Ketika sabar menjadi sadar, peduli menjadi diam maka kamu bebas sekarang.
Ketika Ia kecelakaan hampir merenggut nyawa dan kritis beberapa waktu,suaminya justru tidak peduli dan merawat wanita lain yang hanya demam biasa di rumah sakit yang sama.
Pada akhirnya Liliana menyerah karena tak pernah di anggap dan tak pernah mendapatkan respon balik, sekalipun nyawanya hampir melayang jadi Ia mengajukan perceraian mereka.
Namun Ketika Ia sudah memutuskan menyerah dan bercerai, suaminya tiba-tiba berubah dan ingin mempertahankan pernikahan mereka.
Akankah Liliana berubah pikiran untuk bertahan?
Atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hantari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan malam bersama
"Li gimana?"
"Gimana apanya?"
"Hubungan kamu sama Bara,kalian jadi cerai kan?"
Lily menghentikan aktivitasnya yang sedang bermain dengan Theo, beberapa detik Ia tidak menanggapi ucapan Monika yang duduk di sofa.
"Jangan bilang kamu berubah pikiran untuk bercerai dengan Bara?"
Tebak Monika dengan wajah terkejut dan tidak percaya,Ia menatap Lily dengan tatapan yang sangat intens.
"Bukannya gitu Mon, masalahnya bercerai dengan Bara itu bukan suatu hal yang mudah"
"Gak mudah apanya sih Li, bukannya kamu bilang kontrak pernikahan kalian akan berakhir dan kamu bebas menuntut cerai?",tanya Monika dengan menggebu Ia tidak mengerti dengan ucapan sahabatnya itu.
Lily menghembuskan nafas sedikit kasar kemudian duduk bersama Monika di sofa,dimana sebelumnya Ia duduk lesehan di karpet karna bermain bersama Theo.
Sementara Theo masih asik main dengan mainannya, Lily duduk di samping Monika mencoba bercerita dengan sahabatnya itu."Sebenarnya aku juga gak tau, sebelumnya Bara memang mengatakan akan bercerai ketika perjanjian berakhir,tapi sekarang aku gak ngerti kenapa dia tiba-tiba menolak untuk bercerai dan dia..."
"Dia apa Li?"
"Dia mengatakan tidak akan pernah setuju untuk bercerai, bahkan dia juga janji akan berubah dan memperbaiki semuanya"
Monika hampir tidak percaya mendengarnya,"Bara mengatakan hal itu?"
Lily mengangguk.
"Terus kamu bakal percaya gitu aja Li?,kamu juga bakal balik lagi sama dia Li dan kamu akan kembali seperti awal-awal mengejar cinta pria brengsek enggak tau diri itu?, aduuh Li pokoknya aku sebagai sahabat kamu gak terima!"
"Kamu harus bercerai dengan Bara,agar cowok brengsek itu menyesal telah menyia-nyiakan wanita sesempurna kamu hanya karna seorang wanita murahan seperti Laura!"
Lily tersenyum,"Kamu tenang aja Mon,aku juga gak setuju dengan permintaannya,aku sudah capek jadi gimanapun ceritanya aku bakal nyerah dan gak mau lagi lanjutin hubungan yang menyakitkan dengan Bara"
"Bagus"ucap Monika langsung dengan begitu bahagia dan senang mendengar ucapan sahabatnya itu,Ia juga memeluk sahabatnya itu dengan begitu lega karna sebagai sahabat yang baik Ia tidak mau melihat sahabatnya itu menderita lagi.
"Meskipun aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri kalau sejujurnya aku masih mencintai kamu Bara,mungkin aku tidak akan bisa mencintai pria lain sebesar aku mencintai kamu karna jujur cinta ku sudah habis di kamu selanjutnya aku hanya akan melanjutkan hidup berharap aku bisa menemukan sosok pendamping hidup yang akan bisa menerima ku apa adanya"
"Tante Lily kenapa nangis?"
"Ha?"
Monika segera menyadari kalau ternyata memang benar kalau Lily sedang menangis,"Kamu kenapa nangis Li?"
Lily segera menghapus air matanya dan memaksakan senyumnya,"Enggak,aku hak apa-apa kok"
"Aku cuma kelilipan aja"
"Li kamu itu gak bisa berbohong,jujur kamu pasti nangis karena Bara kan?kamu sebenarnya belum bisa melepaskan Bara kan?",tanya Monika.
"Tante jangan nangis,nanti Theo juga ikut nangis"
Theo bocah kecil itu memeluk paha Lily dengan mata berkaca-kaca,tampak sekali Ia begitu menyayangi Lily seperti ibunya sendiri.
"Nggak kok sayang Tante gak apa-apa,tante cuma lagi akting nangis di depan Tante monika hehe"
Monika menghembuskan nafas dan tersenyum mengejek, Lily memang bukan orang yang bisa berbohong,bahkan mencari alasan saja tidak bisa.
"Ooh,Theo kira Tante nangis karna ada apa-apa"
"Nggak kok,Theo lanjutin main lagi ya,Tante mau lanjut akting lagi"
"Hihi oke",ucap bocah menggemaskan itu kemudian kembali lesehan di karpet dengan mobil-mobil dan boneka dinosaurus nya.
Saat Lily menoleh ke arah Monika, wanita itu sedang menertawakan dirinya,ketawa kenapa?"
"Gak,lucu aja dari dulu kamu itu gak bisa bohong"
"Apaan sih"
"Udah, sekarang jawab pertanyaan ku Li,kamu belum bisa ikhlas lepasin Bara kan"
"Aku yakin kamu tau jawabannya Mon"
Monika langsung menghela nafas panjang,"Ya udah terserah kamu deh Li,tapi satu hal yang harus kamu ingat,aku gak mau liat kamu sedih lagi karna pria itu"
Saat itu mereka sedang di apartemen Monika, Theo bersama Lily karna Christopher pagi tadi mengirim nya pesan video dimana Theo terus merengek meminta untuk bersamanya.
Jadi Lily meminta Christopher untuk mengantarnya ke apartemen Monika saja,karna Ia memang sedang ingin pergi ke sana.
Karna sudah malam, Christopher datang kembali ke apartemen Monika untuk menjemput putranya pulang setelah bekerja.
"Papa!"
Teriak Theo kegirangan setelah melihat Christopher muncul,Ia langsung berlari memeluk papanya itu yang langsung di tangkap oleh sang papa dan menggendongnya.
"Terimakasih ya Li dan juga Monika,maaf sudah merepotkan"
"Gak apa-apa kok,lagian Theo anak yang baik dan gak cengeng"
Christopher tersenyum mendengarnya, kemudian baru memperhatikan kedua wanita di depannya berpenampilan rapi dengan membawa tas.
"Kalian mau kemana?"
"Kebetulan kita mau keluar mau makan malam, tadinya mau ngajak Theo tapi udah di jemput duluan",ucap Monika pada atasannya itu,ya Monika bekerja di perusahaan Christopher sebagai desainer,dia jugalah yang memperkenalkan keduanya.
"Ooh kalau gitu kita barengan aja, kebetulan aku juga belum makan malam"
"Gak usah..."
"Serius bos,boleh tuh sekalian di traktir makan ya bos",ucap Monika sebelum Lily menyelesaikan ucapannya.
Pada akhirnya mereka semua pergi ke restoran untuk makan malam,dengan di traktir oleh Christopher.
Saat ketiganya tengah asik menikmati makan malam di tempat eksklusif tamu VVIP, mereka tidak sadar kalau sedang di perhatikan bahkan di videokan oleh seseorang.
Ia tersenyum miring ketika melihat Lily yang dekat dengan seorang pria dan juga seorang bocah.
"Eh sebentar ya,aku mau ke toilet dulu"
Monika ijin pergi ke toilet karna memang kebelet pipis.
Hal itu membuat seorang yang sedang memvideokan hal itu semakin tersenyum kegirangan,"Kita lihat saja, bagaimana kamu masih akan bertahan Liliana dengan Bara dan juga keluarganya"
Setelah cukup mengambil Video,orang itu langsung pergi begitu saja.
"Aku akan mengirim Video ini ke Bara dan juga keluarganya,habislah kau Liliana"
"Itu balasan untuk mu karna kau sudah menghancurkan hubungan ku dengan Bara,sampai kapanpun aku tidak akan pernah memaafkan mu"
Namun saat tidak fokus berjalan,Ia terkejut ketika menole lurus ke depan sudah ada Monika di hadapannya, tampaknya baru saja dari toilet.
"Eh nenek sihir,kamu ngapain di sini?"
"Ngintilin kita ya,lebih tepatnya kamu pasti sedang memata-matai Lily kan?", Monika melipat kedua tangannya menatap Laura dengan tatapan merendahkan.
"Bukan urusan kamu,"Laura ingin mengabaikan Monika wanita yang paling Ia benci setelah Lily.
"Eitts tunggu dulu,aku cuma mau ngomong sama kamu kalau kamu mau bilang apa yang kamu lihat hari ini ke Bara, silahkan"ucap Monika dengan tersenyum sinis kemudian berbalik dengan mengibaskan rambutnya ke wajah Laura dan pergi dengan angkuh.
Hal itu membuat Laura naik darah dan begitu emosi,"Sialan!!"geramnya namun begitu saja pergi karna malas berdebat.
"Tenang saja,aku memang akan memberitahu kan hal ini ke Bara dan juga keluarganya,lihat saja sampai mana kamu akan sombong Monika"
"Pertama-tama aku akan mengirim kan video ini ke papanya Bara dulu,pria tua penyakitan itu agar dia bisa langsung mati sekalian menyusul papa dan juga mama, setelah itu aku akan mengirimkan nya pada Bara penyebab papanya stroke nantinya haha"
***
Rosa baru saja keluar dari kamar mandi,Ia melihat ponsel suaminya yang beberapa kali berdering dan notifikasi pesan masuk.
Karna penasaran berjalan mendekati nakas dan mengambilnya,"Papa kemana ya kok ninggalin hpnya,gimana kalau ada hal penting papa ini ceroboh sekali"
Awalannya Ia bingung ada nomor asing yang menelfon dua kali dan mengirimkan dua video.
"Siapa ini, perasaan gak kenal nomor telepon ini deh", gumamnya sebelum akhirnya memutuskan untuk memutar video yang di kirimkan oleh nomor asing tidak di kenal itu.
Kerutan di dahinya langsung mengerat dan ekspresi terkejut juga tidak percaya tidak terlihat jelas di wajahnya.
"Lily sama siapa ini?"
"Nggak,ini gak mungkin Lily"
"Dia tidak mungkin mengkhianati Bara, nomor ini pasti hanya ingin mengadu domba dan aku tidak akan mudah terhasut oleh siapapun ini", ucapnya dengan begitu marah dan langsung menelfon balik nomor asing tidak di kenal itu.
"Halo, apakah anda sudah mendapatkan video yang saya kirim? bagaimana anda pasti tidak percaya melihat kelakuan menantu tersayang mu itu kan,yang mengkhianati putramu"
"Diam kamu,kamu siapa?,kenapa mengirim video seperti ini?,saya tau kamu pasti orang jahat yang hanya ingin menghancurkan hubungan putra saya dan juga menantu saya kan,asal kamu tau saya dan juga suami saya termasuk putra saya tidak akan percaya dengan video mu itu",jelas Rosa langsung secara tegas dan lugas.
Laura yang berada di balik telepon begitu marah dan emosi.
"Kamu bisa tidak percaya,namun itulah faktanya kalau menantu tersayang mu itu tidak sebaik yang kamu pikirkan,kamu juga bisa mengabaikan nya dan membiarkan menantu mu itu terus melakukan nya di belakang putra mu"
Meskipun begitu Laura masih memprovokasi dengan begitu totalitas.
"Tidak akan,kami tidak akan percaya dengan mudah,karna aku yakin Lily menantu ku bukanlah orang seperti itu jadi jangan berharap!"
Setelah itu mama Rosa langsung memutuskan panggilan dan langsung memblokir nomor telepon yang tidak di kenal itu.
Tapi meski telah mengatakan hal demikian,Ia juga hanyalah manusia biasa,Ia terpancing akan ucapan Laura hingga Ia jadi kepikiran.
"Tidak,aku tidak bisa meragukan menantu ku"
"Sebaiknya ku telfon saja dia sekarang"
Setelah itu,Ia akhirnya menelfon Lily, setelah dua kali baru di angkat.
"Halo ma"
"H...halo sayang,kamu sedang ada dimana?"
"MMM,lagi di luar ma sama Monika,emang kenapa?"
"Nggak,cuma nanyak aja kok"
***
Bersambung...
ya sdh lily menjauhlah tenangkan dirimu dari keluarga barra
biarkan dia menyembuhkan luka di hatinya
krna pnghinaan dan kekecewaan terlalu lama diperbuatnya,apalagi ditmbh tuduhan drimertua,kuatkn hatimu LILy,jgn cepat tergoda.
menjauh lah ly