Berawal dari penghianatan sang sahabat yang ternyata adalah selingkuhan kekasihnya mengantarkan Andini pada malam kelam yang berujung penyesalan.
Andini harus merelakan dirinya bermalam dengan seorang pria yang ternyata adalah sahabat dari kakaknya yang merupakan seorang duda tampan.
"Loe harus nikahin adek gue Ray!"
"Gue akan tanggungjawab, tapi kalo adek loe bersedia!"
"Aku nggak mau!"
Ig: weni 0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Raihan berangkat dengan hati tak tenang, apa lagi bagian bawahnya yang bereaksi minta keluar. Pemandangan yang di suguhkan oleh Andini tadi memang membuat resah, begitu jelas segitiga berwarna merah menutupi lembah surgawi yang begitu menggoda.
Sampai di kantor, seluruh karyawan menundukkan kepala melihat datangnya CEO perusahaan mereka. Aura ketampanan yang melampaui batas menuruni dari kedua orangtuanya, membuat siapa saja yang melihatnya dengan mata memuja.
Raihan masuk ke ruangannya yang berada di lantai paling atas gedung tersebut. Perusahaan yang dia urus adalah perusahaan peninggalan almarhum orang tua dari sang mamah.
"Baru datang? pake maen dulu loe ya...." Andika masuk ke ruangan Rai untuk memberikan berkas hasil meeting tadi.
"Maen apa, nggak usah ngarang dech loe!"
"Maen congklak apa maen perang-perangan. Udah bebas kan sekarang mau jeritan juga."
Raihan hanya diam tak menanggapi, cukup ribet kalo ucapan Andika terus di timpali. Bisa nggak kelar sehari semalam apa lagi kalo udah urusan pangkal paha.
"Di cariin loe sama Bu Flo, pusing gue meeting sama dia. Asli bukan meeting ini mah namanya, isinya nanyain loe doank. Besok dia datang buat ngambil berkas yang udah loe tanda tangani."
"Tapi mata loe seger kan pagi-pagi udah liat dia?" Raihan menatap Kakak iparnya dengan senyum mengejek.
"Untungnya dari sekian menit dia ngoceh masih ada yang gue liat, itu melon beeehhhh mantep, lebih dari segini kalo gue kira-kira." Andika memamerkan kedua telapak tangan yang ia buka. Dengan pergerakan meremas benda yang di sukai seluruh pria.
Raihan menggelengkan kepalanya, "Gede?"
"Banget." Jawab Andika seraya memejamkan mata membayangkan.
"Enak?"
"Legit."
"Manis?"
"Gurih."
"Mau nggak?"
"Jelas...."
"Besok orangnya ke sini pake kamar gue kalo loe mau!"
Andika membuka mata, menetap tajam Rai yang tersenyum menantang. "Yang tua loe kasih gue, mungkin masih perawan tapi itu kalo bedaknya di hapus gue yakin keriputnya merajalela."
"Yang penting kan masih kenceng," timpal Rai kemudian membuka laptopnya.
"Aish...loe aja nyari yang perawan muda giliran gue loe kasih yang udah kelewat belia. Eh iya besok adek gue mau loe taro di devisi mana?"
Raihan tampak berpikir, "bukannya udah di bagi dan dia dapet bagian di divisi marketing?"
"Yakin loe mau taro dia di sana? dia bakal sering tugas di luar kantor buat masarin produk kita," tanyanya dengan raut wajah nyeleneh.
"Nggak masalah sesuai kompetensi dia."
"Oke, gue harap loe ngga nyesel!" Andika segera melangkah keluar dari ruangan Andika. Sebelumya dia sempat menoleh kembali, "Siapin hati loe!"
Raihan tak menghiraukan ucapan dari Andika, dia fokus dengan pekerjaanya. Masalah Andini belum terlalu ia pusingkan walaupun sudah mulai mengusik hati.
Andini yang merasa bosan, dia memilih untuk pergi ke mall membeli beberapa stel baju kantor. Setelah rapi dan sedikit memoles lipstik berwarna kalem kini Andini segera turun untuk pamit pada simbok.
Simbok yang sedang memasak untuk makan malam karena hari ini sudah sore, tampak tersenyum melihat Andini yang sudah rapi plus cantik dengan tas selempang kecil.
"Mau kemana to nduk?"
"Aku mau beli baju buat besok kerja dulu ya mbok, nanti kalo kak Rai pulang bilang aja begitu."
"Pergi sama siapa to nduk, maaf yo kalo simbok mau tau, takut ditanya den Raihan nanti simbok ndak bisa jawab."
Andini tersenyum melihat wajah simbok yang tak enak, tangannya terulur mengusap pundak simbok yang berisi.
"Mbok Andini sendiri perginya, nggak usah ngerasa nggak enak mbok. Anggep aja Andini kayak anak sendiri. Oke mbok!"
"Oke! hati-hati yo di jalan, apa mau di antar pak Mugi?" tanyanya khawatir.
"Nggak usah mbok, Andin udah pesan taksi. Biasa kemana-mana sendiri mbok, tenang wae tenang, hehehhe"
"Nduk Andini ki bisa aja, ya uwis hati-hati ya."
"Beres!" seru Andini seraya melambaikan tangannya pada simbok. Lalu berlari menuju taksi yang berada di luar pagar.
"Mau kemana non?"
"Aku pergi sebentar ya pak," seru Andin kemudian masuk ke dalam taksi.
Andin mencoba menghubungi sahabatnya, berharap sudah pulang ngantor dan berkumpul di sana.
"Tia loe udah balik?"
"Ini gue mau balik lagi nunggu taksi sama Riri, kenapa?"
"Gue otw ke mall, gue tunggu di lobby ya!"
"Oke lah, udah lama nggak ketemu. Eh tapi si Cika udah balik duluan. Nggak tau kenapa udah beberapa hari ini gue ngeliat dia kayak menghindar gitu. Tu anak ngapa ya?"
"Udah cepet cari taksi, gue tunggu oke!"
Andini menutup panggilan secara sepihak, kurang nyaman jika harus mengingat nama mantan sahabatnnya. Walaupun sudah tak ada dendam tetapi pengkhianatan yang di lakukan cukup membekas di hati dan ingatan.
Andini menunggu kedua sahabatnya dengan membeli minum dan duduk di kursi lobby mall. "Ck, lama banget dech tuh anak berdua."
"Woy Andin!" seru kedua sahabatnya yang baru turun dari taksi segera menghampiri.
"Berisik dech kalian, malu tau!"
"Ikh kan kangen....." keduanya memeluk Andin di kedua sisinya. Dalam hati Andin bahagia karena memiliki sahabat yang baik dengannya. Walaupun harus berkurang satu, tak apa asal kedua sahabat lainnya benar-benar tulus.
"Loe kemana sich? berapa hari nggak keliatan, jangan bilang loe liburan diem-diem," ucap Riri.
"Kan gue bilang dia habis semedi, sekarang gue tanya apa loe menghindar dari Tara? tersesat di bukit apa sampai nggak keliatan? apa di tempat loe singgah banyak cowok gantengnya?" sahut Tia.
"Kalian ini pada ngomong apaan sich, ngelantur loe berdua. Gue di rumah nggak kemana-mana, ya kali gue pergi nggak bilang-bilang kalian. Gue sama Tara udah nggak sama-sama lagi, dah ya stop kepo! gue mau have fun hari ini."
Kini Andini dan kedua sahabatnya berbelanja baju-baju kerja dan keperluannya, Andini masih menggunakan uang dari ayah yang ia sisihkan setiap bulan. Dirinya bukan cewek matre yang memanfaatkan keadaan walaupun jelas suami beruang dan pastinya ATM terus berjalan.
Sampai malam mereka masih nongkrong di mall, menghabiskan waktu untuk sekedar makan dan mengobrol ria. Andini lupa akan status yang ia punya, tak begitu perduli karena memang dirinya yang tak ingin dan berharap lebih.
Hingga mereka membubarkan diri saat announcement tutup toko berkumandang hingga ke telinga.
"Parah sich, selalu lupa waktu kalo udah ngumpul begini, ya udah gue balik ya. Kalian udah pesan taksi belum?"
"Ini mau pesan, gue bareng Tia aja kali ya apa nginep sekalianlah. Andin loe mau ikut nggak?"
"Makasih dech, gue udah mesen taksi, lagian kayak nggak tau gue aja. Nggak bakal gue nginep kalo nggak urgent."
Akhirnya mereka terpisah dengan tujuan yang berbeda, awalnya Andin sempat lupa jika sudah pindah. Menghabiskan waktu di jalan dan menambah argo tentunya. Sampai hampir jam sebelas malam dia kembali menginjakkan kaki di rumah Rai.
"Non Andin baru pulang?"
"Iya pak Mugi, maaf ya malem-malem Andin ganggu. Di lanjut lagi aja tidurnya pak." Andin sedikit tak enak karena sudah mengganggu istirahat pak Mugi yang sebenarnya tugasnya untuk menjaga. Tapi terlihat wajahnya yang baru terjaga karena panggilan darinya.
Masuk ke rumah, di bukakan pintu oleh simbok yang kebetulan sedang membuatkan kopi utuk Rai.
"Nduk kok baru pulang to? ini sudah larut loh..."
"Iya mbok maaf ya, Andin kalo udah ngobrol sama belanja suka lupa waktu." Andin masuk dan berjalan menuju kamar yang diikuti oleh simbok.
"Loh mau kemana mbok?"
"Kasih kopi buat Aden."
"Belum tidur?"
"Mungkin nunggu Andin pulang, tapi dari tadi ada di ruang kerja atau mungkin banyak kerjaan yang harus di selesaikan."
"Ya udah Andin masuk kamar dulu ya mbok, ngantuk!"
"Iya nduk...."
Andin masuk dan meletakkan semua belanjaan di meja. Masuk kamar mandi lanjut bersih-bersih dan berganti baju. Setelah selesai melangkah menuju ranjang berbarengan dengan Raihan yang masuk ke kamar.
mkasih bnyak thorr🫰