"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
"Jujur lah padaku, Sholeh.. Apa yang aku ucapkan barusan benar bukan? tidak usah beralasan, akui saja semua kebohongan mu!." tuan Maxim yang terus menyudutkan pak Sholeh agar mengakui kebohongannya.
Gania yang masih berdiri di belakang mobil berjalan ke arah rumah pak Sholeh.
"Apakah benar yang di katakan ayah? jika selama ini bapak menipu saya?." Gania yang berjalan mendekat ke arah mereka berdua.
Pak Sholeh serta tuan Maxim yang melihat kehadiran Gania di desa tersebut seketika terkejut.
"Gania." Pak Sholeh yang menatap ke arah Gania.
"Bagaimana kamu bisa sampai sini, Gania?." tanya tuan Maxim saat putrinya sudah berdiri di sampingnya.
Gania tidak menjawab pertanyaan dari ayahnya. Ia lebih fokus menatap ke arah pak Sholeh. "Bagaimana bisa anda melakukan ini kepada saya pak? bagaimana bisa anda setega ini dengan saya?."
"Tidak Gania. Apa yang di katakan oleh ayah mu itu hanya lah salah paham saja. Laki-laki yang menikahi mu memang Desta, percayalah."
"Dari awal saya sudah duga, jika ada yang berbeda dengan Desta yang menikah dengan saya. Karena benar-benar berbeda dengan Desta yang aku kenal. Dari segi perilaku, ucapan, sangat lah berbeda. Awalnya saya juga tidak percaya jika mas Desta berani berselingkuh dengan Vania, ternyata dia bukan lah Desta melainkan Heksa."
"Kamu harus bertanggung jawab atas perlakuan mu, Sholeh." sahut tuan Maxim.
"Bapak pantas menyusul Heksa anak kedua bapak itu di penjara?." ucap Gania.
"Tidak.. ini semua tidak benar.. aku tidak melakukan semua ini, aku tidak menyuruh mereka untuk melakukan ini. Ini semua ke inginan Desta dan Heksa sendiri."
"Apa nya yang tidak benar? semua nya sudah jelas bahwa kamu adalah dalang dari semua ini!
Pak Sholeh seketika berlutut di depan tuan Maxim dan juga Gania. "Maafkan aku Maxim, Gania. Maafkan aku, maaf jika melakukan ini kepada kalian." Pak Sholeh yang terus memohon kepada tuan Maxim dan juga Gania.
"Maaf? kamu kira dengan kata maaf kamu bisa mengembalikan semuanya, Sholeh? kamu tahu apa akibat yang kamu lakukan kepada ku? keluarga ku hancur! rumah tangga putriku hancur, kebahagian putri ku hancur, banyak orang mencaci kami dan membicarakan keluarga kami, itu karena ulah mu!." teriak tuan Maxim.
Tidak lama ibu Mira yang baru saja pulang dari pasar seketika terkejut saat melihat kehadiran tuan Maxim dan juga Gania di rumahnya.
"Pak.. bapak kenapa?." tanya ibu Mira sambil mendekat ke arah suaminya.
"Maafkan aku dan istriku Max, aku benar-benar minta maaf. Maaf jika membuat keluarga mu hancur dan berantakan, serta merenggut kebahagian putri mu."
Ibu Mira yang paham jika kebohongan nya dengan pak Sholeh terbongkar, seketika ikut berlutut di depan tuan Maxim dan juga Gania.
"Iya maafkan kami tuan, nona Gania. Kami tahu kami salah, tapi itu semua hanya khilaf, karena keluarga kami sudah terlalu lama hidup miskin. Hingga kami buta dan serakah, menjadikan anak kembar kami menjadi umpan untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah. Karena kami sudah terlalu capek hidup miskin."
"Tapi bukan begini caranya buk.. ibu tahu apa yang ibu lakukan? rumah tangga itu bukan lah main-main buk, seharusnya ibu tidak berbuat seperti ini hanya karena ibu membutuhkan uang, dan tidak ingin hidup miskin terus menerus. Anda tahu, saya terluka karena ulah kalian, saya hamil tanpa suami, karena ulah kalian!." Gania seketika menitihkan air matanya sambil menatap ke arah ibu Mira yang sedang berlutut di kakinya.
"Saya pikir ibu ini adalah sosok ibu dan wanita yang baik, tulus, jujur. Tapi ternyata saya salah, Justru ibu dan keluarga ibu adalah dalang dari semua ini. Pencipta masalah yang saya alami!." lanjut Gania yang begitu merasa sangat kecewa.
"Sudah Gania. Kamu sedang hamil, kontrol emosimu. Tidak baik marah-marah. Lagi pula tidak ada untungnya marah dengan orang yang tidak tahu diri seperti mereka." ucap tuan Maxim sambil menyentuh pundak putrinya.
Tuan Maxim dan Gania memutuskan untuk segera pulang.
"Aku memaafkan semua perbuatan mu, Sholeh. Tapi kamu harus tetap membayar semua kesalahan mu, kamu harus di hukum, agar kamu tidak mengulangi kesalahan itu lagi." ucap Tuan Maxim yang sudah berdiri di depan pintu mobil.
Kini tuan Maxim sudah masuk ke dalam mobil miliknya. Begitupun dengan Gania untuk meninggalkan kediaman pak Sholeh dan juga ibu Mira.
Di dalam mobil Gania masih tidak menyangka, ternyata selama ini dia tidak menikah dengan Desta, melainkan Heksa laki-laki yang selama ini tidak di kenal nya. Bahkan Gania tidak bisa menerima bahwa saat ini dia sedang mengandung anak Heksa bukan Desta laki-laki yang sangat ia cintai.
"Kenapa semua ini terjadi kepadaku? dan kenapa mas Desta membohongiku. Kenapa dia melakukan semua ini? kenapa? hik.. hik.." Gania seketika terus menitihkan air matanya, ia tidak menerima semua takdir yang ia alami saat ini.
Tuan Maxim yang masih fokus mengemudikan mobilnya sambil membuntuti Gania di belakang, menatap cemas ke arah Gania yang sedang berada di dalam mobil. Tuan Maxim melihat mobil yang di kendarai Gania begitu sangat kencang. Hingga tuan Maxim hampir ke tinggal jauh.
Tuan Maxim yang merasa cemas seketika meraih handphone di sakunya untuk segera menghubungi Gania. Tuan Maxim takut jika terjadi sesuatu dengan Gania.
"Tut.."
"Tut.."
"Tut.."
Telefon yang tersambung namun Gania tak kunjung mengangkatnya.
"Angkat Gania, angkat." ucap tuan Maxim yang terus khawatir, karena Gania membawa mobil seperti orang mabok.
Tuan Maxim mencoba sekali lagi untuk menghubungi Gania, namun lagi-lagi Gania tidak mengangkat telfon nya.
"Shit.. kenapa anak itu tidak menjawab telfon dari ayahnya. Apa dia tidak sadar kalau dia membawa mobil dengan bahaya."
Tuan Maxim semakin menambah laju kecepatan mobilnya untuk mendahului mobil Gania. Namun tuan Maxim tidak berhasil.
Saat Mobil sudah mulai keluar dari pedesaan, dan melewati perempatan jalan. Tiba-tiba mobil Gania kehilangan kontrol. Mobil terus melaju dengan kencang tanpa melihat dari arah kanan dan kiri. Hingga akhirnya dari arah kanan terdapat truk dengan kecepatan tinggi.
"Awas Gania!." teriak tuan Maxim dengan sangat kencang dari dalam mobil.
"Duarrrr!." benturan yang cukup keras antara truk dan juga mobil berwarna merah yang di kendarai oleh Gania.
"Gania..." teriak tuan Maxim lagi, sambil memberhentikan mobilnya di tepi jalan.