seorang gadis kecil yang saat itu hendak pergi bersama orang tua ayah dan ibunya
namun kecelakaan merenggut nyawa mereka, dan anak itu meninggal sambil memeluk bonekanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika ananda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
satu keluarga menjadi korban Bruno
Mobil itu melaju pelan di jalanan sepi, menelusuri jalur yang pernah disakiti oleh tragedi mengerikan. Di tempat itu, setahun yang lalu, sebuah kecelakaan maut merenggut nyawa Angelica dan keluarganya. Mobil itu menabrak pohon besar, menghancurkan sebuah keluarga yang penuh kebahagiaan.
Mobil itu berhenti sejenak, menghormati kenangan yang menyakitkan. Sopir menatap tanda peringatan kecelakaan yang terpasang di pinggir jalan, mencoba membayangkan kejadian mengerikan itu.
Tiba-tiba, sesuatu bergerak di balik tanda peringatan itu. Sebuah boneka beruang besar, Bruno, boneka kesayangan Angelica, muncul dari balik tanda itu. Bruno terlihat berlumuran darah dan mata hitamnya berbinar dengan kebencian.
Bruno melangkah cepat ke arah mobil itu, wajahnya yang rusak menunjukkan ekspresi yang mengerikan. Sopir terkejut dan mencoba menghindari Bruno, namun terlambat. Bruno menyerbu ke arah mobil itu, tangannya yang berlumuran darah mencengkeram pintu mobil.
"Kau harus membayar!" teriak Bruno, suaranya bergema dengan kebencian yang mendalam. "Kau telah merenggut segalanya dariku!"
Sopir terkejut dan ketakutan. Ia mencoba menarik tangan Bruno dari pintu mobil, namun Bruno terlalu kuat. Bruno menarik pintu mobil dengan keras, mencoba menarik sopir keluar dari mobil.
"Aku akan membunuhmu!" teriak Bruno, matanya berbinar dengan kebencian. "Aku akan membalas kematian Angelica!"
Sopir mencoba menghindar dari serangan Bruno, namun Bruno terlalu cepat. Bruno menyerbu ke arah sopir, tangannya yang berlumuran darah mencoba mencekik sopir.
"Tolong!" teriak sopir, suaranya penuh ketakutan. "Tolong aku!"
Namun, tidak ada yang mendengar teriakan sopir itu. Bruno terus menyerang sopir dengan kejam. Sopir berusaha menghindar, namun Bruno terus mengejarnya dengan kebencian yang tak terbendung.
"Kau harus mati!" teriak Bruno, suaranya bergema dengan kebencian yang mendalam. "Kau harus membayar atas kematian Angelica!"
Sopir tahu bahwa ia tidak akan bisa menghindar dari kematian. Ia menutup matanya dan menunggu kematian yang mengerikan.
Namun, tiba-tiba, Bruno terhenti. Ia menatap sopir dengan tatapan yang kosong.
"Angelica..." bisik Bruno, suaranya bergetar dengan kesedihan. "Maafkan aku..."
Bruno terjatuh ke tanah, tubuhnya bergetar dengan kesedihan yang mendalam. Sopir menatap Bruno dengan tatapan yang bingung. Ia tidak mengerti apa yang terjadi.
Tiba-tiba, Bruno menghilang. Sopir menatap sekitar dengan tatapan yang tak menentu. Ia tidak mengerti apa yang terjadi. Ia merasakan ketakutan yang mendalam, namun ia tidak tahu mengapa.
Sopir menyalakan mobilnya dan meninggalkan tempat itu dengan cepat. Ia tidak ingin lagi berada di tempat itu. Ia tidak ingin lagi bertemu dengan boneka beruang yang mengerikan itu.
Sopir itu tidak tahu bahwa ia telah melihat kejahatan yang tak terbayangkan. Ia tidak tahu bahwa ia telah melihat kemarahan sebuah boneka yang ingin membalas kematian tuannya.
Dan ia juga tidak tahu bahwa ia telah melihat awal dari sebuah kisah yang mengerikan.
Mobil itu melaju kencang, mencoba melepaskan diri dari kejaran Bruno yang mengerikan. Sopir mengunci pintu mobil dengan kuat, namun ia tahu bahwa itu tidak akan menghentikannya. Bruno adalah makhluk yang tidak bisa dihentikan.
Sopir itu mencoba menghubungi polisi, namun sinyal telepon terputus. Ia terjebak di jalan sepi bersama keluarganya, diburu oleh boneka beruang yang haus darah.
Bruno terus mengejar mobil itu, tangannya yang berlumuran darah mencengkeram bumper mobil. Ia berteriak dengan kebencian, suaranya bergema di udara, "Kalian akan membayar!"
Anak-anak sopir itu terlihat ketakutan, mata mereka membesar ketakutan. Mereka mencoba bersembunyi di balik kursi mobil, namun mereka tahu bahwa tidak ada tempat yang aman dari Bruno.
Sopir itu mencoba menghindar dari Bruno, menggelinding di jalan sepi. Ia mencoba mencari jalan keluar, namun Bruno selalu berada di belakangnya, menyerbu dengan kecepatan yang tak terduga.
"Papa, tolong!" teriak anak perempuan sopir itu, suaranya bergetar karena ketakutan. "Bruno mau menyerang kita!"
Sopir itu mencoba menenangkan anaknya, namun ia sendiri merasa ketakutan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Bruno. Ia tidak tahu bagaimana cara melindungi keluarganya.
Bruno terus mengejar mobil itu, tangannya yang berlumuran darah mencoba menghancurkan kaca mobil. Ia berteriak dengan kebencian, suaranya bergema di udara, "Kalian akan mati!"
Sopir itu mencoba menghindari serangan Bruno, menggelinding di jalan sepi. Ia mencoba mencari jalan keluar, namun Bruno selalu berada di belakangnya, menyerbu dengan kecepatan yang tak terduga.
"Papa, tolong!" teriak anak perempuan sopir itu, suaranya bergetar karena ketakutan. "Bruno mau menyerang kita!"
Sopir itu mencoba menenangkan anaknya, namun ia sendiri merasa ketakutan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Bruno. Ia tidak tahu bagaimana cara melindungi keluarganya.
Bruno terus mengejar mobil itu, tangannya yang berlumuran darah mencoba menghancurkan kaca mobil. Ia berteriak dengan kebencian, suaranya bergema di udara, "Kalian akan mati!"
Sopir itu mencoba menghindari serangan Bruno, menggelinding di jalan sepi. Ia mencoba mencari jalan keluar, namun Bruno selalu berada di belakangnya, menyerbu dengan kecepatan yang tak terduga.
"Papa, tolong!" teriak anak perempuan sopir itu, suaranya bergetar karena ketakutan. "Bruno mau menyerang kita!"
Sopir itu mencoba menenangkan anaknya, namun ia sendiri merasa ketakutan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Bruno. Ia tidak tahu bagaimana cara melindungi keluarganya.
Bruno terus mengejar mobil itu, tangannya yang berlumuran darah mencoba menghancurkan kaca mobil. Ia berteriak dengan kebencian, suaranya bergema di udara, "Kalian akan mati!"
Sopir itu mencoba menghindari serangan Bruno, menggelinding di jalan sepi. Ia mencoba mencari jalan keluar, namun Bruno selalu berada di belakangnya, menyerbu dengan kecepatan yang tak terduga.
"Papa, tolong!" teriak anak perempuan sopir itu, suaranya bergetar karena ketakutan. "Bruno mau menyerang kita!"
Sopir itu mencoba menenangkan anaknya, namun ia sendiri merasa ketakutan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Bruno. Ia tidak tahu bagaimana cara melindungi keluarganya.
Bruno terus mengejar mobil itu, tangannya yang berlumuran darah mencoba menghancurkan kaca mobil. Ia berteriak dengan kebencian, suaranya bergema di udara, "Kalian akan mati!"
Sopir itu mencoba menghindari serangan Bruno, menggelinding di jalan sepi. Ia mencoba mencari jalan keluar, namun Bruno selalu berada di belakangnya, menyerbu dengan kecepatan yang tak terduga.
"Papa, tolong!" teriak anak perempuan sopir itu, suaranya bergetar karena ketakutan. "Bruno mau menyerang kita!"
Sopir itu mencoba menenangkan anaknya, namun ia sendiri merasa ketakutan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Bruno. Ia tidak tahu bagaimana cara melindungi keluarganya.
Bruno terus mengejar mobil itu, tangannya yang berlumuran darah mencoba menghancurkan kaca mobil. Ia berteriak dengan kebencian, suaranya bergema di udara, "Kalian akan mati!"
Sopir itu mencoba menghindari serangan Bruno, menggelinding di jalan sepi. Ia mencoba mencari jalan keluar, namun Bruno selalu berada di belakangnya, menyerbu dengan kecepatan yang tak terduga.
"Papa, tolong!" teriak anak perempuan sopir itu, suaranya bergetar karena ketakutan. "Bruno mau menyerang kita!"
Sopir itu mencoba menenangkan anaknya, namun ia sendiri merasa ketakutan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Bruno. Ia tidak tahu bagaimana cara melindungi keluarganya.
Bruno terus mengejar mobil itu, tangannya yang berlumuran darah mencoba menghancurkan kaca mobil. Ia berteriak dengan kebencian, suaranya bergema di udara, "Kalian akan mati!"
Sopir itu mencoba menghindari serangan Bruno, menggelinding di jalan sepi. Ia mencoba mencari jalan keluar, namun Bruno selalu berada di belakangnya, menyerbu dengan kecepatan yang tak terduga.
"Papa, tolong!" teriak anak perempuan sopir itu, suaranya bergetar karena ketakutan. "Bruno mau menyerang kita!"
Sopir itu mencoba menenangkan anaknya, namun ia sendiri merasa ketakutan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Bruno. Ia tidak tahu bagaimana cara melindungi keluarganya.
Bruno terus mengejar mobil itu, tangannya yang berlumuran darah mencoba menghancurkan kaca mobil. Ia berteriak dengan kebencian, suaranya bergema di udara, "Kalian akan mati!"
Sopir itu mencoba menghindari serangan Bruno, menggelinding di jalan sepi. Ia mencoba mencari jalan keluar, namun Bruno selalu berada di belakangnya, menyerbu dengan kecepatan yang tak terduga.
"Papa, tolong!" teriak anak perempuan sopir itu, suaranya bergetar karena ketakutan. "Bruno mau menyerang kita!"
Sopir itu mencoba menenangkan anaknya, namun ia sendiri merasa ketakutan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Bruno. Ia tidak tahu bagaimana cara melindungi keluarganya.
Bruno terus mengejar mobil itu, tangannya yang berlumuran darah mencoba menghancurkan kaca mobil. Ia berteriak dengan kebencian, suaranya bergema di udara, "Kalian akan mati!"
Sopir itu mencoba menghindari serangan Bruno, menggelinding di jalan sepi. Ia mencoba mencari jalan keluar, namun Bruno selalu berada di belakangnya, menyerbu dengan kecepatan yang tak terduga.
"Papa, tolong!" teriak anak perempuan sopir itu, suaranya bergetar karena ketakutan. "Bruno mau menyerang kita!"
Sopir itu mencoba menenangkan anaknya, namun ia sendiri merasa ketakutan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Bruno. Ia tidak tahu bagaimana cara melindungi keluarganya.
Bruno terus mengejar mobil itu, tangannya yang berlumuran darah mencoba menghancurkan kaca mobil. Ia berteriak dengan kebencian, suaranya bergema di udara, "Kalian akan mati!"
Sopir itu mencoba menghindari serangan Bruno, menggelinding di jalan sepi. Ia mencoba mencari jalan keluar, namun Bruno selalu berada di belakangnya, menyerbu dengan kecepatan yang tak terduga.
"Papa, tolong!" teriak anak perempuan sopir itu, suaranya bergetar karena ketakutan. "Bruno mau menyerang kita!"
Sopir itu mencoba menenangkan anaknya, namun ia sendiri merasa ketakutan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Bruno. Ia tidak tahu bagaimana cara melindungi keluarganya.
Bruno terus mengejar mobil itu, tangannya yang berlumuran darah mencoba menghancurkan kaca mobil. Ia berteriak dengan kebencian, suaranya bergema di udara, "Kalian akan mati!"
Sopir itu mencoba menghindari serangan Bruno, menggelinding di jalan sepi. Ia mencoba mencari jalan keluar, namun Bruno selalu berada di belakangnya, menyerbu dengan kecepatan yang tak terduga.
"Papa, tolong!" teriak anak perempuan sopir itu, suaranya bergetar karena ketakutan. "Bruno mau menyerang kita!"
Sopir itu mencoba menenangkan anaknya, namun ia sendiri merasa ketakutan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Bruno. Ia tidak tahu bagaimana cara melindungi keluarganya.
Bruno terus mengejar mobil itu, tangannya yang berlumuran darah mencoba menghancurkan kaca mobil. Ia berteriak dengan kebencian, suaranya bergema di udara, "Kalian akan mati!"
Sopir itu mencoba menghindari serangan Bruno, menggelinding di jalan sepi. Ia mencoba mencari jalan keluar, namun Bruno selalu berada di belakangnya, menyerbu dengan kecepatan yang tak terduga.
"Papa, tolong!" teriak anak perempuan sopir itu, suaranya bergetar karena ketakutan. "Bruno mau menyerang kita!"
Sopir itu mencoba menenangkan anaknya, namun ia sendiri merasa ketakutan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Bruno. Ia tidak tahu bagaimana cara melindungi keluarganya.
Bruno terus mengejar mobil itu, tangannya yang berlumuran darah mencoba menghancurkan kaca mobil. Ia berteriak dengan kebencian, suaranya bergema di udara, "Kalian akan mati!"
Sopir itu mencoba menghindari serangan Bruno, menggelinding di jalan sepi. Ia mencoba mencari jalan keluar, namun Bruno selalu berada di belakangnya, menyerbu dengan kecepatan yang tak terduga.
"Papa, tolong!" teriak anak perempuan sopir itu, suaranya bergetar karena ketakutan. "Bruno mau menyerang kita!"
Sopir itu mencoba menenangkan anaknya, namun ia sendiri merasa ketakutan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Bruno. Ia tidak tahu bagaimana cara melindungi keluarganya.
Bruno terus mengejar mobil itu, tangannya yang berlumuran darah mencoba menghancurkan kaca mobil. Ia berteriak dengan kebencian, suaranya bergema di udara, "Kalian akan mati!"
Sopir itu mencoba menghindari serangan Bruno, menggelinding di jalan sepi. Ia mencoba mencari jalan keluar, namun Bruno selalu berada di belakangnya, menyerbu dengan kecepatan yang tak terduga.
"Papa, tolong!" teriak anak perempuan sopir itu, suaranya bergetar karena ketakutan. "Bruno mau menyerang kita!"
Sopir itu mencoba menenangkan anaknya, namun ia sendiri merasa ketakutan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Bruno. Ia tidak tahu bagaimana cara melindungi keluarganya.
Bruno terus mengejar mobil itu, tangannya yang berlumuran darah mencoba menghancurkan kaca mobil. Ia berteriak dengan kebencian, suaranya bergema di udara, "Kalian akan mati!"