" Di sela sela cintaku yang ber api-api,
aku menangis dalam sunyi
melangitkan doa pada ilahi robbi
agar dia yang ku damba bisa menyambut rasaku
dengan segenap jiwa raganya" _ja'far shodiq_
lelaki yang tiba2 mencintai janda dari mendiang adik nya sendiri.
"aku mencintainya, bukan karena dia siapa, tapi ini tentang apa yang aku rasakan saat bersama nya " Alunaisynanda.
bagaimana kisah perjuangan kedua nya untuk hidup bersama???
yuuuk simak kisah nya disini...!
semoga suka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adella mustaqim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
POV REYHAN
Sore ini terasa begitu panjang, dengan kegiatan padat yang harus diselesaikan, hiruk pukul ibu kota membuat tubuh yang sdh lelah bekerja ingin segera kembali ke rumah hunian ternyaman nya. mungkin betul kata pepatah " BAITII JANNATII " rumahku adalah surgaku, dimana disana kita bisa temukan orang2 terkasih yang menanti kedatangan kita,yang menjadi penghibur dikala lelah,seperti saat ini saja, ketika aku sampai di rumah sudah ada perempuan cantik yang menyambut ku dg membawa balita dalam gendongan nya, aku tersenyum melihat keberadaan mereka, setiap waktu pulang dua orang itu selalu menyambut ku penuh semangat, dialah naimah istriku dan ahnaf putra ku,ku bawa langkah ku kearah mereka yang langsung di salimi oleh naimah,aku pun membalas nya dg kecupan singkat di kening nya.
ya, naimah adalah wanita dg cinta tulus nya yang mau menerima ku apa adanya, memaksa berdiri di sampingku untuk selamanya meski terang2 an dia tau jika hatiku masih tak mudah tersentuh, hingga aku putuskan untuk menerima nya, ketika aku menatap sebuah kesamaan yang ALLAH qias kan pada naimah, aku melihat naimah sebagaimana aku mencintai aluna ku saat itu, aku merasa tertampar keadaan yang seolah menyadarkan ku jika seperti itulah aku mengingin kan aluna ku saat itu, hingga aku menyadari jika puncak tertinggi dlm mencinta adalah ketika kita mampu mengikhlaskan kebahagiaan orang yang kita cintai meski itu tdk bersamaku, saat itulah aku mencoba membuka hatiku untuk wanita yang sdh menjadi istriku ini, dia selalu berusaha menjadi penghibur setiap waktu, bukan kah begitu malang nya jika dia harus merasakan kesakitan yang pernah ku alami.
kami melangkah masuk dg ahnaf yg sdh beralih dalam gendongan ku, naimah selalu berusaha melayani ku sebaik mungkin, "mas mau makan dulu apa mandi dulu??? " tawar nya ketika kami sdh berada di ruang keluarga, " aku mandi aja dulu ya, setelah mandi aku lgsg ke meja makan! " " iya mas, sambil imah panasin masakan nya,! "
"jagoan nya papa, sama mama dulu ya, papa mau mandi dulu udah bau acem ini! " celoteh ku sambil menciumi pipi gembul putra ku yang terdengar berceloteh di pangkuan ku, dia seakan tak mau aku serahkan pada mama nya, dia mencengkram krah bajuku,setalah naimah mengambil alih ahnaf aku langsung menuju kamar kami, aku lgsg saja menuju kamar mandi untuk bebersih, tak butuh waktu lama aku selesai dg semua nya, aku keluar dg mengenakan celana joger pendek dan kaos rumahan ku, terdengar naimah sdh berceloteh menemani ahnaf di ruang tengah, dia berada di karpet bulu yang di gelar didepan TV yg sdh penuh dg mainan, aku mendekati mereka sejenak, "Sus, bisa minta tolong jagain ahnaf sebentar! " naimah mencoba memanggil suster yang biasa mengurus ahnaf yang kebetulan baru dari dapur untuk makan, " iya nya, tinggal kan saja, biar saya yang jagain, " naimah langsung beranjak stelah suster mengambil alih tugas nya, kini dia bergelayut manja di lengan ku dan menggiring ku menuju meja makan, dia melayani ku sebegitu rupa hingga aku tk memiliki celah untuk mengeluh apapun tentang nya, oh andai saja cintaku ada padanya, mungkin rumah ini akan terasa seperti surga yang sesungguhnya, tapi bukan tdk mungkin suatu saat akan terjadi hanya saja saat ini masih blm maximal, aku mulai makan dg tenang," bagaimana masakan ah kali ini mas??? " tanya nya antusias, terkadang aku ingin berpura2 padanya, agar tak kecewa, tapi bukanlah lebih menyakitkan jika kita membohongi nya, "sudah lebih baik, hanya butuh belajar sedikit lagi " wanita itu tersenyum, "imah akan terus belajar mas, sampai masakan imah bener2 pas di lidah mas, " istrinya ini tak pernah menampak kan kekecewaan nya, reyhan tahu seperti apa usahanya selama ini untuk bisa memasak, tidak lah mudah untuk bisa terjun ke dapur terlebih dia berasal dari keluarga yang biasa di layani, hanya saja dia kekeh ingin bisa memasak sendiri, " gak perlu di paksain, ini aja juga udah enak, jadilah diri sendiri naimah, aku lebih menyukai itu" wanita itu selalu menguatkan diri di hadapan ku, "ya, terimakasih" ucap nya sambil melanjutkan makan, setelah acara makan selesai kami kembali ke ruang tengah dan menyuruh suster ahnaf kembali, aku mengistirahatkan suster itu setelah pukul 6 sore, karna aku ingin naimah mengambil alih peran nya tanpa bantuan suster setelah itu, aku hanya tdk ingin dia lengah dr tanggung jawab nya, kami selalu sempatkan berkumpul setelah makan malam. naimah bercerita banyak hal, berdongeng dan bernyanti untuk ahnaf, dia terlihat aktif dan tak sedikitpun terlihat manja meski dia berasal dri keluarga yg memiliki bisnis yang menggurita di mana2,
"mas itu tlfn nya bunyi terus, apa gk di coba angkat aja dulu?? " " paling juga anak2 ngajak nongkrong, males banget,udah biarin aja" naimah pun mengiyakan, tentu dia jg gk akan rela jika harus di tinggal kan suaminya nongkrong unfaedah, " tapi mas, tlpn nya gk berhenti2 tuh dari td, naimah ambilin ya" aku diam saja menemani ahnaf bermain, itu tandanya naimah diperbolehkan, naimah pun beranjak mengambil gawai di kamar ku, tak lama dia terlihat tetgesa2 membawa barang itu, " ayah mas yang tlfn dari tadi, takut nya ada yg penting, " naimah memberikan barang itu, "hallo, assalamu'alaikum" ucap ku, suara ayah mulai terdengar dari benda pipih ini, "astaghfirullahaladzim, sejak kapan yah??? kenapa baru tlpn??? ya, sdh rey kesana skrg?! "aku menutup tlpn itu, " ada apa mas??? " tanya naimah cepat, "ibu di bawa kerumah sakit krn drop, bahkan tadi sempat pingsan katanya" tetangku dambil beranjak berdiri, " ya ALLAH, memang nya ibu kenapa mas?? " "dari kmrn memang sdh kurang sehat, kelelahan juga kayak nya, aku kerumah sakit dulu ! " " imah ikut mas! " "no, saat ini waktu kamu punya ahnaf, kamu bisa datang besok, lagian ibu jg blm di pindahin ke ruang perawatan inap" aku mulai melangkah kekamar untuk mengambil dompet dn kunci mobil, setelah itu tujuan ku lgsung ingin berangkat kerumah sakit, naimah membuntuti ku. "aku berangkat dulu kerumah sakit, nanti tidur saja lebih dulu, jangan menungguku" wnita ini mengangguk sambil tersenyum, "hati2 di jalan?! " doa kembali mencium telapak tangan ku, bukan kah tdk adil jika dia tk mndapat kan ombalan, aku pun mencium kening nya kemudian mulai bergerak pergi, sepanjang jalan pikiran ku tak tenang, aku takut terjadi hal buruk pada wanita yg telah melahirkan ku itu, kucoba panjatkan beberapa doa untuk sekedar menenangkan hati, tapi entah mengapa sua terasa sia2, hatiku ttp tak tenang, bahkan perjalanan kerumah sakit terasa begitu lambat, akhir nya aku sampai di rumah sakit bertepatan dg adzan yang berkumandang, aku langsung saja menuju resepsionis, menanyakan keberadaan ibuku, setelah mendengar penjelasan dari petugas disana aku putuskan untuk sholat di masjid dulu, karna aku sdh pastikan jika ibu tdk di ICU, ku bawa langkah ku menuju masjid, setelah ber wudluk aku berbaur dg orang2 yang juga ingin berjemaah, kami pun melaksanakan sholat berjamaah, setelah salam aku lgsg betanjak tanpa ikut membaca dzikir2 yg biasa do baca bersama, ketika aku keluar aku tak sengaja menangkap interaksi sosok yg sangat dia kenal, luna dan abang nya, mereka terlihat saling ter senyum dan saling menaut kan jemarinya, aku tersenyum simpul, semoga kali ini aku tdk salah menyerahkan wanita itu pada orang yang salah.
di IGD,
" ini sebenarnya nungguin apalagi yah yang mau mindahin ibu ke kamar ? " tanyaku setelah beberapa menit sampai di sana, "nunggu cairan infus yang ini habis sekalian mau diganti kata susternya, sama nungguin hasil lab nya karna dokter ingin membaca kan hasil nya, kalau gk saat ini kata dokternya ya besok baru bisa ketemu lagi, lagian kenapa lama banget ya abi ke lab nya...? " " mungkin sekalian sholat yah ayah yang sabar, orang sabar disayang Tuhan yah" ayah berdecak kesal mendengar ucapan ku, aku tersenyum smirk, dia memang tipikal anti bercanda, sama persis dengan alm saudara kembar durhaka yang tk pernah mau mengakuinya, "coba kamu susul rey ke lab, bilang sama abi suruh cepetan udah di tungguin dokter nya gitu! " aku hanya menghembuskan nafas berat mau tak mau harus ttp mau mengikuti titah sang ayah, "rey coba pergi dulu ke lab, buat nyusul abi, assalamu'alaikum! " "waalaikumsalam" jawab ayah,
aku mulai menelusuri lorong2 rumah sakit yang lumayan sepi, sdh tdk seramai siang hari, mungkin ada di bagian poli2 tertentu yg masih ramai, tak terasa aku sampai di lab, "permisi, apa hasil lab pasien atas nama ibu hasnah sudah diambil? " tanyaku pada salah satu petugas disana, "dengan Bpk siapa? " "saya reyhan putranya! " jawab ky mantap. "mohon maap Bpk, tdi yang menyerahkan sampel darah nya atas nama Bpk abi ja'far, jadi hasil lab nya hanya bs di ambil pemilik nama tadi" "kenapa sekarang harus begitu??? " tentu aku mulai tk Terima. " mohon maaf Pak, ini kebijakan baru dr rumah sakit, untuk menjaga privasi para pasien! " "baiklah, terimakasih kalau begitu," aku mulai kembali melangkah dg hati dongkol, ditambah aku tk menemukan batang hidung orang yg ditugaskan ke lab,aku hendak kembali sambil kucoba untuk menghubungi abi, baru ingin mencari kontak nya aku mendengar seseorang berlarian sambil tertawa cekikikan aku pun tertarik dan mulai melangkah untuk mengetahui ada apa di ujung lorong sana, aku mematung melihat adegan di depan sana, dia melihat sebuah keindahan yang pernah ia dambakan 10 tahun lalu, senyuman itu telah lama hilang, dulu hanya dihadapan dirinyalah senyum itu bisa tercipta, tapi kini ada orang lain yang menjadi penyebab nya, bahkan ada orang lain yang telah merengkuh nya, mata ku mulai perih, tapi kali ini dadaku tak terasa sakit, dadaku tetap tenang tanpa gemuruh, bahkan ketika mataku menjadi saksi bagaimana perempuan dan lelaku disana saling berciuman, bahkan sang wanita dg berani mengalungkan tangan nya di leher lelakinya, entah, jika dulu iya akan menggila hanya sekedar melihat tangan halus itu di genggam orang lain, tapi kini seakan ada kelegaan tersendiri melihat sinar cinta diantara keduanya, aku tersenyum disela2 tangisku, entah kenapa aku lbh mudah menitikan air mata tntg sesuatu yg berhubungan dg wanita itu " aku berhasil aluna, aku berhasil melepas hatiku dari pesonamu, setidak nya kini aku bisa tenang melepaskan mu pada orang yang tepat" lirih ku, cepat2 aku hapus sisa2 air mata ku, aku harus kembali pada mode tengil ku,
"astaghfirullahaladzim" teriak ku lantang, dan benar saja kedua pasangan itu langsung melepaskan pagutan nya, aku lihat aluna mulai menyembunyikan tubuh nya, aku yakin dia tk akan punya muka meski sekedar menghadap ku, ku dekati mereka berdua "astaghfirullahaladzim sejak kapan abi main sosor begini,??di tempat umum juga... " abi terlihat frustasi kena kedatanganku, bahkan dia terlihat enggan menatap ku, sedang luna, dia terlihat mempererat cengkraman nya pada dada suaminya,
"ngapain sih rey pakek kesini segala??? " oh Tuhan pertanyaan macam apa itu??? sepertinya abi juga sudah mulai jatuh dlm pesona aluna nya hingga dia bisa bertingkah seperti itu, "eh, untung juga yang mergokin rey, coba kalau orang lain??? bisa panjang urusan nya??? " abi terlihat mulai gusar, mungkin dia mulai menyadari kegilaan nya, "terus kamu ada apa sampai nyusul kesini??? ada sesuatu yang terjadi sama ibu??? " "rey itu disuruh nyusul buat hasil lab nya segera dibawa kesana, ibu sdh mau pindah kamar tadi, udah ayo buruan... udah ditungguin dokternya" terlihat abi menghembuskan nafas nya kadar, aku yakin jika aluna tidak mau dilepas kan, aku yakin pasti wajah nya kini sdh seperti tomat matang, "kamu duluan aja ya, istri abi gak bisa kalau masih ada kamu! " oh tuhan, abang nya sdh benar2 bucin akut rupanya, apa juga dia bilang?? istri abang?? sungguh menggelikan seorang ja'far shodiq yang begitu karismatik terlihat begitu meratukan istrinya, kini kekuatan cinta telah mengalahkan egonya, jika dulu abang nya itu sama sekali tak mempercayai bulan nya tentang cinta, tapi jangan tanyakan saat ini, pasti sudah beda jawaban nya, " nasib, nasib, klau sudah ketemu orang yg lagi kasmaran, dunia terasa milik berdua, Reyhan mah ngontrak, " langsung saja aku putar arah meninggalkan mereka, aku mengerti mereka butuh sedikit waktu menghilangkan ke canggungan nya, apalagi dg aluna, wanita itu pasti akan sulit jika harus bertemu dg ku, selama ini aku sengaja selalu berkata ketus pada nya, aku seolah2 membangun dinding kebencian diantara hatiku, aku tk ingin dia mengasihani ku,tntg kejadian dulu itu pilihannya dan aku harus hargai itu, dan tentang sakit ku, itu deritaku karna begitu dalam mencintai nya, tapi kali ini tdk lagi, ada kelegaan tersendiri yang aku rasakan, aku percaya dia akan bahagia bersama abang ku, abi adalah orang yang tepat dan yang mungkin di inginkan luna sedari dulu, seperti yang sering dia katakan dulu;
"jadilah orang baik kak rey,
karna orang baik hanya akan diperuntuk kan orang yang baik pula"
"berbahagialah aluna, mari saling bertemu di versi terbaik kita suatu saat nanti,dg saling merelakan"
kasian banget.. orang setulus itu dibohongi dipaksa nikah dg kakak iparnya