Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
Kini mereka berempat duduk di satu meja, Yuri menahan Nadlyn untuk ikut makan siang bersama dan Samudra juga masih merindukan Dirga.
"Pi, kemarin hasil ujianku diatas 90. Papi belum melihatnya." Ucap Samudra yang baru saja menyelesaikan ujian tengah semesternya.
"Ah ya, Papi akan melihatnya nanti, Boy. Kamu mau hadiah apa dari Papi?" Tanya Dirga dengan penuh kasih sayang dan Yuri melihat hal itu.
"Tidak, aku tidak mau hadiah. Aku sudah besar dan tidak mau hadiah." Balas Samudra.
Dirga tertawa dan Yuri baru pertama kali melihat tawa Dirga yang lepas.
"Tapi buat Papi, kamu tetap anak bayi Papi."
Samudra mencebik, "Tidak, Pi.. Aku sudah besar."
"Kamu pintar sekali." Sahut Yuri.
"Terimakasih, Aunty." Jawab Samudra.
Namun Samudra memperhatikan sang Mommy yang sedari tadi hanya diam. Samudra mengerti hal itu, Samudra pun merasakan keanehan karena Dirga bersama seorang wanita.
"Apa Aunty calon istri Papi?" Tanya Samudra yang membuat Nadlyn dan Dirga melihat ke arah Samudra.
Yuri tetsenyum ceria. "Kami akan bertunangan bulan depan." Jawab Yuri dengan polosnya.
Nadlyn menatap wajah Dirga yang terlihat sedikit pucat.
"Nanti kamu dan Mommy mu datang, ya." Undang Yuri.
Samudra hanya tersenyum.
Setelah makan siang bersama, Nadlyn dan Sam berpamitan.
"Biar aku mengantar kalian, Nad." Kata Dirga.
"Ya, kita bisa mampir dulu ke rumah Kak Nadlyn." Sahut Yuri.
Dirga menatap tajam Yuri, sedari tadi dirinya tidak suka karena menurut Dirga, Yuri terlalu banyak bicara dan mengatakan soal pertunangan.
"Kau naik taxi saja." Kata Dirga dengan tajam.
Nadlyn yang melihatnya tidak menyukai hal itu, sebagai sesama perempuan ia tak suka jika ada pria kasar terhadap seorang wanita, terlebih menurut Nadlyn, Yuri adalah wanita baik dan polos.
"Ah tidak usah, Ga." Ucap Nadlyn. "Aku bawa mobil sendiri." Imbuhnya lagi.
Dirga menghela nafasnya, "Baiklah nanti malam aku akan kerumahmu." Kata Dirga.
"Lho, Kak. Kita kan ada makan malam bersama keluarga malam ini." Sahut Yuri dan mendapat tatapan tajam dari Dirga.
Nadlyn tersenyum. "Ga.. Jangan galak galak sama calon istrimu." Nadlyn berusaha tertawa menghilangkan rasa canggung.
Kini Dirga menatap wajah Nadlyn. "Tapi, Nad.."
Nadlyn mengalihkan pandangannya menatap wajah Yuri. "Dirga memang kaku, Ri.. Aku harap kamu bisa seperti matahari yang bisa mencairkan si Kaku ini."
Yuri tersenyum, "Kak Nadlyn baik sekali." Ucapnya haru.
"Kami pulang duluan." Kata Nadlyn dan meminta Sam untuk ikut berpamitan juga.
Dirga dengan terpaksa melepas Nadlyn dan Samudra meski sangat ingin mengejarnya.
"Teman Kakak baik sekali, aku ingin mengundangnya ke pertunangan kita." Ucap Yuri.
Dirga kembali menatap tajam Yuri, "Bisa tidak jangan banyak bicara!!" Kecam Dirga.
"Apa aku salah bicara, Kak?" Tanya Yuri.
"Ya, kau salah bicara karena terlalu banyak bicara." Balas Dirga kemudian melangkah pergi meninggalkan Yuri.
"Kak kita belum mengambil cincin pertunangan." Teriak Yuri.
Dirga menghentikan langkahnya dan mengepalkan tangannya erat. "Tuhan, mengapa dia berisik sekali." Umpatnya pelan dan kembali membalikan tubuhnya berjalan melewati Yuri.
"Kak tunggu." Seru Yuri sambil mengejar langkah lebar Dirga.
Nadlyn dan Samudra tiba di rumah Robi. "Sam, istirahatlah." Kata Nadlyn sambil menaruh belanjaan Samudra di atas meja belajarnya.
Samudra mengerti apa yang di rasakan oleh Mommy nya itu.
"Mom..." Panggil Samudra.
"Hemmm."
"Apa Mommy bersedih karena Papi bersama Aunty Yuri?" Tanya Samudra ingin memastikan.
"Tentu saja tidak." Jawab Nadlyn dengan cepat. "Kamu tau kan jika Mommy dan Papi Dirga hanya bersahabat." Kata Nadlyn.
Samudra mengangguk. "Selamat beristirahat, Mom." Kata Samudra dan Nadlyn keluar dari kamar Samudra.
Nadlyn memang tidak bersedih, hanya saja Nadlyn merasa kecewa pada Dirga. Bukan kecewa sebagai lawan jenis, melainkan kecewa sebagai seorang sahabat yang tidak tau hal apapun, padahal selama ini Dirga selalu menjadi yang terdepan untuk Nadlyn.
"Ahh rasanya semua pria sama saja. Sama sama pecundang dan munafik." Gumam Nadlyn sambil merapihkan belanjaannya sendiri berupa make up di atas meja riasnya.
Cean tengah menjalani teraphynya. Bukan hanya untuk berjalan, Cean juga menjalani teraphy untuk membenarkan saraf nya yang rusak sehingga membuatnya menjadi lemah di bagian intinya.
Dokter di Amsterdam memvonis Cean tidak bisa melakukan hubungan suami istri dikarenakan kecelakaan yang di alami oleh Cean mencederai area panggulnya dan membuat Cean menjadi impoten.
Hal itu yang membuat Cean down dan terpuruk. Tetapi kini Cean kembali bersemangat kerena kini tujuannya telah tertuju untuk mengakui dirinya sebagai Daddy yang layak di depan Samudra.
"Lelah sekali, Mom." Kata Cean yang baru saja selesai melakukan teraphy.
"Jangan cengeng, Cean. Bahkan Samudra lebih tangguh darimu." Sahut Pras yang belum respect kembali pada anaknya.
"Dad..."
Pras hanya menghela nafas jika Nanda sudah membela Cean.
"Cean, kamu harus kuat demi Samudra. Apa lagi mulai besok, Samudra boleh tinggal di rumah Mommy lagi meskipun itu siang." Kata Nanda mencoba memberi semangat.
"Benarkah, Mom?" Tanya Cean.
"Mommy lupa bilang padamu ternyata." Nanda tertawa mengingat dirinya yang pelupa. "Nadlyn sudah memberikan ijin pada Mommy untuk kembali mengasuh Samudra meski hanya siang hari sepulang sekolah."
Hal itu membuat Cean kembali bersemangat.
**
Hellena berjalan ke arah kamar Dirga dan langsung masuk tanpa mengetuk pintu.
"Mi..."
"Kenapa kamu masih belum bersiap?" Tanya Hellena.
"Mi.. Hentikan semuanya Mi.. Batalkan pertunanganku dengan Yuri. Aku mohon." Pinta Dirga.
"Apa maksudmu, Dirga? Apa wanita itu yang sudah meracuni pikiranmu?" Tanya Hellena dengan sengit.
Sebagai seorang single parents dan mempunyai tiga orang anak membuat Hellen menjadi pribadi yang tegas dan otoriter dalam mendidik ke tiga anaknya.
Apa lagi pada Dirga, karena Dirga adalah putra satu satunya yang terlahir dari rahimnya. Hellen adalah seorang gadis dan hidup dalam kemiskinan, bahkan untuk kuliah saja, dirinya mengandalkan beasiswa dan kerja paruh waktu di sebuah restoran. Hingga kemudian Hellen lulus kuliah dan bekerja sebagai sekertaris dari bos nya yang memiliki status duda.
hal itu membuat Hellen menjadi pekerja keras karena harus mengurus perusahaan yang ditinggalkan oleh suaminya, Hellen tidak ingin kembali hidup dalam kemiskinan dan hal itu membuatnya menjadi sosok yang keras.
"Mi, Dirga tidak mencintai Yuri. Dirga mencintai Nadlyn." Kata Dirga mencoba berusaha berterus terang.
"Mami tidak setuju dengan wanita itu, Dirga."
"Kenapa, Mi? Apa hanya karna Nadlyn seorang janda beranak satu? Apa Mami tidak ingat jika dulu Papi menikahi Mami juga dengan status Mami yang sedang hamil aku tanpa tau siapa Ayah kandungku dan Papi menerimanya dengan tulus?"
Plakkk
Hellen menampar keras Dirga.
"Sejak kapan kamu berani seperti ini pada Mami?" Tanya Hellen dengan mata menyalang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Note:
Ada teka teki disini, ada yang bisa tebak??
**
Maaf ya Teman teman Readers. Sebenarnya aku sudah Up dari kemarin sore, tapi belum lulus review terus sampai pagi ini, padahal aku niat sekali hari kemarin Crazy Up karena Novel Ocean Samudra dapat Cover eksklusif dari pihak NT tanpa aku mengajukannya. 🥲
Dukung terus karyaku ya, dengan beri aku Like, tinggalkan komentar, beri aku hadiah dan Vote agar aku bisa lebih bersemangat lagi.
Terimakasih Readers kesayanganku 🤗
kayaknya author ya nulis nya Nggak pakai outline.Karena kadang diawal gimana ,sampai bab selanjutnya kontra . Andai runut tiap Bab nya novel ini bagus banget karena ceritanya kuat ,bahasa nya asik ,ceritanya juga clear ,plot nya seru .