NovelToon NovelToon
Kala Cinta Menggoda

Kala Cinta Menggoda

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:12.1M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

Putri Kirana

Terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan menjadi tulang punggung keluarga, membuatnya menjadi sosok gadis yang mandiri dan dewasa. Tak ada waktu untuk cinta. Ia harus fokus membantu ibu. Ada tiga adiknya yang masih sekolah dan butuh perhatiannya.

"Put, aku gak bisa menunggumu tanpa kepastian." Satu persatu pria yang menyukainya menyerah karena Puput tidak jua membuka hati. Hingga hadirnya sosok pria yang perlahan merubah hari dan suasana hati. Kesal, benci, sebal, dan entah rasa apa lagi yang hinggap.

Rama Adyatama

Ia gamang untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan mengingat sikap tunangannya yang manja dan childish. Sangat jauh dari kriteria calon istri yang didambakannya. Menjadi mantap untuk mengakhiri hubungan usai bertemu gadis cuek yang membuat hati dan pikirannya terpaut. Dan ia akan berjuang untuk menyentuh hati gadis itu.

Kala Cinta Menggoda

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Menyingkap Masa Lalu (2)

Rama serta merta bangun dari duduknya karena terkejut bukan main. Wajah yang memerah penuh emosional serta tatapan nyalang mengarah pada Papi Krisna.

"Apa yang Papi lakukan?! Tega sekali khianatin Mami!" Nafas Rama naik turun dengan cepat karena menahan luapan emosi.

Krisna mengangkat tangannya. Memberi kode agar Rama duduk kembali. "Sabar dulu, nak. Kasih kesempatan Papi selesaikan ceritanya. Setelah itu, kamu boleh berkomentar apapun juga. Papi siap terima."

Rama terpaksa menurut. Duduk dengan mood yang berubah, berwajah datar dan gusar.

Flashback on

"Hei, kamu ngapain di dalam tenda saya!" Krisna mendorong tubuh Kartika sehingga membuat wanita itu terbangun. Ia mencari baju atau apapun yang bisa menutupi dadanya yang polos. Ada jaketnya teronggok di bawah kaki, segera dipakai. Sambil memeras otak mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan ia mengamati celana training tebal masih utuh melekat. Membuatnya yakin tidak melakukan dosa.

"Arghhhh...kenapa saya ada di sini?! Apa yang kamu lakukan?!" Kartika menjerit dengan wajah ketakutan. Ia memperhatikan pakaiannya yang utuh serta hijab yang masih melekat dengan tubuh gemetar dan berkaca-kaca.

Krisna yang juga masih diselimuti kebingungan menoleh ke arah pintu tenda yang dibuka dari luar. Nampak empat orang berdiri dan menatap dengan tatapan marah.

"Hei, kalian berani-beraninya berbuat mesum di kampung kami. Keluar!" Salah seorang membentak marah.

"Tunggu-tunggu! Bapak-bapak....ini tidak seperti yang kalian pikirkan. Ini fitnah. Bisa saya jelaskan." Krisna berusaha meredam kemarahan. Ia ingin mengklarifikasi.

"Mana ada maling teriak maling. Kalian harus ikut ke rumah Pak RT! Kalau tidak, kami akan seret." Bentak yang lainnya lagi dengan membawa tongkat.

Membuat Kartika semakin ketakutan dan menangis. Ia bahkan bersumpah tidak tahu apa yang sudah terjadi. Tahu-tahu sudah berada dalam tenda itu. Namun sama sekali tidak meredakan kemarahan warga dan memaksa untuk ikut ke rumah Pak RT.

"Tunggu! Dia teman saya. Mohon Bapak-Bapak jangan anarkis." Rio datang disaat Krisna dan Kartika sudah berada di luar tenda akan digelandang. Ia datang bersama Mang Ade, sopir Krisna.

"Rio! Kamu dari mana aja. Tolong bantu jelasin ke mereka. Saya sama sekali gak berbuat senonoh." Ada secercah asa saat temannya itu datang. Berharap bisa menolongnya. Di satu sisi, ada keheranan yang hinggap. Melihat camping ground yang kosong hanya tersisa satu tenda miliknya. Diliriknya jam tangan. Pukul 9 pagi.

Rio mengajak salah seorang berbicara empat mata, menjauh. Entah apa yang diperbincangkan. Krisna melihatnya seolah sedang debat adu argumen.

"Mang Ade, tolong jangan jauh-jauh dari saya. Saya gak tahu apa yang sudah terjadi. Hanya ingat semalam ikut api ungun dan minum wedang jahe. Lalu ngantuk berat gak bisa ditahan. Setelah itu lupa..." ujar Krisna berbisik terhadap sopirnya.

"Tenang, Pak Haji. Saya akan mendampingi Bapak terus. Semalam tuh saya mau ke tenda Bapak ngasih jagung bakar, beli di bawah. Tapi Pak Rio melarang. Malah nyuruh saya tidur di mobil jangan keluar lagi."

Membuat Krisna mengernyit. Merasa ada yang janggal. Kedatangan Rio bersama salah seorang yang menggerebeknya membuat Krisna urung bertanya lagi pada Mang Ade.

"Gimana, Rio? Mereka percaya kan?!" Krisna bertanya penuh harapan.

Rio menggeleng. "Kita harus ikut mereka ke rumah Pak RT. Mereka gak bisa diajak negosiasi," ujarnya dengan wajah menyesal.

"Ini Kartika, warga kampung saya. Dia janda anak satu." Pak RT yang menerima kedatangan para tamu langsung menatap tajam wanita yang terus-terusan menangis itu.

"Pak RT...demi Allah saya tidak berbuat maksiat. Saya ingat, semalam ada tamu yang ngetuk pintu. Pas saya buka pintu, saya dibekap dan gak ingat apa-apa lagi. Ini pasti ada yang fitnah. Tolong jangan percaya."

"Saya harus pulang, Pak RT. Anak saya pasti nangis...lapar ingin ASI." Kartika memohon dengan memelas dan air mata berderai.

Pak RT menghela nafas berat. "Saya sebenarnya ingin membela kamu, Tika. Karena kamu warga saya. Tapi bukti sangat kuat." Pak RT menyimpan setumpuk foto berjumlah 6 lembar di depan meja dimana Krisna dan Kartika duduk berdampingan. Entah dapat dari mana foto-foto itu.

Krisna lebih dulu mengambil. Melihat dengan seksama lembar demi lembar dengan wajah pias karena kaget. Beralih Kartika yang merebut dengan wajah penasaran.

"Astagfirullah...ini fitnah. Ini fitnah..." Kartika menggeleng dan menjerit histeris. Bagaimana tidak syok, dengan wajah terlelap damai ia nampak memeluk dada polos pria yang duduk di sampingnya. Ada pula fose Krisna yang tidur miring dengan melingkarkan tangan di perut Kartika yang tidur telentang. Sangat meyakinkan.

"Hukum adat di sini, siapa yang berbuat mesum, pelakunya harus diarak keliling kampung sampai ke bale desa."

"Saya memberi solusi terbaik daripada menanggung malu dan menjadi viral di media sosial. Daripada keluarga harus menanggung malu karena aib yang kalian buat. Kalian harus menikah saat ini juga."

Flashback off.

...***...

"Papi menikahinya?!" Rama yang larut dalam cerita Papi Krisna, menebak dengan yakin.

"Terpaksa, Rama....terpaksa." Papi mengusap wajah dengan kasar. "Rio juga meyakinkan Papi jika ini demi nama baik Papi dan keluarga. Agar urusan dengan warga langsung selesai hari itu juga. Hanya sementara, nanti bisa diceraikan lagi."

"Otak Papi benar-benar buntu. Harus ada keputusan saat itu juga."

"Papi minta sama Mang Ade, jadilah saksi hidup jika apa yang Papi lakukan adalah terpaksa. Mang Ade lah yang menguatkan Papi untuk sabar....ini ujian. Akhirnya Papi nikah siri dengan mahar uang 100ribu. Pak RT jadi wali hakim karena Kartika yatim piatu."

Flashback on

Krisna menginjakkan kaki di rumah Kartika setelah ijab kabul di depan ustad. Awalnya enggan, tapi Pak RT memaksa dan ada warg yang akan mengawasi. Takut lari dari tanggung jawab.

"Kris, saya harus pulang duluan. Istri udah nelepon terus. Tenang, rahasiamu aman sama saya." Krisna dengan berat menerima perpisahan dengan temannya itu.

"Mang..., Mamang harus tetap di dalam rumah temani saya. Di saat semua orang memfitnah saya, Mang Ade harus jadi saksi di depan istri saya kalau saya tidak akan pernah "menyentuh" wanita lain."

"Pak Kris jangan khawatir....Mamang akan siap membela." Sahut Mang Ade dengan lugas, yang kadang memanggil Pak Haji kadang Pak Kris. Ia menemani Krisna duduk di sofa karena Kartika masuk ke dalam kamar dengan tergesa. Ada seorang wanita paruh baya yang tadi membukakan pintu, menatap dengan heran tanpa bicara.

"Pak haji...apa bapak gak merasa aneh. Empat dari lima orang tadi ternyata bukan warga sini. Pak RT tidak mengenal mereka." Mang Ade memecah kebisuan di tengah sarapan berdua yang telat. Beruntung ada dua bungkus roti dan air mineral di dalam mobil. Krisna sama sekali tidak mau menyentuh minuman yang dihidangkan wanita paruh baya barusan. Trauma.

Krisna terkaget. "Mamang tahu dari mana?! Menatap sopirnya dengan menyipit.

"Saat tadi bubar, saya meminta nama-nama warga tadi sama Pak RT. Tapi bilangnya hanya 1 orang yang warga sini, lainnya tidak kenal. Mereka yang melapor dan menyerahkan foto-foto."

"Apa mungkin ini sebuah konspirasi?! Ada orang yang ingin menjatuhkan Pak Kris." Mang Ade menduga-duga.

Krisna tercenung. "Saya gak punya musuh. Nggak pernah juga mendholimi orang lain."

"Tapi yang iri mungkin ada." sahut Mang Ade.

Suara tangisan kencang balita terdengar dari dalam kamar. Krisna dan Mang Ade tidak melanjutkan perbincangan. Diam sambil berpikir. Tangisan balita makin lama makin kencang tanpa henti. Terdengar pula suara wanita yang menenangkan. Hampir satu jam masih juga tak berhenti bahkan terdengar makin serak.

"Mang, coba lihat kenapa nangis terus!" Krisna merasa terusik hati nurani mendengar tangisan anak balita itu.

Mang Ade sigap berdiri menuju kamar yang tak jauh dari ruang tamu sederhana itu. Mengetuk pintu.

"Maaf jika terganggu, anak saya demam tinggi. Maaf." Kartika keluar sambil mendekap balitanya dengan raut cemas dan pias.

Mang Ade meraba kening balita itu. "Astaga! Kenapa dibiarin. Harusnya dibawa ke dokter."

"Gak papa sudah saya kompres. Nanti juga tidur kalau sudah cape nangis."

Krisna berdiri dan melangkah mendekat. Percakapan Mang Ade dan wanita itu bisa didengar olehnya. Tiba-tiba tubuh balita itu kejang-kejang. Membuat Kartika panik dan menangis.

Krisna spontan mengambil alih balita itu. "Ambil sendok, cepat!" Ia menggendongnya dan membawa duduk di kursi dengan tangan menahan mulut bocah perempuan itu agar tetap terbuka.

Kartika menurut. Berlari ke dapur dan datang membawa sendok meski tidak faham tujuannya.

Krisna memasukkan sendok dengan posisi telungkup ke dalam mulut balita itu. Yang terjadi kemudian, sang balita menggigit dengan sekuat tenaga sendok itu.

"Kalau telat melakukan tindakan ini. Anakmu akan menggigit lidahnya sendiri. Bisa-bisa lidahnya putus." Dengan suara datar, Krisna menatap tajam Kartika. Menyayangkan kelalaian yang dilakukan ibunya balita itu.

"Ma-maaf...saya tidak tahu. Saya belum berpengalaman." Kartika dengan gemetar dan akan mengambil alih menggendong anaknya itu.

"Kamu siapin saja perlengkapan anak ini. Kita bawa ke rumah sakit atau klinik terdekat. Dia bisa mati kalau tidak cepat ditangani." Ketus Krisna. Selama ini sebagai suami siaga, ia berpengalaman mengurusi anak-anaknya saat sakit. Dan kejang karena demam tinggi seperti ini pernah dialami Cia waktu umur empat tahun.

Jadilah bertiga pergi menuju klinik. Karena jaraknya paling dekat 3 km. Krisna tetap mendekap balita itu karena Kartika tengah panik. Merasa tidak aman jika diserahkan pada ibunya. Jangan sampai sendok lepas dari gigitan.

"Siapa nama anak ini?!" Krisna tetap menatap lurus jalan desa yang dilaluinya.

"Namanya Dara."

Flashback off

...***...

Hai manusia 🎵🎵🎵

Hehe...sabar dulu ya. Kita ungkap dulu masa lalu Krisna biar semua terang benderang. Kira-kira mak emak masih nge gas gak ya 😀🏃‍♀️🏃‍♀️

Sok ah...biasakan absen dulu sebelum baca meski cuma bilang "hadir". Baru komen setelahnya...biar kolom haneuteun alias rame.... and biar aku hepi 😂😍

1
maria handayani
/Silent/
As Hen
mosus haahaaa
As Hen
mahal bener put 30rb
Mega Wati
wah... apakah akan jadi pertemuan pertama akbar sama ami...
Elsi 🌻
jangan permen dong Mi, kebagusan.. bilang aja "kendi".. 🤭
Mega Wati
Gak sabar pengen tau gimana pertemuan Ami sama Akbar... 😁😁
Elsi 🌻
ah, jadi kangen masa² pedekatenya Papa Rama..
Elsi 🌻
duh, aduh, banjirr.. gimana inii..
Elsi 🌻
kau cantik hari ini.. dan aku suka.. 🎶
Elsi 🌻
bomat dah daripada gegana.. yegak, pap?
who i am ?
woww sama kaya tanggal n bulan pernikahan akuu...
Elsi 🌻
duh, ngilerr.. 🤤
Elsi 🌻
iya, Mi.. temenan ama lumba².. /Joyful/
Elsi 🌻
serius baru ini denger ada org syukuran buat mobil baru.. biasanya mah syukuran rumah baru or pergi haji/umroh..
Elsi 🌻
Teh Nia, satu dari sedikit author di NT yg mau bersusah payah nyari referensi utk menceritakan latar tempat.. 💖🙌🏻 kebanyakan yg lain, monmaap, cuma asal jadi sehingga info yg dikasi ke pembaca banyak kelirunya..
karyaku: hi kk " transmigrasi menjadi istri mafia" jangan lupa mampir
total 1 replies
Elsi 🌻
tergantung Bunda Ratih ini mah, baik buruknya gimana.. jelek di mata orang blom tentu jelek di mata kita.. yg jelas korbannya disini adalah Panji dan adiknya, korban dari keegoisan para orangtua..
Elsi 🌻
lah.. kok jadi kepengen nyanyi Sembako Cinta ini.. /Joyful/
Elsi 🌻
expert banget dah papa buye emang.. jam terbang tinggi.. 😅
Elsi 🌻
Aul ama Panji aja deh.. lebih unyu² gimana gitu.. *netijen ngatur
Elsi 🌻
ayok yg mau lamaran bisa dicontek ini kata²nya.. 🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!