naresh membenci nara, begitu pun sebaliknya. tapi apa jadinya jika keduanya menikah karena tak sengaja kepergok tidur bersama?
pernikahan kilat itu membuat naresh marah besar karena satu bulan lagi dia akan menikahi kekasihnya.
dengan keadaan pernikahan yang buruk, bagaimana nara menjalani pernikahan nya apalagi dengan naresh yang malah bertunangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DnieY_ls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bertahan or move on?
“Sebenarnya lo kenapa sih nar? Jujur aja sama gue, lo galau kan gara gara naresh tunangan sama vania kan?” tanya pelia. Kepala mereka bersebelahan meski berbeda arah.
Nara tak menjawab, menatap langit langit kamar yang tampak sudah luntur. Dia ingin mengakuinya, tetapi rasanya dia malu.
“terserah sih lo mau jawab apa enggak. Tapi gue yakin dari tingkah laku lo akhir akhir ini lo galau gara gara tuh cowok. Sebenarnya kalau lo emang suka kenapa gak bilang aja sih nar? Dia kan suami lo, lo lebih berhak atas dia dari pada vania. Lagian lo ngapain bolehin dia tunangan sama tuh cewek ular? Sampe sekarang gue heran sama kalian. Apa yang bikin kalian sampe musuhan begitu, gue lihat naresh baik baik aja tuh orang nya. Bukan tipe cowok yang suka cari masalah” jelas pelia panjang lebar. Tangannya bergerak gerak di atas seolah menggambarkan sesuatu.
“Lo gak akan ngerti” ucap nara kemudian. Memiringkan wajahnya agar tak di lihat oleh wanita itu.
Pelia membalikan tubuhnya menjadi tengkurab, dia mengangkat kepalanya melirik nara. “Tahu. Makanya lo cerita sama gue, biar gue ngerti” kata pelia.
Nara memejamkan matanya, merasakan angin sepoi sepoi masuk akibat jendela kamar sedikit terbuka. Kepalanya pusing, tubuhnya juga lelah. Kini di tambah perasaan nya yang selalu murung.
“Gue benci sama dia pel, dia gak mungkin suka sama gue. Buktinya sekarang dia tunangan sama vania, padahal status dia suami gue” nara membalikan badannya dengan wajah cemberut.
“Ya itu karena lo bolehin dia. Coba lo larang, pasti gak akan dia lakuin” sela pelia agak kesal.
Menurut nya nara hanya menyalahkan naresh saja tanpa berpikir bagaimana sikap nya selama ini. Ini salah keduanya, bukan hanya naresh atau nara. Kalau seandainya mereka bisa bersikap dewasa dan mengalahkan ego mereka masing masing, hubungan mereka pasti akan baik. Terlebih ini sebuah pernikahan, bukan lagi pacaran atau tunangan. Mereka sudah sah secara hukum agama dan negara.
dia tatap nara dengan serius, yang terdiam dan tak bergerak sedikitpun. Tiba tiba dia tersentak saat nara mengeluarkan air matanya, tubuh nara seketika bergetar karena menangis.
Pelia merengkuh tubuh yang rapuh itu, memeluk nara dan mencoba menenangkan nya. Nara yang menangis sesegukan di pelukannya membuatnya merasa iba.
“Tangisin aja nar. Nangis sepuas nya, setelah ini lo jangan nangis lagi” ucap pelia mengusap punggung kecil nara.
Di antara mereka bertiga, memang nara lah yang paling kecil tubuhnya.
Bersamaan dengan itu, pintu kamar terbuka dan marlin masuk. Dengan raut wajah terkejut dan bingung, dia mendekati pelia yang tengah memeluk nara yang menangis.
Lalu bertanya tanpa suara, hanya gerakan mulutnya saja. “Kenapa?”
Pelia menjawab dengan gerakan bibir dan mengatakan naresh. Marlin pun langsung paham dan menganggukan kepalanya, dia pun duduk di sisi mereka.
Tak lama pintu kamar mandi yang terbuka dan sadrina keluar dari sana. Dengan ekspresi yang sama seperti marlin tadi, dia mendekat dan bertanya tanpa suara.
“Kenapa?”
Pelia dan marlin menjawab bersamaan, naresh. Sadrina pun langsung paham akan hal itu. Dia ikut duduk di sana sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Mereka saling lirik, lalu menatap punggung nara yang sudah agak tenang. Pelia melepaskan pelukannya, lalu membawa nara ke tengah tengah mereka.
Nara mengusap wajahnya yang berair akibat dia menangis. Lalu tersenyum malu saat ketiganya kini melihatnya.
“hehe… makasih” ucap nara serak. Menarik nafas dari hidung nya yang agak tersumbat.
“Jadi gimana? Udah lebih baik kan sekarang?” tanya marlin.
Nara mengangguk, lalu tertawa karena malu. Tiba tiba saja dia berpikir apa yang buat dia menangis seperti ini. Bisa bisa nya pria goblok itu membuatnya sampai sesegukan begini.
“sekarang gue tanya deh ra, apa yang mu lo lakuin setelah ini? Mau tetep sama naresh atau move on?” sadrina yang mengeringkan rambutnya bertanya.
Nara mengusap ujung hidungnya yang memerah. “mau move on. Tapi kalian bantuin yah?” pinta nara menatap ketiganya. Nadanya seperti tengah meminta bantuan pada orang tua.
Ketiga orang itu saling lirik dahulu sebelum kemudian mereka berseru kompak.
“Siap!”
naresh ketemu nara yh sdg jalan sm adam..posisi jadinya seri ya naresh
lanjut thor