hubungan rumah tangga yangg penuh penghianatan namun berakhir bahagia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Maya's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26
Keesokan harinya, pram dan laras beraktipitas seperti biasa pram membuka toko dan bengkel miliknya sedangkan laras terus bebenah rumah yang baru ditempatinya tak lupa pula diwaktu senggangnya dia terus berjualan online di akun media sosialnya.
Dan disaat tak ada pelanggan Pram sesekali membantu laras bebenah rumahnya dan mengalihkan barang barang dari rumahnya yang dulu, meski tak banyak tapi dia merasa tak tega kalau laras yang mengangkat barang barangnya sendiri.
"mas nanti kita cicil beli perabotan rumah yah kalau sudah ada rezekinya". Ujar laras.
"ia ras, tapi kita dulukan kebutuhan si kecil dulu yah, nanti kalau barang barang yang diperlukan si kecil sudah ada dan lengkap semua kita cicil perabotan yang kita butuhkan yah". Ujar pram memberi pengertian pada laras
"ia mas aku paham kok, mudah mudahan saja usaha kita berdua lancar terus yah mas". Ujar laras sambil tersenyum.
"amiiin". Ucap pram
laras dan pram pun meneruskan pekerjaan mereka. Dan akhirnya pindahan pun beres semua.
*****************
Dilain tempat santi terus saja memikirkan cara agar pram kembali dekat dengannya, dia menggunakan davina sebagai alat untuk memuluskan niat dan tujuannya itu.
"gimana caranya yah biar mas pram bisa balik lagi sama aku, sebel banget kemarin dia cuek banget sama aku, padahalkan aku mau dia itu nyambut kedatanganku disana, eh ini mah boro boro dia malah cuek banget sama aku sok jual mahal banget lagi sama aku, ini semua pasti gara gara si laras itu". Gerutu santi yang masih mengharapkan pram.
"bun, davi berangkat sekolah dulu yah". Sapa davi membuyarkan lamunannya.
"ia nak hati hati yah, eh ia uang jajan kamu udah ditranfer belum sama ayah kamu ?, bilangin sama dia jangan sampai lupa sama kewajibannya sama kamu hanya karna keinginan istrinya itu yang sok sokan pengen bangun rumah ngabisin uang ayah kamu saja". cerocos santi dipagi hari itu.
"belum waktunya bun, lagian kan bari juga seminggu yang lalu ayah tansfer uang jajan buat davi, dan ayah juga tak pernah lupa kewajibannya, buktinya selama ini aku tak pernah minta uang buat keperluan aku sama bunda, itu tandanya ayah tak pernah lupa sama kewajibannya sama aku bun". Ucap davina sambil menggelengkan kepala karna tak habis pikir sama kelakuan ibunya itu.
"harusnya dia juga bangunin kamu rumah juga dong jangan apa apa istri barunya terus yang dia manjain". Ujar santi
"ia bun, belum saatnya mungkin ayah bangunin aku rumah". pungkas davina karna dia sudah agak terlambat pergi kesekolah.
"Eh dav kalau bisa kamu kirimkan nomer telpon ayah kamu kebunda gak, biar nanti kalau ada perlu masalah kamu gampang tak perlu repot". ujar santi pada davina
"ia nanti aku kirimkan lewat wa yah, sekarang aku harus berangkat sekolah dulu takut telat soalnya bun". Ujar laras sambil berjalan meninggalkan santi
"ia sudah hati hati yah". Ucap santi dengan nada senang karna davina berjanji akan mengirimkan nomer pram padanya.
Sepanjang jalan davina memikirkan ibunya yang tiba tiba meminta nomer telpon ayanya, tapi davina enggan memberikannya karna dia merasa tak perlu juga ibunya memiliki nomber telpon ayahnya. Kalau pun ada satu hal yang harus dibicarakan tentang dia, dia bisa bicara langsung pada ayahnya karna davina bukanlah anak kecil lagi.
"kira kira kasih jangan yah, kalo aku kasih nomer ayah kebunda gak enak sama mama laras kalau sewaktu waktu bunda menghubungi ayah, makin hari makin pusing aku sama kelakuan bunda". batin davina.
Sementara itu santi terus saja memegangi handponnya menunggu davina mengimkan nomber pram padanya.
"ih mana sih si davina katanya mau mengirimkan nomer mas pram sama aku tapi ditunggu tunggu dari tadi belum dikirim juga sama itu anak, lupa apa gimana sih dia". Gerutu santi yang gusar.
"pokoknya aku harus mendapatkan nomernya supaya aku bisa leluasa menghubungi dia dan bisa menjalin lagi hubungan dengan dia". Ucap santi yang tak tau malu masih mengharapkan mantan suaminya padahal mantan suaminya itu sudah memiliki istri dan akan segera memiliki anak.
Hari sudah semakin siang tapi davina tak kunjung mengirimkan nomer yang dimintanya, ditelpon gak diangkat dichat gak pernah dibalas membuat santi meradang.
"kenapa sih ini anak, apa dia gak senang kalau aku dan ayahnya kembali rujuk...?" gerutu santi makin prustasi sendiri.
"padahal kalau aku rujuk lagi sama ayahnya dia bisa memiliki keluarga yang utuh kembali". Runtuk santi.
Waktu jam pulang sekolah pun tiba, davina langsung pulang kerumah karna disekolah tak ada kegiatan jadi dia memutuskan langasung pulang begitu jam pelajaran selesai. Davina bukan anak yang suka keluyuran nongkrong sana nongkrong sini sepulang dari sekolah, hanya sesekali saja dia jalan bersama teman temannya sekedar ingin menghilangkan rasa jenuh dirumah.
Tak butuh waktu lama davina tiba dirumah, yang disambut oleh omelan santi.
"daviii. mana nomer ayah kamu ?, katanya mau kamu kirim ke bunda.....?". Ucap santi menghadang davi yang akan masuk kekamarnya.
"entar yah bun, davi cape banget ini tadi jam pelajaran terakhirnya olah raga jadi davi cape banget pengen istirahat dulu". Ujar davi barkilah.
"kenapa sih kami perasaan kamu menghindar terus deh kalau bunda minta nomer ayah kamu...?". Ucap santi yang cerocos terus
"enggak bun, gak gitu, lagian ngapain sih bunda maksa banget pengen punya nomer ayah...?". Tanya davina penasaran sambil mendaratkan bokongnya diatas sofa.
"bundakan sudah bilang biar nanti kalau ada perlu masalah kamu bunda gampang bicara sama ayah kamu".. Ujar santi berkilah lagi.
"rasanya ga perlu bun, nanti kalau ada perlu masalah davi, davi bisa hubungin ayah sendiri tanpa harus minta aama bunda". Ujar davina bersikeras tak ingin memberikan nomer telpon pram
"davina, apa kamu gak senang melihat ayah dan bunda dekat lagi...?". Jujur santi pada davina
"oh jadi bunda minta nomer ayah itu, tujuannya buat dekatin ayah lagi gitu ?".ujar davina geram sedangkan santi hanya diam.
"davi senang kalau ayah sama bunda dekat lagi. Apa lagi sampai balik jadi suami istri, tapi gak begini caranya bun". Ujar davina
"maksud kamu apa...?".tanya santi
"bunda ingin mendekati ayah disaat ayah sudah beristri lagi gitu maksud bunda". Ujar davina
"ini salah bun, davi gak setuju sama niat bunda, davi lebih bahagia seperti ini kalau begini caranya". Terang davina pada santi
Terus semangat berkarya
Jangan lupa mampir ya 💜