Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Aku kerja demi kamu
Keesokan harinya Viona bangun pagi seperti biasa. Dia melihat Bara masih terlelap di sampingnya. Wajahnya terlihat sangat capek. Viona jadi merasa bersalah karena tadi malam dia telah berdebat dengannya gara - gara Bara pulang larut malam. Harusnya Viona mengerti dengan pekerjaan sang suami. Iya, dia tahu Bara bekerja keras setiap hari juga demi dirinya.
Selama ini Bara yang menafkahi semua kebutuhan Viona. Berbagai fasilitas mewah di rumah ini bisa Viona nikmati setiap hari tanpa harus repot- repot ikut kerja ke kantor. Selama ini hidupnya terjamin menjadi nyonya Bara. Bukan hanya Viona saja yang Bara nafkahi, tapi orang tua Viona juga setiap bulan mendapat transferan uang dari Bara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena ayah Viona sudah pensiun. Dan uang pensiun itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka karena ibu Viona yang tidak bisa hidup sederhana.
Iya, sejak dulu ibu Rika memang selalu bergaya hidup mewah tanpa mau memandang berapa penghasilan sang suami. Dia lebih mengutamakan bergaya bersama teman sosialitanya dari pada memikirkan kebutuhan pokok. Makanya ketika Viona diperistri oleh Bara dia sangat senang dan sebagai syaratnya Bara harus menanggung kebutuhan hidup semua keluarga Viona.
Viona jadi merasa tidak enak hati pada Bara karena kejadian tadi malam. Viona menyalahkan Bara karena setiap hari pulang malam dan jarang mempunyai waktu bersamanya. Sebagai permintaan maaf pada sang suami, Viona pun ingin membuatkan makanan special untuk Bara pagi ini.
Dia bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu dia turun ke dapur untuk memasak makanan kesukaan Bara. Ketika Viona menuruni anak tangga dia melihat Karin yang sedang duduk di kursi meja makan sambil meminum air putih. Viona pun merasa heran tidak seperti biasanya Karin bagun pagi- pagi sekali. Viona lalu menghampiri Karin di meja makan.
"Karin, tumben kamu sudah bangun...?" tanya Viona.
"Iya nih kak haus..." jawab Karin.
"Lho kok kamu kelihatan pucat sekali ? Apa kamu sakit Karin...?" tanya Viona.
"Ah nggak kok kak, cuma agak pusing dikit aja mungkin karena tadi malam kecapekan..." jawab Karin.
"Kamu sudah minum obat belum..?" tanya Viona.
"Belum kak...." jawab Karin.
"Atau kita ke dokter saja yuk, kakak takut kamu sakit, nanti kakak yang disalahkan karena nggak bisa jagain kamu dengan baik..." ucap Viona sambil menempelkan punggung tangannya ke dahi Karin.
"Nggak usah lah kak, cuma pusing dikit aja nanti juga sembuh..." jawab Karin.
"Tadi malam kamu pulang larut malam sama kak Bara ya.." tanya Viona.
"I..iya kak..." jawab Karin.
"Maaf ya, kamu jadi kecapekan gara- gara kak Bara..." ucap Viona mengusap punggung Karin.
"Ehm...nggak papa kok kak..." jawab Karin tiba- tiba menjadi canggung.
"Memangnya pekerjaan di kantor banyak banget ya Karin ...? Sampai mas Bara dan kamu tiap hari pulang larut terus...? " tanya Viona.
"I..iya kak, akhir- akhir ini kerjaan di kantor memang lagi banyak banget..." jawab Karin.
"Iya, kasihan mas Bara tiap pulang kantor pasti selalu kecapekan ..." ucap Viona.Karin hanya mengangguk saja.
"Kamu juga harus jaga kesehatan ya, kalau udah merasa nggak enak badan langsung minum obat saja..." sambung Viona.
"Iya kak..." jawab Karin.
"Kakak mau masak, kamu istrirahat saja lagi di kamar, ini masih pagi banget, nanti kakak bangunin kamu..." ucap Viona.
"Iya kak...'' jawab Karin lalu masuk ke kamarnya.
Viona lalu masuk ke dapur untuk memasak makanan kesukaan Bara dengan dibantu oleh bi Yuni.
****
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Viona pun membangunkan Karin untuk mandi dan bersiap- siap untuk berangkat kerja. Karin pun segera pergi ke kamar mandi.
Sementara Viona menyiapkan makanan di meja makan. Bara yang sudah rapi dengan pakaian kantor pun keluar dari kamarnya lalu menuruni anak tangga.Viona yang melihat sang suami pun menghampirinya.
"Mas, ayo sarapan , aku tadi masak makanan kesukaan kamu lho..." ucap Viona sambil menggandeng lengan Bara, sementara Bara hanya cuek saja tanpa menyahut ucapan Viona.
"Mas, maafin sikap aku tadi malam ya..." ucap Viona sambil menatap wajah Bara.
"Ya ,aku tahu aku salah, selama ini mas Bara sudah kerja keras buat menafkahi aku, tapi aku malah marah hanya karena mas Bara sering telat pulang dan tidak mempunyai banyak waktu untukku. Maafin aku ya mas..." sambung Viona.
Bara lalu menoleh ke arah Viona.
"Iya, tapi kamu jangan begitu lagi ya, kamu harus ngertiin aku dong sayang. Aku tuh benar- benar lagi sibuk ngurusin kerjaan..." jawab Bara.
"Makasih ya mas, kamu sudah ngertiin aku..." ucap Viona, lalu Bara membelai rambut panjang Viona.
"Ayo mas sarapan dulu..." ucap Viona.
"Iya... Karin mana...?"tanya Bara.
"Oya Karin masih di kamarnya, sebentar ya aku panggilkan dia dulu..." sahut Viona lalu bergegas berjalan menuju ke kamar Karin.
"Karin, kakak boleh masuk..." tanya Viona sambil mengetuk pintu kamar Karin.
"Masuk saja kak..." jawab Karin dari dalam.
Viona pun lalu membuka pintu kamar Viona.
"Kalau kamu kangen ya udah pulang aja ke sini. Udah ah, aku mau berangkat kerja..." terdengar Karin sedang bicara lewat telpon kemudian mematikan sambungan telponnya secara sepihak.
Viona lalu menghampiri Karin yang sedang duduk di kursi meja rias.
"Karin kamu habis telponan sama siapa...?" tanya Viona.
"Sama Robby kak..." jawab Karin sambil menyisir rambutnya.
"Oh pantesan pake kangen- kangenan segala..." sahut Viona.
"Robby itu nyebelin tahu nggak kak..." ucap Karin lalu memoleskan lipstik di bibirnya.
"Ngeselin gimana...?" tanya Viona.
"Iya ngeselin, ngomongnya kangen- kangen terus tapi nggak pulang- pulang..." jawab Karin.
"Ya itulah resiko punya pacar yang kerja di pelayaran, jarang ketemu..." ucap Viona.
"Iya, makanya aku ingin Robby pindah aja kerjanya di Jakarta aja, tapi dia nggak mau..." sahut Karin.
"Sayang kali Karin, mungkin di sana gajinya gede, kalau pindah tempat kerja kan belum tentu gajinya sebesar itu..." ucap Viona.
"Iya sih..." sahut Karin.
"Nggak papa yang penting kalian bisa saling menjaga kesetiaan masing- masing. Kakak percaya Robby itu orangnya setia. Kamu juga di sini jangan macam- macam. Jangan sampai kamu tergoda sama cowok lain. Kasihan Robby..." ucap Viona sambil mengusap pundak Karin.
"I..iya kak..." jawab Karin.
"Ayo kita sarapan, mas Bara sudah nunggu kita di meja makan..." ucap Viona.
"Iya kak..." jawab Karin lalu bangun dari duduknya mengikuti Viona.
Viona dan Karin pun keluar dari kamar menuju meja makan lalu sarapan bersama dengan Bara. Sedang asik menikmati sarapan tiba- tiba ponsel Karin berdering. Karin mengambil ponselnya dari dalam tas.
"Kak, ibu telpon..." ucap Karin.
"Angkat saja Karin takutnya ada hal penting yang mau ibu sampaikan..." jawab Viona.
"Iya kak..." jawab Karin lalu mengangkat sambungan telponnya.
"Hallo bu..." ucap Karin.
"Apa... ? Tapi Karin sibuk bu, lagi banyak pekerjaan di kantor. Ya udah deh nanti Karin bicara sama kak Viona dulu. Nanti Karin hubungi ibu lagi ya...." ucap Karin. Sambungan telpon pun berakhir.
"Ada apa Karin...?" tanya Viona.
"Kata ibu sakit nenek semakin parah kak, nenek ingin semua cucu- cucunya kumpul.Nenek merasa umurnya sudah tidak lama lagi. Kita di minta ke menemui nenek tapi Karin nggak bisa, di kantor lagi banyak kerjaan, kasihan kak Bara nanti nggak ada yang bantuin..." ucap Karin sambil melihat ke arah Bara.
Viona lalu melihat ke arah Bara.
"Mas, gimana kalau Aku aja yang menemui nenek...? Apa mas Bara mengijinkan kalau aku pergi ke sana..." tanya Viona.
Bara menatap Viona sekilas kemudian beralih menatap Karin. Karin yang ditatap oleh Bara pun sekilas menganggukkan kepalanya.
"Ya udah kamu ke sana saja temui nenek..." jawab Bara.
"Nanti aku pesankan tiket pesawatnya..." sambung Bara.
"Iya mas... " jawab Viona.
"Kak, nanti bilang ke nenek ya kalau Karin nggak bisa menemuinya karena sedang sibuk kerja..." ucap Karin
"Iya Karin, pasti nanti nenek bakalan ngerti kok..." jawab Viona.
Bara lalu mengambil ponselnya kemudian memesan tiket pesawat secara on line.
"Aku sudah pesan tiketnya, penerbangannya jam sebelas siang. Nanti pak Jaja yang mengantar kamu ke Bandara ya..." ucap Bara pada Viona.
"Iya mas..." jawab Viona.
"Maaf ya , aku nggak bisa antar kamu ke Bandara. Aku dan Karin harus ke kantor. Ada rapat penting nanti jam sepuluh..." ucap Bara sambil membelai rambut Viona.
"Iya mas nggak papa kok aku ngerti. Nanti selesai sarapan aku langsung siap- siap..." jawab Viona sambil tersenyum.
Mereka bertiga pun akhirnya selesai sarapan. Bara dan Karin langsung berpamitan pergi ke kantor, sementara Viona masuk ke kamarnya menyiapkan baju dan barang- barang yang akan dia bawa ke kota Malang, dan memasukkannya ke dalam koper miliknya.
Pukul setengah sepuluh Viona sudah siap untuk berangkat ke Bandara diantar oleh pak Jaja. Viona berjalan menuruni anak tangga sambil menenteng kopernya.
"Bu Viona, sini biar bibi saya yang bawakan kopernya...." ucap bi Yuni menghampiri sang majikan. Viona pun menyerahkan kopernya untuk dibawa olehnya.
"Pak Jaja sudah siap bi...?" tanya Viona.
"Sudah bu Viona, pak Jaja sedang menunggu ibu di halaman..." jawab bi Yuni.
"Bi, saya titip rumah dan juga tolong urusi semua keperluan mas Bara dan Karin selama saya pergi ya. Seperti biasa bibi buatkan sarapan dan makan malam..." ucap Viona sambil berjalan ke arah pintu.
"Baik bu Viona..." jawab bi Yuni dengan ramah.
Bi Yuni membuka pintu ruang tamu, dan mereka pun dikagetkan oleh Brian yang sedang berdiri membelakangi pintu.
"Bri..Brian..." ucap Viona kaget.
Brian pun membalikkan tubuhnya menghadap Viona.
"Ngapain kamu di sini...?" tanya Viona.
"Mau anter kak Viona ke Bandara. Kata kak Bara kak Viona akan berangkat ke kota Malang.." jawab Brian datar.
"Ti..tidak perlu Brian, aku mau diantar sama pak Jaja..." ucap Viona.
Bara lalu mengambil koper dari tangan bi Yuni.
"Ayo kita berangkat kak..." ucap Brian sambil berjalan menuju mobilnya.
"Ta..tapi Brian..." ucap Viona.
"Sudah bu Viona, ke bandaranya sama mas Brian saja. Mungkin mas Brian kasihan sama bu Viona karena tidak diantar oleh pak Bara. Jadi dia yang menggantikan pak Bara mengantar bu Viona..." ucap bi Yuni.
"Ya udah deh bi, aku berangkat ya..." ucap Viona pada bi Yuni.
"Hati- hati ya bu..." sahut bi Yuni.
"Iya bi..." jawab Viona lalu berjalan mengikuti Brian menuju mobil.
****
Viona dan Brian sudah berada di perjalanan menuju bandara. Mereka saling diam sibuk dengan pikiran masing- masih.
"Bri...Brian..." ucap Viona.
"Ada apa ...?" sahut Brian dengan datar.
"Kenapa kamu mau mengantarkan aku ke Bandara...?" tanya Viona.
"Karena kak Viona tidak ada yang anterin..." jawab Brian.
"Ada kok pak Jaja..." sahut Viona.
"Pak Jaja hanya mengantar kakak sampai luar bandara..." jawab Brian.
"Harusnya kak Bara yang antar kakak..." sambung Bara.
"Kakakmu nggak bisa antar karena sedang ada rapat di kantor. Brian, kamu kan satu kantor dengan kak Bara. Harusnya kamu bisa bantuin kakakmu itu menyelesaikan pekerjaannya dong, biar dia tidak lembur terus tiap malam. Kasihan dia, tiap pulang kerja selalu mengeluh capek..." ucap Viona.
Brian tersenyum sinis mendengar ucapan kakak iparnya.
"Kakak percaya kalau setiap hari kak Bara lembur karena pekerjaan di kantor...?" tanya Brian.
"Maksud kamu apa sih nanya kayak gitu, kakak kamu sendiri yang ngomong kalau akhir- akhir ini kerjaan di kantor banyak terus..." sahut Viona.
"Ya bisa saja kan itu cuma alasan kak Bara saja...." jawab Brian.
"Cuma alasan gimana maksudmu...? Jelas- jelas tiap hari kakakmu lembur . Aku juga sudah bertanya pada Karin, katanya kerjaan di kantor lagi banyak banget makanya dia tidak bisa ikut ke Malang..." ucap Viona.
"Memangnya kak Viona melihat secara langsung kalau di kantor lagi banyak pekerjaan..?" tanya Brian.
"Aku memang nggak tahu soal pekerjaan kantor Brian. Aku nggak tahu apa- apa soal pekerjaan kantor..." ucap Viona yang tiba- tiba kesal pada Brian.
Brian hanya melirik sekilas pada Viona lalu kembali fokus ke jalanan. Tak lama kemudian mereka pun sampai di Bandara. Brian mengantar Viona hingga ke dalam.
Bersambung...