Ig : @ai.sah562
Bismillahirrahmanirrahim
Diana mendapati kenyataan jika suaminya membawa istri barunya di satu atap yang sama. Kehidupannya semakin pelik di saat perlakuan kasar ia dapatkan.
Alasan pun terkuak kenapa suaminya sampai tega menyakitinya. Namun, Diana masih berusaha bertahan berharap suaminya menyadari perasaannya. Hingga dimana ia tak bisa lagi bertahan membuat dirinya meminta.
"TALAK AKU!"
Akankah Diana kembali lagi dengan suaminya di saat keduanya sudah resmi bercerai? Ataukah Diana mendapatkan kebahagiaan baru bersama pria lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memulai Kembali
Di tempat berbeda masih di bawah langit yang sama dan menginjak bumi Pertiwi, seorang wanita muda tengah berdiri menyirami berbagai macam tanaman indah berwarna-warni.
Tidak ada senyum manis terpancar dari wajahnya, tidak ada celotehan riang yang keluar dari bibir mungilnya. Hanya sebuah muka masam yang selalu wanita itu tunjukan terkecuali kepada orang-orang yang ia sayangi.
"Selamat pagi bumil cantik?" lengkingan suara wanita mengagetkan nya yang tengah berfokus pada tanaman indah di hadapannya. Bunga berwarna-warni.
"Astaghfirullah!" ujarnya memegangi dada seraya mengucap istighfar dalam hati dengan tangan mengusap dada.
Wanita itu menengok kebelakang memberenggut kesal. "Cici, bisa tidak sih tidak mengagetkan aku kok di saat sedang bekerja seperti ini? Untung jantungku buatan Tuhan, coba kalau buatan manusia sudah rusak nih jantung kamu kagetin terus," gerutu Diana memarahi sahabatnya.
Cici terkekeh gemas pada bumil ini, bukannya marah ataupun tidak terima Diana memarahinya, malahan Cici tertawa merasa lucu atas kemarahan yang Diana tunjukkan untuknya.
"Habis kamunya terlalu serius sih sampai tidak menyadari kedatanganku ke sini," kali ini Cici yang manyun memberenggut kesal melipatkan tangannya di dada.
"Mana ku tahu kamu bakalan datang ke mari? Seandainya tahu pun aku tidak mungkin begitu saja keluar dari sini. Males," jawabnya seraya kembali menyirami tanaman bunga di hadapannya.
"Kenapa? Pasti kamu enggan mendengarkan ocehan para orang yang julid mengenai kamu hamil tanpa seorang suami di sisimu," tebak Cici seakan tahu masalah yang di hadapi Diana saat ini. Dia pun murung mengetahui kehidupan Diana banyak rintangannya.
Diana sempat terdiam melirik sebentar sahabatnya, lalu ia kembali melanjutkan kegiatannya menyelesaikan menyirami tanaman.
"Bisa dibilang begitu. Semenjak aku pindah ke Bali dan kehamilanku kian membesar banyak pemikiran negatif di luaran sana menyerangku. Ada yang bilang hamil diluar nikah, ada yang bilang kabur dari suaminya, diceraikan suaminya, dan ada yang bilang kalau aku ini murahan." Raut wajah Diana berubah sendu jika mengingat akan hal itu. Namun, dia harus kuat demi buah hati yang tengah di kandungnya.
Cici memeluk Diana dari samping memberikan kekuatan pada sahabatnya. "Kamu harus kuat demi anak kamu, Diana. Biarkan mereka berkata apa karena mereka semuanya tidaklah tahu hal apa yang terjadi padamu. Mending, sekarang kita kirim bunga-bunga pesanan orang. Aku temenin, ya?"
Diana tersenyum mengangguk. Dia mengusap tangan Cici yang sedang memeluknya. "Ayo, semoga saja usaha kecil-kecilan milikku kian mengembang pesat."
"Aamiin, semangat bumil cantik," ujar Cici menyemangati Diana sambil mengangkat tangan yang terkepal.
"Semangat calon Aunty," jawabnya selalu tersenyum saat bersama Cici, sahabat rasa saudara.
*******
Jakarta
"Ini sudah 4 bulan Zio di penjara, bagaimana keadaan dia? Mama kangen dia, Pah?" seru Karin selalu terlihat murung setelah putranya masuk penjara atas perbuatannya.
"Baru saja kemarin Mama menengok Zio. Kan Mama juga tahu keadaannya baik-baik saja. Bahkan Zio semakin berubah. Dia jauh lebih baik dibandingkan Zio yang kemarin."
"Apa ini tidak keterlaluan membohongi Zio mengenai Diana? Setiap kita membesuknya, dia selalu menanyakan Diana. Mama tidak bisa terus menerus menyembunyikan Diana dan calon cucu kita dari Zio, Pah." Semakin hari Karin semakin merasa bersalah atas kerjasama yang dilakukan suaminya dan Rio demi memberikan pelajaran kepada Zio. Hatinya terus menerus bimbang melanjutkan pembohongan ini. Tapi, dia juga berharap dari kejadian ini Zio mengerti dan menyadari setiap kesalahannya serta berhati-hati dalam bertindak.
Saat mengetahui Diana kecelakaan dari Rio, Fakhri menyelidiki semuanya. Dia geram atas kelakuan Zio yang di luar dugaannya.
Meskipun Zio anak kandungnya, tetapi Fakhri ingin menghukum sang anak dan inilah hukumannya. Dia meminta Rio memanipulasi kematian anak yang sedang di kandung Diana, meminta Rio untuk membawa Diana pergi dari Zio sebagai pelajaran nya, hingga memenjarakan anaknya sendiri. Semua ia lakukan demi menjadikan Zio pria yang bertanggungjawab, dan tidak lagi menyia-nyiakan seseorang, serta mengajarinya untuk tidak melakukan tindakan tanpa sebuah bukti yang kuat.
"Tidak, Mah. Ini udah jalan terbaik untuknya. Papa yakin dengan kejadian ini Zio bakalan lebih dewasa lagi dalam bertindak." Fakhri berdiri dari duduknya, dia mengambil kunci mobil.
"Papa mau ke Bali menemui Diana, Mama mau ikut tidak? Lusa adalah jadwal cek kandungan Diana, cucu kita."
Karin mendongak, "Mau, Pah. Mama juga kangen dengan Diana."
******
Penjara
Seorang pria tengah meledek sang pria yang ada di hadapannya hanya terhalang dinding kaca.
"Bagaimana tidur mu di sana? Nyenyak? Gelisah? Atau kau betah tak mau pulang?"
"Ck, bisa-bisanya kau meledek ku. Mana ada penjara enak. Semuanya tidak seperti di rumah. Tapi mau bagaimana lagi? Semua harus di mempertanggungjawabkan," balasnya mencebik kesal pada pria yang sering mengunjunginya saat berada di sel tahanan.
"Saya kira kau bahagia terlihat dari wajah cerahmu yang kian hari semakin bersinar saja."
"Sudahlah jangan meledek terus. Mau apa kau datang kemari, Iqbal?" tanpa basa-basi lagi Zio bertanya kepada sahabat sekaligus pengacara yang menangani kasus dia.
Kali ini pria bernama Iqbal itu serius. Dia menautkan kedua tangannya di atas meja dekat kaca pembatas. "Kalau kau ingin keluar cepat dari sini maka mau harus berprilaku baik. Jangan membuat keributan, jangan membuat ulah apalagi mencari gara-gara dengan tahanan lain. Kalau kau bisa berprilaku baik jaminan keluar akan ada. Namun tetap kau harus laporan setiap satu bulan sekali ke pihak polisi."
"Berapa lama kiranya waktu tahannya di kurangi jika aku berprilaku baik disini?" tanya Zio serius tak lagi bercanda.
"Satu tahun. Jadi kau butuh enam bulan lagi untuk keluar. Itupun kalau kelakuanmu menunjukan perubahan signifikan."
"Dari dulu juga saya suka baik, cuman gara-gara tersulut emosi saya melakukan kekerasan," balas Zio menunduk kembali sesak mengingat akan hal itu.
"Hmmm kau memang bersalah," ujarnya berdiri dari duduknya. "Bersalah karena sudah dendam salah alamat. Istrimu pergi, dan sekarang kau harus memulai kembali dari awal. Semangat, kau pasti bisa."
Zio menatap lekas Iqbal. "Memulai kembali. Baiklah, aku akan memulai kembali dari awal. Menjadi pribadi lebih baik lagi, aamiin."