Vino Bimantara bertemu dengan seorang wanita yang mirip sekali dengan orang yang ia cintai dulu. Wanita itu adalah tetangganya di apartemennya yang baru.
Renata Geraldine, nama wanita itu. Seorang ibu rumah tangga dengan suami yang cukup mapan dan seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Entah bagaimana Vino begitu menarik perhatian Renata. Di tengah-tengah kehidupannya yang monoton sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga yang kesehariannya hanya berkutat dengan pekerjaan rumah dan mengurus anak, tanpa sadar Renata membiarkan Vino masuk ke dalam ke sehariannya hingga hidupnya kini lebih berwarna.
Renata kini mengerti dengan ucapan sahabatnya, selingkuh itu indah. Namun akankah keindahannya bertahan lama? Atau justru berubah menjadi petaka suatu hari nanti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21: Pernyataan
"Gue baru bisa balik ke Bali besok. Gimana dong?" tanya Marsha. Mereka tengah berada di sebuah kafe di bandara. Mereka sedang menunggu waktu penerbangan yang akan membawa Vino menuju ke Bali.
Vino menoleh ke arah smart watch yang melingkar di tangan kirinya. "Okay, gak masalah. Sekarang gue balik duluan ke Bali. Inget minggu depan kita bilang setuju buat tunangan. Kita bilang sama mereka kalau selama di Bali kita ketemu beberapa kali dan ngerasa cocok. Jadi kita mutusin buat lanjutin perjodohan ini. Kita harus bikin semuanya sealami mungkin. Setelah acara pertunangan, kita bakal aman tapi mungkin gak akan lama. Mereka pasti ngedesak kita buat nikah. Tapi kita cari alasan pokoknya biar pernikahan itu gak pernah terjadi. Maksimal 6 bulan kita putusin pertunangan kita dengan alasan gak cocok atau apalah, nanti kita pikirin lagi alasannya. Kita harus terus kerja sama biar semuanya berhasil."
"Ya udah. Gue setuju," angguk Marsha setelah Vino memberikan instruksinya. "Pokoknya gue bakal usahakan apapun biar gue gak nikah sama lo dan gue bisa tetep ada di Bali."
"Bagus. Pokoknya lo ikutin apa kata gue maka semuanya bakal aman."
"Okay, gue percayain semuanya sama lo. Gue ikut aja. Awas aja ya kalau lo malah berubah pikiran."
"Gue juga gak mau nikah sama lo. Gue juga punya cewek. Gak udah kepedean ya."
Marsha berdecak kesal.
"Tapi gue pengen nanya, kenapa lo gak kenalin cowok lo ke bokap nyokap lo? Atau mungkin mereka udah tahu tapi hubungan kalian gak direstuin?" tebak Vino, berpura-pura tidak tahu.
"Kepo banget sih lo sama urusan gue? Lo gak perlu tahu," ketus Marsha.
"Baru aja gue ngasih tahu, kita harus kerja sama. Lo harus terbuka sama gue biar kita sama-sama bisa saling ngelindungin nanti. Gimana sih lo," desak Vino.
Marsha memainkan cangkir berisi cappucino di depannya, menimang apakah ia akan membiarkan Vino tahu tentang Gavin? Kemudian, "sebenernya cowok gue udah punya istri."
Vino berpura-pura terkejut, "serius lo?"
"Nyokap gue tahu. Tapi bokap gue enggak. Bisa dipecat cowok gue kalau mereka sampai tahu."
"Cowok lo karyawan di firma bokap lo?"
"Iya. Makanya lo juga diem. Jangan sampai bokap gue tahu."
"Tenang aja. Rahasia lo aman di tangan gue. Tapi kenapa bisa lo pacaran sama dia? Awalnya lo gak tahu kalau dia punya istri?"
"Gue tahu dari awal kalau dia punya istri. Tapi gue gak peduli. Gue cinta sama dia sejak pertama kali ketemu sama dia. Gue udah berhubungan selama setahun sama dia, semuanya baik-baik aja. Walaupun gue kesel harus selalu jadi yang kedua, tapi gue jalanin semuanya karena gue gak bisa kehilangan dia."
"Gak nyangka lo bisa ngelakuin hal kayak gini lagi demi cowok," komentar Vino menyinggung kejadian di masa lalu Marsha.
"Gue gak minta lo ngejudge gue. Yang penting gue selalu jaga supaya semuanya tetap aman. Gue ketemu sama dia pas dia pulang kerja aja. Dia bakal ke apartemen gue dan pulang sekitar jam 8-9 malam. Weekend gue gak pernah ganggu dia sama keluarganya. Saat perjalanan dinas aja paling, gue selalu manfaatin itu sebagai moment gue bisa bareng sama dia lebih lama. Gue gak salah 'kan?"
"Mana ada pacaran sama suami orang gak salah? Ya salah dong."
"Bagi gue enggak. Gue tetep ngalah selama ini. Gue gak egois. Padahal bisa aja gue rusak hubungan dia sama istrinya dari lama. Tapi gak gue lakuin 'kan?"
"Cowok lo nya aja kali yang lebih milih istrinya dibandingkan lo. Lo ngancem dia apa gimana sampai dia gak bisa lepas dari lo?"
Marsha nampak tak nyaman. Tebakan Vino tepat sasaran.
"Tenang, gue gak akan ganggu hubungan lo sama cowok lo. Gue gak peduli lo mau pacaran sama cowok yang udah beristri, atau siapapun. Tapi lo tahu siapa istri dari cowok lo itu?"
"Gue cuma tahu namanya. Gue gak perlu tahu siapa dia. Gak penting."
Vino mengangguk-angguk paham. Ia penasaran sendiri bagaimana reaksi Marsha jika tahu istri Gavin itu sangat mirip dengan Rania yang dulu pernah bermasalah dengannya. "Okay. Kalau gitu sekarang udah waktunya gue balik ke Bali."
Kemudian Vino sudah kembali ke apartemennya. Ia ingin bertemu Renata, tapi Vino tahu, Gavin pasti sedang bersama Renata. Mungkin esok hari saat dirinya pulang bekerja, ia akan menghampiri Renata di apartemennya. Ia tahu sekarang kapan Gavin akan ada di apartemennya.
Vino memutuskan untuk tidur. Dalam satu hari ia bulak-balik Bali-Jakarta-Bali, membuatnya kelelahan. Ia pun terlelap. Namun tiba-tiba saja ia terbangun karena bel yang berbunyi. Dengan satu mata, Vino melirik ke arah jam dinding. Ini hampir pukul 2 pagi. Vino bertanya, siapa yang mengunjunginya selarut ini?
Dengan malas ia berjalan menuju pintu dan membukanya. Saat pintu terbuka Renata masuk ke dalam apartemen Vino dan segera menutup pintu di belakangnya.
"Mbak..."
Sebelum Vino menyelesaikan kata-katanya, Renata sudah mempertemukan bibir mereka.
Ciuman mereka semakin dalam. Vino pun membawa Renata menuju kamarnya dan mereka pun melakukannya. Di akhir aktivitas panas itu, mereka masih saling berpelukan di ranjang.
"Mbak ngapain ke sini malem-malem? Gavin gak ada emangnya?" tanya Vino semakin erat mendekat tubuh polos Renata.
"Gavin lagi tidur. Aku tahu kamu pulang tadi, aku udah pengen nemuin kamu tapi gak bisa. Makanya aku nunggu Gavin tidur. Tahunya aku malah ketiduran juga. Aku mimpiin kamu, Vin. Pas aku kebangun, tanpa mikir lagi aku dateng ke sini."
"Mbak nekat banget. Gimana kalau Gavin kebangun dan nyariin Mbak?"
"Aku juga khawatir. Tapi aku pengen ketemu kamu. Aku kangen."
Vino tersenyum gemas. "Sejak kapan Mbak jadi manja gini sama aku?"
Renata melepas pelukannya untuk menatap wajah sang kekasih gelap. "Aku juga gak tahu," Renata menyentuh pipi Vino, "fix aku emang udah gila. Aku udah khianatin Gavin, aku ngelakuin kesalahan, tapi aku malah gak peduli. Aku udah berubah jadi orang jahat, Vin. Dan semua ini gara-gara kamu."
"Maafin aku udah bikin Mbak berpikir kayak gitu ya, Mbak. Jadi Mbak maunya aku pergi dari Mbak?" tanya Vino dengan nada sedih.
Renata menggeleng, "enggak, Vin. Aku justru gak mau kehilangan kamu sekarang. Aku nyaman banget sama kamu. Aku..."
"Aku apa, Mbak?" tanya Vino karena Renata tak melanjutkan kata-katanya.
Renata menatap Vino lebih lekat. "Kayaknya, aku mulai sayang sama kamu, Vin."
semoga endingnya membahagiakan semuanya sich 🤭😁🤪
move on vino dari Rania 💪
lanjutin jaa Renata ma vino 🤭🤭🤭 situ merasa bersalah sdngkn suami mu sendiri dh selingkuh duluan 🙈😬😞😞