Sejak paham akan jati dirinya, Ringgo berontak dan menjadi 'liar' hingga 'Papa' terpaksa 'mengkarantina' dirinya hingga menjadi seorang perwira. Hatinya pernah patah karena kekasihnya mencintai Rudha, 'kakaknya sendiri'.
Kericuhan masih belum usai saat tanpa sengaja dua gadis hadir dalam hidup Letnan Ringgo dan Letnan Arre tanpa ada hati pada dua gadis malang tersebut. Kelakuan bengal mereka nyaris membuat dua wanita nyaris bunuh diri hingga mereka harus menanggung sesuatu atas keadaan.
Ujian Tuhan belum terhenti hingga petaka datang dan mengubah jalan hidup mereka melalui hadirnya Letnan Ribas.
Akankah hati mereka bersatu atau malah akan menjadi masalah pada akhirnya dan di saat yang sama, seorang wanita itu menggoyahkan perasaan para pria??
SKIP yang tidak tahan dengan KONFLIK. PENUH KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Belajar terbuka.
Lenguh kecil tersamar oleh suara suara shower. Bang Ribas yang tidak sanggup menahan hasratnya akhirnya menumpahkan lahar panasnya juga.
Sebenarnya Niken sudah berusaha menolak, tapi apalah daya jika sang suami sudah memintanya, dirinya pun tidak bisa berbuat apapun.
Dekapan erat Bang Ribas mulai merenggang, itu berarti sang suami telah terpuaskan. Bang Ribas pun masih menghujani Niken dengan ciuman panas. "Satu lagi ya, Ndhuk." Bisik Bang Ribas.
Niken pun sempat merasakan melayang, ia akui suaminya begitu lihai membuatnya 'terbang' namun mengingat sekujur tubuhnya memar, rasa ngilu juga terasa di sana sini. Niken yang polos tidak berani menolak dan melawan Bang Ribas. Ia pun mengangguk.
Merasa mendapat lampu hijau, Bang Ribas kembali memeluk Niken.
...
"Sebenarnya mereka buat apa di dalam??? Apa mereka sedang membangun ruang bawah tanah di kamar mandi????" Gerutu Papa Rama.
"Jangan ikut campur Pa. Mungkin mereka........"
Papa Rama dan Mama Dilan saling melirik.
"Nggak mungkin, masa Ribas tega. Kalau Ribas tega berarti memang anakmu itu korslet, Ma." Jawab Papa Rama..
Belum juga mulut Papa Rama tertutup, terdengar suara gaduh di kamar mandi.
"Astagaaaa.. Ndhuk..!!!"
Papa Rama berlari cepat ke arah kamar mandi. "Kenapa Bas????"
"Niken pingsan, Pa." Jawab Bang Ribas padahal dirinya baru saja selesai mandi bersama Niken.
~
Papa Rama berkacak pinggang dengan geram. Sesaat setelah pintu terbuka tadi, Papa Rama sempat melihat 'lebam' tambahan di leher sekitar Niken. Punggung putranya pun terdapat bekas cakaran.
"Pikiranmu nggak jalan???? Itulah hasil kepala yang isinya hanya selang*****n..!!!!!!" Bentak Papa Rama.
Rasanya Papa Rama ingin sekali menghajar putranya tapi mengingat putranya sudah bukan anak-anak lagi dan bahkan sudah berumah tangga, tidak mungkin beliau ikut campur lebih jauh.
"Papa habis kata-kata, Ribaaaaas..!! Ngenes Papa ngerasain kamu. Niken masih sakit.. tega sekali kamu.. Ribas. Niken jugaa.. kenapa nggak nolak????" Papa Rama sungguh sedih karena tidak sampai hati melihat menantunya.
"Niken mana berani nolak saya, Pa."
Tak lama Mama Dilan keluar dari kamar. Beliau mengusap perutnya kemudian duduk di sebelah Papa Rama.
"Papamu saja tidak sekasar itu."
Papa Rama semakin melotot. Bang Ribas pun menunduk.
"Kamu kenapa sih??? Kesurupan???" Bentak Papa Rama. "Sekolahmu itu bukan sekolah sembarangan, kamu Papa sekolahkan 'akhlak', begini caramu memperlakukan perempuan??????"
Bang Ribas tidak berani berargumen karena memang dirinya merasa salah. Sebenarnya dirinya juga tidak ingin terjadi seperti ini. Tapi dirinya juga tidak paham mengapa begitu sulitnya menekan perasaan.
"Banyak istighfar kamu, Le. Papa paham terkadang kita para suami memang keterlaluan. Tapi kita juga harus tau sikon, kasar sama istri juga dosa. Menikah itu berkasih sayang, bukan menyakiti." Papa Rama terus mengusap perut besar Mama Dilan.
Papa Rama memang sosok pria penyayang meskipun bagi banyak orang dirinya terlihat kaku dan dingin.
//
Bang Ribas mengusap dan sesekali memijati Niken. Ada rasa bersalah sekaligus penyesalan dalam hatinya.
"Papa marah sama Niken ya, Mas??"
"Nggak, hanya menegur saja. Teguran untuk saya." Jawab jujur Bang Ribas.
Niken masih merasakan nyamannya pijatan suami tercinta.
"Sekasar itu ya saya sama kamu. Kenapa kamu tidak bilang kalau saya menyakiti kamu." Ujar Bang Ribas.
"Nggak, Mas. Ya mungkin Niken masih belum sehat saja."
"Sungguh??????" Melihat sorot mata Niken rasanya hati Bang Ribas pun tak percaya.
Niken mengangguk membenarkan, ia pun menarik pakaian Bang Ribas agar mendekat padanya.
"Ada apa?" Bang Ribas semakin melingkarkan kedua lengan Niken agar bisa memeluknya.
"Sebenarnya Niken suka sekali cara dan gaya Mas Ribas memperlakukan Niken. Apa Mas Ribas marah kalau sebenarnya Niken juga menginginkannya??"
Bang Ribas sejenak ternganga tapi senyum itu akhirnya merekah. Ia merasa geli dengan jawaban Niken. "Apa itu artinya Masmu ini sudah cukup menyenangkanmu??"
Agaknya kini mulai ada keterbukaan perasaan di antara Bang Ribas dan Niken. Namun selayaknya wanita pada umumnya, Niken memalingkan wajahnya karena merasa malu.
"Mas sendiri bagaimana? Niken belum pintar membuat Mas senang."
"Kalau memang kamu belum bisa menyenangkan saya, saya tidak mungkin 'mengejarmu'. Menurutmu kenapa saya sampai segila itu???? Setiap saat rasanya ingin selalu menerkam mu." Ujar Bang Ribas balik bertanya. "Sekarang jawab, bagaimana dengan kamu?"
"Mas sudah tau jawabannya."
"Saya butuh pengakuan." Kata Bang Ribas terus mendesak dengan tatapannya yang mematikan sekaligus membuat Niken. gelisah.
.
.
.
.
petinggi ma anak buah jg tenang
😂😂