Kisah ini bermula ketika JAPRI (Jaka dan Supri) sedang mencari rumput untuk pakan ternak mereka di area hutan pinus. Sewaktu kedua bocah laki-laki itu sedang menyabit rumput, beberapa kali telinga Supri mendengar suara minta tolong, yang ternyata berasal dari arwah seorang perempuan yang jasadnya dikubur di hutan tersebut. Ketika jasad perempuan itu ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan karena hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.
Siapakah perempuan itu? Apa yang terjadi padanya? dan siapakah pembunuhnya?
Ikuti kisahnya di sini...
Ingat ya, cerita ini hanya fiktif belaka, mohon bijak dalam berkomentar... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 Keterangan Parman Yang Mengejutkan
"Supri menolak makan dan minum sedari pagi? Beneran, Pak? Kok Emak merasa aneh ya dengan bocah itu," tanya Bu Aminah setelah anaknya pergi mandi.
"Iyo Mak, beneran. Sejak Supri ditumpangi oleh si kakek pertapa, dia memang jadi sosok yang berbeda," terang Pak Bedjo apa adanya.
"Ditumpangi bagaimana Pak maksudnya? Dirasuki begitu? Memangnya kakek pertapa itu siapa, Pak?" cecar Bu Aminah karena cemas campur penasaran.
"Jadi waktu tersesat di hutan, Supri tidak sengaja jatuh ke sebuah gua yang ditinggali oleh seorang kakek pertapa yang katanya juga salah satu penguasa hutan. La terus si pertapa itu sengaja merasuki Supri karena ingin membantu menyelesaikan kasusnya Murni," jelas pria paruh baya tersebut.
"Menurut penerawangan si kakek pertapa, dukunnya ada beberapa Mak dan mereka punya ilmu hitam tingkat tinggi, makanya dia ingin membantu kita. Entah bagaimana caranya dan apa yang akan terjadi ke depannya, menurut firasat Bapak, Supri bakalan mengalami sesuatu yang besar, bisa jadi dia nanti akan perang dengan dukun-dukun itu," lanjut Pak Bedjo dengan perasaan was-was.
"Burhan membayar beberapa dukun, Pak? Edan tenan. Satu dukun saja bisa menghabiskan duit sampai ratusan juta, apalagi lebih dari satu, bisa sampai milyardan itu. Emak sampai gak habis pikir dengan si Burhan. Otaknya bener-bener gak waras. Ada saja masalah yang dibuatnya. Hidup kita jadi gak bisa tenang," rutuk wanita paruh baya tersebut.
"Kita harus lebih waspada dan lebih ketat memantau Supri, Mak. Jangan sampai Supri berbuat sesuatu yang berbahaya tanpa seijin kita kayak si Jaka dulu yang keluar rumah tengah malam tanpa sepengetahuan orang tuanya," Pak Bedjo mengingatkan istrinya.
"Iya Pak, Emak bakal memantau Supri lebih ketat lagi."
*
Sementara itu, di rumah Jaka, Pak Rahmat dan Bu Ida merasa sangat lega saat melihat anaknya pulang dalam keadaan sehat dan selamat.
"Bagaimana keadaanmu Le? Apakah Supri sudah diketemukan?" tanya Pak Rahmat tidak sabaran.
"Jaka baik-baik saja, Pak. Supri berhasil kita temukan dan sekarang sudah pulang dengan Bapaknya," jelas bocah laki-laki itu.
"Alhamdulilah...," kata Pak Rahmat dan istrinya serempak.
"Sekarang kamu mandi dulu Le, terus makan dan minum, habis itu kamu istirahat," perintah Bu Ida.
"Inggih, Mak."
Setelah berkata demikian, Jaka pun meninggalkan kedua orang tuanya lalu masuk ke kamar mandi.
"Emak gak ke rumahnya Dik Aminah untuk melihat keadaan Supri?" tanya Pak Rahmat.
"Besok saja lah Pak, kalau ke sana hari ini rasanya kurang pas, kan Dik Bedjo sama Supri baru saja pulang. Mereka butuh istirahat dan menenangkan diri," jawab wanita paruh baya itu.
"Bener juga. Mudah-mudahan untuk ke depannya tidak ada kejadian seperti ini lagi. Bapak rasanya sudah lelah bolak balik moncat mancit kesana kemari," ujar pria paruh baya tersebut penuh harap disertai dengan keluhan.
"Emak juga berharap seperti itu, Pak. Sejak Jaka dan Supri menemukan jasadnya Murni, hidup keluarga kita kok jadi tidak tenang," timpal Bu Ida.
"Kita berdoa saja Mak agar keluarga kita tetap dalam lindungan Tuhan dan kasusnya Murni cepat terselesaikan, jadi keluarga kita bisa hidup tenang kembali," lanjut Pak Rahmat.
"Iya, Pak."
*
Sejak diadakan doa malam bersama selama beberapa hari di kantor Polsek Suka Maju, keadaan tempat itu menjadi aman seperti sedia kala. Genderuwo yang dikirimkan untuk melakukan teror sudah ditarik kembali oleh pemiliknya.
Sementara itu, Parman dan Parjo yang sudah ditangkap polisi, si Parman dijebloskan ke tahanan sambil menunggu proses pengusutan perkara tuntas. Sedangkan untuk Parjo, karena mengalami luka kepala yang lumayan parah, pemuda itu harus dirawat di rumah sakit.
Di ruang interogasi Polres Suka Maju...
"Siapa yang menyuruh kalian menculik Supri?" tanya Pak Satria.
"Burhan, Pak," jawab Parman tanpa belat belit.
"Bagaimana caranya kalian membawa Supri keluar dari sekolahan?" lanjut polisi bagian kriminal itu.
"Kalau soal itu bukan bagian kami, Pak. Itu tugas dukun yang dibayar oleh Burhan," terang Parman.
"Tugasnya dukun bagaimana maksudnya?" selidik Pak Satria.
"Jadi bocah itu bisa keluar dari sekolahan karena dimantrai oleh dukun yang dibayar oleh Burhan, Pak," jelas Parman.
"Kamu tahu dimana Burhan dan Rusdi sembunyi?" lanjut polisi bagian kriminal tersebut.
"Yang saya tahu mereka sembunyi di tempatnya Mbah Jambrong, Pak. Mbah Jambrong itu salah satu dukun andalan yang dibayar oleh Burhan. Tapi saya tidak tahu tempatnya yang jelas itu dimana karena mereka tidak pernah menyebutkan nama tempatnya," sahut Parman apa adanya.
"Beneran kamu tidak tahu dimana Jambrong tinggal?" telisik Pak Satria.
"Beneran Pak, saya tidak tahu," jawab Parman.
"Kamu tadi bilang kalau Jambrong salah satu dukun andalan yang dibayar oleh Burhan, berarti dukun yang dibayar oleh Burhan lebih dari satu kan?" tambah polisi bagian kriminal itu.
"Inggih, Pak. Setahu saya dukun yang dimintai bantuan oleh Burhan ada 3. Mbah Jambrong; Toyo, adiknya Mbah Jambrong, dan satu lagi Kusno, muridnya Mbah Jambrong," terang si Parman.
"Jadi begitu. Pantesan Burhan sama Rusdi kita buru 2 bulan lebih belum ketangkep juga. Rupanya dukunnya ada 3. Jangan-jangan teror genderuwo di kantor Polsek juga ulah dukun suruhannya Burhan," rutuk Pak Satria.
"Mungkin saja, Pak. Kalau soal teror genderuwo itu saya tidak tahu menahu," timpal Parman.
"Kalian dibayar Burhan berapa untuk nyulik Supri?" polisi tersebut melanjutkan interogasinya.
"Kita baru nrima DP 5 juta, Pak," jujur Parman.
"La terus rumah yang kalian pakai untuk nyekap Supri itu miliknya siapa?" lanjut Pak Satria.
"Itu salah satu rumah milik Burhan, Pak," ujar Parman.
"Burhan sengaja beli rumah di tempat terpencil begitu? Sejak kapan Burhan punya rumah itu?" tambah polisi bagian kriminal tersebut.
"Setahu saya Burhan sengaja membangun rumah di tempat terpencil untuk tujuan ritual, Pak. Kalau soal lamanya Burhan punya rumah itu saya tidak tahu," jelas Parman.
"Ritual apa maksudnya? Burhan juga mendalami ilmu hitam begitu?" selidik Pak Satria.
"Setahu saya sejak dulu Burhan mendalami ilmu hitam sekaligus pesugihan, Pak. Burhan bisa kaya raya seperti sekarang ini kan karena pesugihan juga. Dengar-dengar tumbalnya pakai janin bayi. Tapi jelasnya bagaimana saya kurang tahu Pak, saya dengarnya juga dari orang lain."
Keterangan yang diberikan oleh Parman barusan sempat membuat Pak Satria kaget. Selama ini pihak kepolisian hanya menjadikan Burhan sebagai dalang kasusnya Murni, tapi hari ini bibir Parman malah memberitahu jika Burhan juga menumbalkan bayi untuk pesugihan.
Sepertinya PR polisi kali ini tambah rumit saja..., batin Pak Satria.