Nana Martir adalah gadis yang cantik secara fisik dan juga pintar, dia lahir dari keluarga yang sederhana . Ayahnya hanyalah seorang tukang dan ibunya berjualan makanan. Tetapi dia banyak disukai karena berbagai prestasi yang boleh dia gapai , dia juga orang yang sangat berprinsip. Nana juga memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Joshua Martir, yang juga seorang anak dengan prestasi tidak kalah dari kakaknya.
Nana Martir selalu memegang prinsipnya "Aku adakah Aku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Christi Jawan Tenda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Papa
Pesanan Oma Hada, selesa, setelah mengantarnya ke depan kedai, mama Lana dan Nanapuna masuk kembali kedalam kedai.
"Ma, maaf Nana ingin bertanya, apakah bisa?"" dengan wajah yang merayu.
"Apakah Nana ingin menanyakan hubungan mama dan Oma Hada?" mama Lana langsung menebak, sambil menatap serius kearah putrinya itu.
"Iya Ma". Nana menjawab dengan hati-hati.
"Ceritanya sangat panjang, seiring waktu mama akan membahasnya bersamamu. Tapi yang pasti Oma Hada adalah orang baik dan dia sahabat Omamu Karolin." Sambil menyentuh pipi anaknya dan tersenyum manis.
Nanapun tidak banyak bertanya lagi, dan bergegas merapikan kedai mereka, kemudian masuk ke rumah dan melihat papanya yang sudah duduk dan sedang minum menggunakan tangan kirinya.
"Pa." dengan wajah sedih menyapa papa Simon.
"Iya nona manisku, kenapa melihat papa seperti itu?" menjawab Nana agar menepis kekhawatiran putrinya itu.
Nanapun mendekati dan menangis, mulai bertanya dari A sampai Z, tentang kejadian kecelakaan kerja papanya. Papa Simon berusaha menjelaksan dengan hati-hati, karena dia tau putrinya ini sangat pintar, dan bisa tau jika ada yang ditutupi papanya.
Setelah menjelaskan semuanya, Nanapun memeluk papanya dan mengajak papanya berdoa.
...TUHAN YESUS yang baik...
...Kami memuji kebesaran-MU...
...Dalam kehidupan kami...
...Punya-MUlah siang, punya-MUlah...
...Mujizat yang KAU lakukan pada zaman dulu...
...Kami percaya itu masih ada...
...Jika KAU mengizinkan papa Simon mengalami ini...
...Nana percaya akan dipulihkan...
...Jamahlah TUHAN, tubuh papa...
...Biarlah papa sehat kembali...
...Terpujilah TUHAN yang ajaib...
...Amin...
Ketika Nana dan Papanya berdoa, mama Lana mengamatinya dengan haru dan meneteskan airmata. Karena melihat anak yang mendoakan papanya, yang percaya akan ada kesembuhan.
Walaupun pada kenyataannya, kaki kanan papa Simon memang sudah patah dan akan menjadi pincang. Tangannya juga mengalami keretakan yg serius dibagian tulang, jadi sulit untuk kembali normal.
"Bagaimana suamiku, apakah sudah merasakan perubahan , sakitnya sudah berkurang?"ucap Mama Lana.
"Iya istriku, apalagi pada saat didoakan tadi sama Nana, sakitnya terasa hilang." Sambil tersenyum dan merangkul istri yang sangat disayanginya.
Nana tertawa melihat papa dan mamanya saling bercanda. Kasih sayang di keluarga ini sungguh hangat. Walaupun mereka hidup sederhana dan harus banting tulang, mereka tetap bersyukur, karena mereka percaya TUHAN YESUS akan selalu menolong.
Keluarga Nana memanglah, keluarga yang takut TUHAN. Setiap.hari minggu mereka akan beribadah ke Gereja, dan Nana serta adiknya selalu rajin dalam pelayanan. Nana selalu menjadi Kantoria dalam ibadah yang terjadwal. Dan adiknya sebagia pemain musik gereja.
Merekapun setiap malam akan ada doa keluarga, dan bergiliran memimpin doa dan pujian. Kemudian bergiliran juga membuka Alkitab secara acak, apa yang didapat dan dilihat, mereka mengimani Firman itu untuk mereka.
Semua ini diajarkan oleh kedua orangtua mereka, yang juga sangat taat beribadah dari usia muda.
Tanpa disadari, hari semakin larut dan Nanapun bergegas tidur, setelah selesai ibadah keluarga, walaupun tanpa Joshua, karena Joshua sedang mengikuti Olimpiade Matematika Nasional di Jakarta, dia duduk di kelas 9. Joshua juga merupakan siswa yang berprestasi di sekolah. Selain pintar parasnya juga sangat mempesona, dengan rambut hitam ikal, bertubuh tinggi, memiliki mata yang bulat berani dan bulu mata yang lentik, warna kulit kecoklatan sama persis dengan papa Simon.
Nana mulai merindukan adiknya, dia ingin menelpon tetapi diurungkannya. Nana masih ragu dan tidak mau mengganggu Joshua. Sambil merenung Nanapun langsung berpikir, untuk menulis puisi.
...Terpukau...
...By: N.M...
...Tak sadar diri aku...
...Ketika sepasang bola mata ini...
...Seakan terhenti...
...menyaksikan maha karya TUHAN...
...Dalam sosokmu...
...Langkahmu membuat jantungku bergejolak...
...Tatapanmu seakan menahan nafasku...
...Waktu bahkan tak mampu berputar...
...Kehadiranmu menggelisahkan nuraniku...
...Pikiranku terusik bayangmu...
...Ruang lamunanku ada sosokmu...
...oh... Sungguh terusik aku...
...Apakah aku terpukau ?...
Selesai menulis puisinya, Nanapum tertidur pulas, dan dalam tidurnya dia bermimpi papanya meninggal, disinilah dia menangis tersedu-sedu tapi masih dalam mata tertutup. Anehnya dalam mimpinya itu papanya menggunakan baju yang begitu mewah dan yang menghadiri pemakaman papanya orang-orang, yang jika dilihat dari penampilan mereka bukan orang biasa.
Diapun melihat mamanya menangis dan menjerit tetapi tidak ada Joshua disana. Bahkan dia tidak mengenal mereka semua. Lokasi pemakamanpun sangat mewah. Nana begitu terkejut, dalam mimpinya itu Papa Simon justru berdiri menyaksikan pemakaman itu. Nana mencoba berlari untuk menggapai papa Simon, tapi terhalang dengan banyaknya pelayat. Sambil berteriak-teriak memanggil papanya.
Dan tiba-tiba Nana terbangun, sudah ada mama an papanya disiti. Diapun langsung memeluk papanya dan menangis, berulang-ulang berkata, agar papa Simon jangan pergi.
Melihat itu papanya meneteskan airmata dan memeluk Nana. Mama Lana membelai rambutnya dan mulai bertanya , apa yang mengganggu dalam mimpi Nana.
Nanapun bercerita secara rinci, hal itu membuat kedua orangtuanya terkejut. Tapi mereka tetap menenangkan Nana dan menjaga sampai dia tertidur pulas. Setelah memastikan Nana tertidur, merekapun kembali ke kamar.
"(Suatu saat anakku , kau akan mengerti)" suara lirih Mama Lana.
--------------------------------------------------------------------------
Kediaman Keluarga Besar Andes
Sadrakh berlari mencari-cari kakaknya, sambil berteriak yang membuat seluruh rumah menjadi gaduh.
"Tuan Kecil, mohon kecilkan suara anda." Sahut Pak Tom kepala pelayan di rumah Andes.
"Pak Tom, dimana kakakku?"ucap Sadrakh.
"Maaf Tuan Kecil, Tuan Nathan sudah pulang , tapi tidak lama langsung ke rumah sakit, setelah menerima panggilan telepon, katanya ada pasien yang gawat."ucap Pak Tom.
Sadrakhpun dengan langkah yang lemas menuju kamarnya dengan kecewa. Dia sangat merindukan kakaknya tapi belum bisa bertemu.
Diapun mencoba menelpon kakaknya , tapi tifak aktif. Sadrakhpun membersihkan diri kemudian membuka laptopnya, dan mulai menonton jenis-jenis pertandingan basket, untuk mempersiapkan diri dalam perlombaan nanti.
Sementara itu, semua pelayan dirumah itu terus bergegas mempersiapkan jamuan keluarga, karena kedatangan Nathan cucu tertua yang sangat dibanggakan itu.
Pak Tom juga memeriksa dekor taman di halaman belakang rumah. Apakah sudah siap dan memuaskan , mengingat Ny. Hada sangatlah teliti. Selain itu Belsazar juga memiliki karakter yang perfect. Walaupun baru menyelesaikan pendidikannya di Italia. Demi mendalami bisnis perhotelan yang dipercayakan kepadanya. Pemuda ini selalu menampilkan dan menonjolkan kebudayaan Indonesia. Oleh karena pengaturannya itu, Hotel Nusantara mendapatkan penghargaan dari Menteri Pariwisata.
Tiba-tiba dering telepon Sadrakh berbunyi , dia sangat senang karena melihat nama yang terpampang di layar hpnya. Sadrakhpun langsung mengangkat dan ada suara disana.
"De, kamu dimana?" Pris tiba-tiba pingsan.
Tanpa membalas telepon dari kakaknya, Sadrakh berlari memanggil 2 (dua) pengawalnya dan segera menuju ke rumah sakit. Ketika mobil sadrakh keluar berpapasan dengan mama Dorkas yang turun dari angkutan umum yang dia sewa sendiri untuk berkeliling.
"Ma, Sadrakh ke rumah sakit dulu, kakak Nathan menelpon , Pris tidak sadarkan diri dan sekarang dirawat." sahut Sadrakh dengan kepanikan.
Mama Dorkas mendekati mobil dan ikut masuk juga menuju ke rumah sakit.