Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Percayalah padaku Kak...
" Mah, mama jangan terlalu keras bicara dengan Viona, kasihan dia mah, biar bagaimana pun Viona masih istri Bara. Dia yang sudah menemani dan mengurus Bara selama tiga tahun ini..." ucap tuan Bobby.
"Kenapa papah jadi menyalahkan mama, kan papah lihat sendiri tadi Viona ngomong apa, dia yang ingin cerai dari Bara. Ya sudah, mama sih nggak rugi dia tidak jadi menantu kita lagi..." jawab nyonya Rika.
"Lagian tadi juga Bara bilang katanya dia sudah jenuh menjalin hubungan dengan Viona karena dia belum juga hamil. Jadi papah jangan menyalahkan mamah dong..." lanjut nyonya Rika.
"Maaf bu Rika..." ucap bu Rima tiba- tiba bersuara.
Nyonya Rika dan tuan Bobby pun menoleh ke arah bu Rika.
"Lalu bagaimana dengan rencana pernikahan Bara dan Karin..? Kira- kira kapan akan dilaksanakannya...? Mau di gedung atau di hotel...?" tanya bu Rima yang sudah tidak sabar melihat Karin menikah dengan Bara. Dia sama sekali tidak perduli dengan nasib Viona.
"Bu Rima ini gimana sih, mereka kan hanya akan menikah siri, jadi pernikahan akan dilaksanan di rumah saja secara sederhana dan hanya dihadiri keluarga...." jawab nyonya Rika.
Mendengar jawaban sang besan, bu Rima pun memanyunkan bibirnya. Ternyata apa yang dia bayangkan salah. Dia pikir nyonya Rika dan tuan Bobby akan menikahkan Bara dan Karin dengan pesta meriah seperti ketika mereka menikahkan Bara dan Viona beberapa tahun lalu. Tapi tenyata kali ini hanya akan ada pernikahan secara siri dan sederhana.
"Mereka harus secepatnya menikah. Bara.. kira- kira kapan kamu akan menikahi Karin...?'' tanya tuan Bobby.
"Bara serahkan sama papah aja, kapanpun Bara siap pah. Tapi bagaimana dengan Viona pah...? Bara nggak mau pisah sama dia..." jawab Bara dengan sedih.
"Sudahlah Bara, kamu tidak usah memikirkan Viona lagi. Tadi kan kamu sudah bilang kalau kamu sudah jenuh sama dia. Udah nggak usah dipikirkan lagi nggak penting juga kan. Kamu lebih baik fokus dengan pernikahan kanu sama Karin. Fikirkan calon anak kamu di dalam perut Karin...." sahut nyonya Rika.
"Mah, nggak bisa gitu dong, Bara khawatir sama Viona, dia pergi malam- malam begini dia mau ke mana...?" ucap Bara.
"Nak Bara ,kamu tidak perlu mengkhawatirkan Viona, paling- paling Viona pulang ke rumah ibu. Memangnya mau ke mana lagi dia...." ucap bu Rima.
Bara sedikit lega mendengar ucapan ibu mertuanya. Benar juga sih Viona tidak punya siapa- siapa lagi selain orang tuanya. Dia pasti akan pulang ke sana.
"Sudahlah Bara, jangan mikirin Viona terus, buat apa sih perempuan mandul kayak dia kamu pikirin terus. Dasar tidak sadar diri. Sudah tahu mandul tapi dia nggak mau di madu malah pilih cerai. Lihat saja dia bisa apa hidup tanpa kamu Bara..." sahut nyonya Rika.
"Selama ini dia hanya bisa menikmati hasil kerja kamu saja , dia selalu bergantung sama kamu, dan sekarang dia sok- sokan ingin menggugat cerai kamu, halah apa memangnya dia..? , mau tau mamah gimana kehidupan dia selanjutnya tanpa kamu paling juga mblangsak. Lagian mana ada laki- laki yang mau menikahi perempuan mandul seperti dia..." sambung nyonya Rika sambil tersenyum sinis.
Mereka berempat pun lalu membahas tentang pernikahan Bara dan Karin.
...----------------...
Sementara itu Viona lari keluar dari rumah keluarga Bara sambil menangis. Hatinya begitu hancur, dia sudah dikhianati oleh suami dan juga adik kandungnya sendiri. Bahkan dia langsung menyaksikan pengkhianatan tersebut dengan mata kepalanya sediri di kamar tempat di mana Viona dan Bara memadu kasih selama mereka menikah.
Mengapa Bara tega melakukan itu...? Apa dia tidak memikirkan bagaimana perasaan Viona. Bahkan sekarang Viona tidak sudi untuk kembali ke rumah itu lagi. Rumah yang menjadi saksi kebahagian Viona dan Bara selama hampir tiga tahun pernikahannya sekaligus saksi pengkhianatan yang dilakukan oleh suami dan adik kandungnya sendiri.
Viona merasa kesedihannya bertambah berkali- kali lipat ketika kedua orang tua dan mertuanya seolah- olah tidak perduli dengan kondisinya. Bahkan Ibu kandung nya sendiri dan mamah mertuanya malah menyalahkan Viona karena belum juga hamil sehingga membuat Bara menyelingkuhinya. Hati Viona hancur berkeping- keping. Dia merasa sendiri, tidak ada yang perduli dengannya.
Viona terus berlari keluar dari kawasan rumah tuan Bobby. Tiba- tiba dari arah belakang mobil Brian mengikutinya dan berhenti di depannya. Brian segera turun dan menghampiri Viona.
"Kak Viona..." seru Brain. Viona pun menghentikan langkahnya.
Viona menoleh ke sumber suara, melihat Brian, Viona langsung lari dan memeluknya. Dia menangis dalam pelukan Brian.
"Sudah kak, jangan menangis lagi, kakak harus kuat, sudah jangan nangis lagi ya..." ucap Brian sambil mengusap rambut Viona.
"Bagaimana aku nggak nangis Brian, aku sedih, hati aku sakit, aku sendiri sekarang, tidak ada yang perduli dengan perasaanku termasuk keluargaku sendiri hik..hik..." sahut Viona terus menangis.
"Ada aku kak, aku akan selalu ada untuk kakak, kakak jangan khawatir ya..." ucap Brian sambil melepaskan pelukannya kemudian menghapus air mata di kedua pipi Viona.
Iya, Brian sudah mendengar semua yang terjadi di rumah orang tuanya. Sepanjang percakapan yang terjadi beberapa waktu lalu Brian mendengarkannya di luar ruang tamu. Dia mendengar semua perkataan demi perkataan dari sang mama dan yang lainnya yang menurut Brian tidak adil bagi Viona.
Bahkan kedua orang tuanya sekalipun tidak menyalahkan Bara atas apa yang telah dia perbuat bersama Karin di belakang Viona. Mereka seolah mendukungnya bahkan mungkin merasa bangga karena Bara ternyata tidak mandul dan bisa menghamili Karin. Sedangkan Viona yang sudah menikah dengan Bara selama hampir tiga tahun menikah belum juga menandakan dia akan hamil.
Brain jelas tidak setuju dengan sikap kedua orang tuan sendiri, namun lagi- lagi dia tidak bisa berbuat apa- apa untuk Viona. Dalam hati Brian dia hanya bisa berjanji akan menghapus semua kesedihan Viona.
"Sudah kak, jangan nangis lagi. Kakak ikut aku, kak Viona belum makan kan..? Kita makan malam dulu ya..." ucap Brian sambil menatap wajah sendu Viona.
"Nggak Brian aku nggak mau makan , aku nggak lapar..." jawab Viona.
Tapi tiba- tiba perut Viona bunyi.
"Kryukk..kruyuk..."
Viona melihat ke arah perutnya sambil memegangnya.
"Kruyuk..kruyuk..." lagi - lagi perutnya bunyi.
Viona lalu menoleh ke arah Brian.
"Bunyi apa itu kak...?" tanya Brian sambil tersenyum meledek kemudian tertawa.
Viona memanyunkan bibirnya karena kesal diledek oleh Brian sekaligus merasa malu ternyata kata- kata yang keluar dari mulutnya tidak sesuai dengan kondisi perutnya yang lapar.
"Ayo kak kita cari restauran, kita makan malam dulu, cacing di dalam perut kakak itu tidak bisa berbohong. Dia merasa lapar karena dari tadi siang belum dikasih jatah makan...." ucap Brian sambil menuntun Viona untuk naik ke dalam mobilnya.
Viona pun hanya pasrah dan menuruti apa kata Brian. Setelah Viona duduk di jok mobil sebelah kemudi Brian lalu menutup pintu dan dia juga naik ke mobil duduk di jok belakang stir. Brian menoleh ke arah Viona yang sudah duduk dengan tenang di sana.
"Kak, lain kali jangan suka dzolim sama cacing- cacing peliharaan di dalam perut kakak. Kasihan mereka kak nanti jadi kurus..." ucap Brian sambil terkekeh.
Viona hanya memanyunkan bibirnya karena terus diledek Brian. Brian lalu mengacak rambut Viona karena gemas dengan sikap sang kakak ipar.Brian kemudian melajukan mobilnya menuju restauran.
Sampailah mereka di salah satu restauran mewah di Jakarta. Brian lalu memesan beberapa makanan dan minuman. Setelah menunggu beberapa lama, seorang pelayan mengantarkan makanan pesanan mereka.
"Ayo kak di makan..." ucap Brian.
Mereka berdua pun mulai makan makanannya. Tapi Viona tidak begitu berselera. Walaupun perutnya merasakan lapar tetapi lidahnya terasa pahit. Setiap kali dia menelan makanan saat itu juga dia teringat dengan adengan panas di ranjang kamarnya antara Bara dan Karin. Rasanya begitu menyesakkan dada hingga menghilangkan selera makannya.
"Kak, ayo makan lagi..." ucap Brian.
Viona hanya diam, dan langsung menghapus air matanya yang tiba- tiba menetes. Brian mengerti dengan kesedihan yang sedang Viona rasakan.
"Kak, aku tahu kakak lagi sedih karena masalah rumah tangga kakak. Tapi kakak harus kuat, nggak boleh lemah seperti ini.Kakak harus bisa buktikan kalau kakak itu bukan perempuan yang lemah sehingga kakak tidak akan terus - terusan di rendahkan oleh orang- orang di sekeliling kakak...." ucap Brian sambil menggenggam tangan Kanan Viona.
"Tapi memang kenyataannya aku lemah kok Brian, aku nggak bisa berbuat apa- apa. Aku nggak bisa ngapa- ngapain seperti orang- orang di luar sana. Selama ini aku hanya menggantungkan hidupku pada mas Bara. Aku nggak tahu kehidupan ke depanku mau seperti apa setelah aku pisah dengan mas Bara...." sahut Viona.
"Aku tidak mau kembali pada mas Bara, tapi di sisi lain aku juga takut menghadapi kehidupanku nanti tanpa mas Bara. Apa aku bisa menjalani hari- hari dengan baik- baik saja atau tidak. Aku takut Brian aku takut...hik..hik..." Viona kembali menangis.
"Kak... Kakak jangan bicara seperti itu, kakak itu kuat, kakak jangan khawatir, aku sudah bilang kan kalau aku akan selalu ada untuk kakak, percayalah padaku kak..." ucap Brian semakin erat menggenggam tangan Viona.
"Benarkah Brian , kau akan selalu ada untukku...?" tanya Viona.
"Iya kak, percayalah padaku...." jawab Brian.
Bersambung.
sukur-sukur kalau kamu hamil anak laki2 yg diinginkan mereka 😏😌
Wah kayaknya Viona hamil nih...