia hingga bentuk fisik dari monster setengah iblis itu tidak bisa dibedakan dengan masyarakat yang berada di kota tersebut.
"Apa yang kamu lakukan Eren? Kamu sudah gila membunuh anakmu sendiri?" Bentak seorang pria setengah baya kepada istrinya yang sedang menusuk nusuk tubuh anak semata wayang nya diatas tempat tidur menggunakan sebilah gunting rumput.
"Diam kau jika kamu banyak bicara Setelah ini akan jadi giliran mu!" Timbal Wanita tersebut, Matanya terlihat terang merah menyala dan suaranya terdengar serak dan berat, tidak seperti Eren yang dikenali olehnya selama ini.
"Si, siapa kau? Di, dimana istriku" Ucap lelaki itu dengan gugupnya.
"Aku Eren istrimu!" Balas Wanita itu sembari membalikan badan menyeringai seram dan mulai menampakan wujud yang sebenarnya.
Leher perempuan itu terlihat memanjang ke udara hingga ubun ubun nya menyentuh atap Kamar, Selain itu kuku kuku panjang melengkung mulai bermunculan diantara jemarinya yang tadi berwarna putih lembut bercampur darah kini terlihat berwarna hitam legam seperti terpanggang.
Rambut panjangnya pun perlahan lenyap berganti menjadi dua buah tanduk runcing yang bertengger kokoh dikepalanya, Monster itu menatap Jalang kearah Pria dibawah nya yang sedang terduduk dengan tubuh yang mengigil kengerian.
"Ayo mas, aku eren istrimu!" Kembali monster itu berucap dengan suara serak yang makin mempertegas bahwa dia bukanlah istrinya.
Pria itu kemudian sadar bahwa ia selalu menyimpan pistol dikolong tempat tidurnya untuk berjaga jaga bilamana ada maling malam hari datang menyatroni rumahnya. hingga kemudian tangan nya merayap kebawah tempat tidur tersebut dan menemukan sepucuk senapan api itu yang masih terbungkus utuh dengan peluru di dalam nya.
"Haha, Sekarang enyahlah kau mahluk sialan!" Gertak Pria itu dengan nafas yang tersenggal senggal, yang kemudian beberapa kali menembakan pucuk senjata tersebut pada monster di depan nya.
"Darrrr"
Dua kali suara letupan itu terdengar kontras diruangan kamar dan peluru tersebut tepat mengenai kepala dari monster di depan nya, percikan darah disertai daging dari sebelah kepala kanan yang hancur terlihat sangat jelas sekali berjatuhan keatas ranjang disamping nya.
Namun itu semua hanya bertahan beberapa detik saja setelah kemudian secara perlahan daging dari kepala yang hancur itu mulai terbentuk kembali seperti bergenerasi lalu terlihat utuh lagi seperti semula.
"Si, sialan!" ucap pria tersebut yang kemudian menembaki nya dengan membabi buta hingga peluru yang berada di dalam pistol nya habis sedangkan mahluk yang berada di depan matanya itu masih terlihat utuh kembali seperti sediakala.
"Warghhhh, Da, dasar iblis!" Teriak Pria tersebut dengan suara terbata bata lalu tubuh gemetar nya dipaksa untuk bangkit mengambil langkah seribu.
"Mau lari kemana kau mas, aku ini istrimu!" Gumam Monster itu yang kemudian melebarkan tangan nya lalu menangkap pinggang dari pria itu dan seketika kuku kuku nya yang tajam perlahan merajam tubuh nya hingga terdengar bunyi patahan tulang remuk yang menyeramkan di ikuti dengan darah merah yang seketika membucah abstrak diatas lantai dan sprei saat kuku kuku tajam itu dilepaskan.
"Hohoho, coba saja kau nurut dengan apa yang di ucapkan oleh istrimu ini mas, mungkin kamu tidak akan aku bunuh" Gumam nya dengan melejitkan lidah, yang kemudian kembali ke bentuk semula dimana ia menjadi seorang perempuan cantik yang berjalan dengan santai keluar kamar tanpa ada sedikit pun noda darah ditubuh nya.
Sedang dua korban hasil kebiadaban nya tergeletak bersimbah darah dengan isi perut kemana mana diatas lantai yang dingin diruangan yang mulai terasa pengap bau anyir, tanpa seorang pun mengetahuinya bahwa ada bangkai manusia disana.
******
Seorang anak yang kemarin mencuri roti di toko paman syam saat ini sedang menggigil ketakutan. Kedua matanya yang polos itu menatap lurus kearah satu sosok monster berbadan manusia berkepala ganda berwujud tengkorak dan berjalan kaku menghampirinya.
Semenjak beberapa menit yang lalu monster itu masuk bocah itu melemparinya dengan berbagai benda yang ada dirumah kumuh tersebut hingga ia merasa tertantang dan perlahan semakin berjalan mendekat kearahnya.
"Aku tidak akan membiarkan kamu menyakiti adik dan nenek ku, tidak akan!" Gertak bocah itu dengan melebarkan kedua tangan nya kebelakang.
"huuu, tapi maaf Aku akan menjadikan adik dan nenekmu itu daging panggang yang lezat untuk tuanku huhuhu" Jawabnya mengolok ngolok keberanian bocah tersebut.
"Tidak akan, lihat saja ini!"
Si bocah kecil itu pun berlari dengan tangan terkepal mencoba menyerang monster itu dari depan. namun, monster itu lebih dulu menghalau nya dengan sebelah tangan nya yang tiba tiba saja memanjang seperti tongkat sehingga dengan mudahnya bocah itu terlempar dan tersungkur ke sudut tembok.
"BRAKKKH"
"kakak!" Teriak adik perempuan nya yang berlari lalu duduk menghampirinya dengan isak tangis.
"Ciihhh, hanya segitu kemampuan mu, dasar monster jelek" Gertak bocah itu kembali terbangun dengan sedikit meringis.
"Minggirlah kau Nastrin aku akan mengalahkan nya sekarang juga" Ucapnya menambahkan.
Sibocah kembali berlari kearah monster itu dengan penuh keberanian dan untuk yang kedua kalinya pula tubuh nya terhempas kali ini agak sedikit lebih jauh, ia tersungkur disamping tubuh nenek nya yang sedang terbaring tak berdaya. Diatas karpet lapuk.
"kaka sudah kita lari saja!" Teriak adiknya dalam isak tangis yang mulai menjadi.
"Huhuhu, aku akui keberanian mu bocah kecil tapi kamu bukanlah tandingan ku sekarang" Balas monster tersebut yang kemudian merubah bentuk tangan nya menjadi sebilah pedang tajam berbahan dasar tulang.
"Jangan kau bunuh cucu cucu ku kau bunuh aku saja dan biarkan mereka pergi!" Tiba tiba saja si nenek yang terbaring tak berdaya itu berucap dengan lantang.
"Huhuhu, kau benar karena mereka terlalu manis kan? tapi sayang nya tuanku tidak begitu terlalu menyukai jiwa dari manusia tua sepertimu jadi Aku sama sekali tidak tertarik padamu!" Balasnya, yang semakin berjalan mendekat kearah Bocah yang saat ini sedang meringis dengan mata yang terpejam didepan nya menahan sakit.
"Ucapkanlah Kata terakhir untuk cucumu ini nenek tua!" Gumam monster itu kembali dengan mengacungkan pedang tajam tersebut ke udara.
"Jangannnn!" Teriak adik perempuan nya dalam isak tangis yang lebih menjadi jadi lagi.
"SRAKKK"
Sesuatu turun dari udara dengan sangat cepat lalu menyambar seperti kilat kearah monster itu hingga membuatnya berteriak histeris dan hancur lembur seperti terbakar, seketika itu pun perlahan tubuhnya lenyap termakan cahaya hitam yang kemudian merubahnya menjadi debu debu hitam yang bertebaran acak diudara yang hanya menyisakan suara lengkingan yang keras dan memekikan telinga.
"ARGGHHH, AWAS KAU!" Bunyi teriakan lengkingan itu membahana.
(Bersambung Ke Part 33)