NovelToon NovelToon
RAGA LANGIT

RAGA LANGIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:711
Nilai: 5
Nama Author: zennatyas21

Kisah sebuah pertemanan yang berawal manis hingga renggang dan berakhir dengan saling berdamai. Pertemanan yang salah satu diantara keduanya menaruh bumbu rasa itu terjadi tarik ulur. Sampai memakan banyak kesalahpahaman. Lantas, bagaimanakah kisah selanjutnya tentang mereka? apakah keduanya akan berakhir hanya masing-masing atau asing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24. Ikut Jalur Langit?

Setelah beberapa hari Adhara dan Asa berbaikan, kini gadis itu sedang bersama Langit dirumah. Berhubung dua hari libur sekolah, Langit dan Adhara bersiap untuk pergi toko belanja bulanan. Namun, belum mereka berdua pergi dari halaman rumah tiba tiba muncul seseorang dengan langkah yang terburu buru.

"Ra!" panggil seorang lelaki seumuran Adhara memakai sweater hitam.

Adhara menoleh ke sumber suara, perlahan ia mengenal seseorang itu. "Aksa?" tebaknya mendapati tanggapan bingung dari Langit.

"Siapa itu, Ra?" tanya Langit berbisik.

Kemudian Langit dan seseorang di duga bernama Aksa tersebut saling bertatapan. "Oh dia, ini temen aku, Lang. Namanya Aksara Baskara. Biasanya aku panggil dia Aksa." jelas gadis itu mengenalkan Langit dengan Aksa.

"Saya Langit, teman dekat Adhara." ucap lelaki disampingnya Dhara.

Aksa membalas uluran tangan sebagai tanda perkenalan. "Gue Aksara, panggil aja Aksa."

Dhara menatap kedua lelaki itu. "Lo kenapa kesini? Ada apa? Ini kan jauh dari desa." tanya Adhara bingung.

"Iya gue mau kasih informasi buat lo, sedikit nyesek sih. Tapi gue perlu ngasih tau."

"Tentang apa?"

"Asa sama Alura lagi, Ra." ungkap Aksa seperti memendam rasa tak terima.

Dhara mengerutkan keningnya heran, sedangkan Langit memasang wajah datarnya. Bukan hal yang mengejutkan bagi Dhara dan Langit kan?

"Terus kenapa? Kan itu hak dia mau sama siapa. Bukan urusan gue juga sekarang." jawabnya santai membuat Aksa heran tak yakin.

"Lo nggak ngerasa sakit hati, Ra? Sementara dia kan baru beberapa hari minta maaf sama lo kan? Dan sekarang dia ngelakuin hal itu lagi." ujar Aksa berkacak pinggang.

Adhara mengedikkan bahunya, "Gue sama dia kan bukan siapa siapa selain sekedar temen biasa, lagipula Alura juga udah ada yang punya." jawabnya santai.

Aksa diam sejenak. "Terus kenapa mereka berdua keliatan deket banget? Seolah olah Alura kayak suka sama Aksa." tanya cowok tersebut masih belum paham.

"Ya memang sudah sejak awal perempuan itu suka sama Asa." ujar Langit mewakili Adhara.

Aksa membuang napas dengan kasar. "Bisa- bisanya mereka berdua keliatan romantis gitu, mana si Alura pake ngemis segala minta duit sama minta di traktir." ucap Aksa kesal sendiri.

Adhara hanya menanggapi dengan gelengan kepala. Sebenarnya ia sudah tahu apa yang saat itu terjadi, sebelum Aksa memberi tahu Adhara sudah lebih dulu tahu yang sesungguhnya. "Ya nggak apa-apa dong. Secara, mereka kan emang udah deket dari awal di waktu yang sama kayak gue kenal dia. Toh, apa salahnya Alura?" kata Dhara sembari senyum pada tetangga yang berlalu lalang di depan halaman rumahnya.

Aksa semakin tidak mengerti. Mengapa Adhara sangat begitu tenang dan biasa saja saat mendengar kabar Asa dan Alura? "Kok lo biasa aja sih dari tadi?" gerutu Aksa berdecak kesal.

"Perempuan itu melakukan hal tersebut karena ada alasan yang kuat. Asa dan perempuan itu sudah menjelaskan semua pada Dhara." celetuk Langit angkat bicara.

Aksa menatap Langit dan Adhara dengan tatapan bingung. "Ada apa emangnya?"

"Alura itu mau pindah ke Amerika diajak sama papahnya. Dia bakal lanjut SMA sekalian kuliah di Amerika. Dan si pacarnya juga ikut kesana, mereka menjalin hubungan dengan status perjodohan dari kedua orangtua mereka. Dan hari itu, Alura izin sama gue buat deket sama Asa dalam sehari untuk bikin kenangan indah sama Asa. Asa juga nggak akan nolak tentang itu, karena ini soal perpisahan teman seperjuangan selama gue masih didesa bareng Alura dan Asa." jelas gadis itu senyum tipis.

Aksa manggut manggut seraya bergumam lirih. "Ternyata Alura udah nggak di Indonesia lagi ya nanti?" Cowok itu menunduk menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Udah siang nih, gue cabut dulu ya, bre. Ada urusan lain nih," ujar Aksa cengengesan.

Dhara bersedekap bete. "Halah, bilang aja lo mau kumpul bareng Hanif, Mirza, Dani, sama Raka." cicit Dhara menatap punggung cowok bernama Aksa itu.

Aksa berjalan mundur dengan wajahnya yang tak berhenti cengengesan. "IYAA! ADA URUSAN PENTING SOALNYA. GUE BALIK YA!" teriak Aksa tanpa merasa malu di perhatikan oleh beberapa warga yang lewat.

"URUSAN APA, SA?!" jawab Dhara setengah berteriak namun tak terlalu keras.

Aksa masih berjalan mundur berdecak kesal. "HATI GUE YANG RUSAK, RA!" jawabnya sambil menunjuk bagian hati di tubuhnya.

Setelah itu Adhara hanya geleng geleng kepala mengingat tingkah Aksara. Cuma mukanya yang mirip Asa, sifat dan sikapnya beda jauh.

••••••

Sore ini Adhara dan Langit akan jalan jalan menaiki motor Scoopy milik Langit. Setelah siang tadi mereka sudah ke pasar untuk belanja bulanan.

"Ra, belakangan ini aku nggak liat kak Vano. Dia kemana? Tumben nggak bareng kamu setiap pergi sama aku biasanya dia ikut kan?" tanya Langit menatap Adhara.

Gadis itu kebingungan untuk menjawab. Maafin aku, Lang. Aku nggak bisa jawab jujur ke kamu soal bang Vano. Bukannya aku nggak mau kasih tau kamu tapi memang belum ada waktu yang tepat untuk kasih tau semuanya. batinnya dalam hati.

"Dhara? Kok melamun sih?" ucap Langit membuyarkan lamunan gadis di hadapannya itu.

Dhara tampak gugup dan bingung akan menjawab apa kali ini. Apa ia harus mencari alasan lain? "Kak Vano kenapa, Ra? Dia baik baik aja kan?" tanya Langit sekali lagi.

Lelaki itu merasa ada yang aneh dari gerak gerik Adhara. Tampak mencurigakan seperti tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Namun, Langit tidak akan memaksa gadis bernama Adhara tersebut untuk mengatakan yang sejujurnya. "Di-di-dia? Abang Vano nggak apa-apa kok." jawabnya terbata bata.

Langit mengernyitkan keningnya heran. "Abang? Sejak kapan kamu panggil kak Vano jadi abang?" Lengkap sudah. Kini Dhara sudah kehilangan kata kata di depan Langit.

Harus bilang apa pada penulis itu? Aduh ... Dhara ayoo mikir dongg.

"Abang Vano? Ya 'kan aku adeknya, ya terserah aku dong, Lang." ujarnya mencebikkan bibirnya kesal.

Langit hanya tersenyum tipis. Penulis Raga Langit tak semudah itu di bohongi. Apalagi seseorang yang menyembunyikan sesuatu dari Langit adalah Adhara? Oh tidak, nanti pasti akan ketahuan akhirnya.

"Ada yang kamu sembunyikan dari aku kan? Tentang apa?" pertanyaan Langit mampu membuat Dhara menunduk diam.

Aduh, kenapa aku takut natap Langit ya? Kok jadi nggak berani ngeliat muka dia sih? Atau karena aku bohong sama dia, dan dia tau kalo aku sembunyikan sesuatu sama dia? batin Dhara belum selesai sudah terpotong oleh ucapan Langit.

Seketika Dhara tidak bisa apa apa selain menunduk sedikit takut dengan wajah Langit.

Kalian tahu ketika Langit dalam mode datar bagaimana? Seperti orang yang tengah menginterogasi secara perlahan. Namun, ekspresi Langit benar benar seram kali ini.

"Dhara kenapa diam saja? Kamu dengar 'kan pertanyaan aku?"

Aduh, kenapa itu terus sih yang ditanyain. Yang lain emang nggak bisa ya?

Adhara mendongak pelan menatap Langit. "Kenapa kamu nanya itu terus? Kalo aku nggak bisa jawab ya nggak usah pasang muka kayak gitu!" ketusnya sontak membuat Langit terkejut heran.

"Jangan mentang- mentang kamu penulis yang cuek dan datar, kamu paksa orang orang harus jawab pertanyaan kamu!" tegas gadis itu sudah berkaca kaca.

Langit mencoba menjelaskan sambil memegang tangan Dhara dengan lembut. Tapi sayang, tangannya di tepis cepat oleh Adhara.

"Ra, dengerin aku dulu ya? Aku minta maaf kalo aku nggak sengaja datar sama kamu. Dhara maafin aku ya? Janji nggak akan datar lagi ke semua orang. Aku bakal usaha buat jadi seorang penulis yang asik dan nggak cuek." ucap Langit seperti memohon.

Keadaan Dhara kini sudah meneteskan air matanya. "Nggak usah janji- janji! Percuma kalo ujungnya juga kamu ingkari! Mulai sekarang, kita sendiri sendiri dulu. Kita fokus sama kehidupan masing masing." Jelas gadis tersebut akhirnya pergi meninggalkan Langit.

"Masing masing? Kamu kenapa, Ra? Kenapa harus saling sendiri sendiri dulu? Apa kesalahan aku terlalu fatal buat kamu?" monolognya kemudian ia masuk ke dalam rumahnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!