Hati siapa yang tidak tersakiti bila mengetahui dirinya bukan anak kandung orang tua yang membesarkannya. Apalagi ia baru mengetahui, jika orang tua kandungnya menderita oleh keserakahan keluarga yang selama ini dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Awalnya Rahayu menerima saja, karena merasa harus berbalas budi. Tetapi mengetahui mereka menyiksa orang tua kandungnya, Rahayu pun bertekad menghancurkan hidup keluarga yang membesarkannya karena sudah membohongi dirinya dan memberikan penderitaan kepada orang tua kandungnya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Yuk, simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Bab 27
POV Author
Aku selalu menolak lebih dulu jika Mas Arka menawarkan bantuan untuk ku. Tapi kenapa, Mas Arka sampai rela merencanakan menjadi pacar perempuan itu demi membantuku? Padahal kami belum lama kenal dan dekat. Aku saja baru tinggal dan bekerja disini selama 2 bulan. Hmmm...
Aku harus melarangnya. Aku tidak mau Mas Arka sampai berkorban demi aku yang bukan siapa-siapa. Semua orang di rumah ini begitu baik padaku. Aku harus tahu diri jangan sampai menyusahkan mereka.
Begitulah batin Rahayu berkecamuk. Ia tidak ingin egois menerima semua bantuan yang Arka berikan. Namun Arka tetap lah Arka. Pemuda itu tidak akan mau mendengarkan.
Beberapa hari pun berlalu. Arka mulai jarang terlihat beberapa waktu belakangan ini. Biasanya Rahayu akan bertemu Arka di pagi hari ketika mereka hendak pergi menuju ke kampus. Namun kini Rahayu tidak melihat Arka yang terkadang berpamitan dengannya meski mereka pergi dengan cara masing-masing.
"Gila! Kamu sudah dengar?!"
Seorang gadis tampak antusias duduk di depan Rahayu dan berbicara padanya.
"Heboh banget kamu pagi-pagi." Jawab Rahayu santai.
"Ih kamu ini! Nih dengerin ya, tadi barusan anak-anak melihat Arka dan Arumi datang barengan dan berboncengan pakai motor gedenya itu. Dan katanya, mereka sudah jadian loh!"
"Aaah..." Gumam Rahayu pelan.
Pantas saja Mas Arka tidak terlihat beberapa hari ini. Rupanya ia benar-benar sedang berusaha mendekati Arumi. Padahal aku sudah melarangnya.
"Kok kamu santai gitu?"
"Loh, bagus kan mereka jadian. Memangnya aku harus bagaimana?" Tanya Rahayu bingung.
"Bukannya kamu dekat dengan Arka? Bahkan hampir satu kampus tahunya kalian sedang pedekate."
Rahayu tersenyum.
"Apa karena melihatnya memboncengi aku waktu dulu itu? Dia hanya nawarin tumpangan saja karena aku hampir pingsan."
Bohong dikit tidak apa-apa kan? Batin Rahayu.
"Jadi tidak ada apa-apa?"
"Ya tidak. Kamu itu mudah percaya saja sama gosip."
"Ya, mana aku tahu kan."
Percakapan itu pun berhenti setelah dosen yang mengajar mulai memasuki kelas. Rahayu pun mulai mengikuti mata kuliah seperti biasanya.
Tidak ada rasa marah maupun kesal ketika ia mendengar Arka berpacaran dengan Arumi. Ia sudah tahu tujuan Arka. Dan ia pun memang tidak memiliki hubungan spesial dengan Arka selain bawahan dan atasan.
Rahayu tahu diri. Lagi pula ia memang tidak ingin berpacaran dulu agar kuliahnya cepet selesai.
Jam kuliah pun berakhir. Siang itu seperti biasa, Rahayu melangkah dengan santai menelusuri koridor menuju ke arah gerbang kampus untuk segera pulang dan sampai di rumah. Namun tanpa sengaja ia bertemu dengan Arka dan Arumi yang berboncengan dengan motor gede Arka dan hendak keluar melalui gerbang.
Nyaris saja motor Arka menabrak Rahayu yang karena Rahayu lebih dulu melangkah keluar gerbang.
"Bisa minggir tidak sih? Nanti kalau ke tabrak baru deh, drama!" Ucap Arka dengan nada yang sangat tidak enak di dengar.
Rahayu sempat tertegun atas perubahan sikap Arka padanya.
"Kakak baru tahu dia itu orang yang suka bikin jengkel orang lain? Makanya, seharusnya dari dulu Kakak percaya saja sama aku." Ujar Arumi sambil tersenyum tetapi melirik Rahayu dengan tatapan sinis.
Rahayu terdiam tidak bisa berkata apa-apa. Ia mengira jika Arka berpacaran dengan Arumi karena ingin menolongnya itu, sikap Arka tidak akan berubah padanya. Tapi sepertinya, ia harus bisa bersabar dan maklum. Karena bisa saja itu juga merupakan bagian dari rencana Arka.
Rahayu menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Tidak ingin mengacaukan rencana Arka ia pun memilih mengabaikan saja.
"Maaf."
Hanya satu kata itu yang di ucapkan oleh Rahayu. Kemudian ia pun melanjutkan langkahnya dan menjauhi kedua pasangan itu.
***
Hari demi hari berlalu. Tanpa sadar, sepi mulai di rasakan oleh Rahayu. Karena Arka sering melibatkan dirinya akhir-akhir ini membantu Rahayu, gadis itu mulai terbiasa dengan kehadiran Arka.
Di jam-jam tertentu saat bertemu di rumah itu kini ia hanya bisa mengenang saat melintasi tempat dimana mereka sering mengobrol santai.
Sementara itu, ditempat berbeda.
Arka di jamu dan perlakukan bak pangeran setelah Arumi mengatakan kepada orang tuanya, kalau mereka resmi berpacaran. Meski merasa gerah Arumi selalu menempel padanya, Arka sudah bertekad untuk menguak kebenaran yang sedang di cari Rahayu.
"Apa orang tua mu keduanya bekerja Nak Arka?" Tanya Marlina ketika semua berkumpul duduk di ruang tamu.
"Iya Tante, ke duanya bekerja." Jawab Arka.
"Kerja apa?"
"Hanya menjalankan bisnis kecil dari Kakek."
"Bisnis? Om juga menjalankan bisnis." Pamer Adinata. "Bisnis apa kedua orang tuamu Nak Arka?"
"Hanya buka toko kain dan toko bangunan saja Om."
"Oh, bagus itu. Kalau Om menjalankan bisnis makanan. Kamu tahu Ayam XXX, Om sudah buka dua cabang di kota ini."
"Oh, keren itu Om."
"Kalau kalian menikah nanti, tentu kalian dan anak kalian akan memiliki kehidupan yang nyaman dari kami para orang tua."
Arka tidak mengiyakan dan hanya menjawab dengan tersenyum saja. Arka merinding mendengar orang tua Arumi sudah membasahi pernikahan padahal ia dan Arumi baru jadian satu hari setengah.
Tidak sulit mendekati Arumi yang pada dasarnya sudah menyukai dirinya sejak lama. Hanya di beri perhatian lebih sedikit dan di pancing , Arumi langsung mengakui perasaannya kepada Arka. Kesempatan bagus itu tidak mungkin Arka tolak, dan jadian lah mereka.
Namun setelah berkumpul dengan keluarga Arumi, Arka langsung menyadari kalau Ayah Arumi ini materialis dan sombong. Karena baru saja mendengar Arka baru berkata orang tuanya punya usaha toko kain dan toko bangunan, Adinata pun memamerkan Ayam XXX cepat sajinya.
Padahal orang tua Arka bukan lah memiliki toko kain dan toko bangunan. Melainkan pabrik tekstil dan juga perusahaan material. Baru dua usaha yang di sebutkan Arka. Tetapi sebenarnya keluarganya mempunyai 5 usaha warisan dari si Kakek.
"Oh ya, Tante. Waktu saya pernah bertanya alamat, saya ketemu anak kampus juga disini. Siapa dia?"
"Ih, Kak Arka. Kan Arumi sudah pernah bilang dia itu cuma anak angkat saja." Arumi menyela.
Namun Arka masih menatap orang tua Arumi untuk mendengar jawabannya langsung.
"Ia dia hanya anak angkat yang sudah lama kami besarkan disini." Jawab Marlina dengan tenang sambil tersenyum.
"Mending tidak usah bahas dia deh Kak, bikin badmood saja!" Ujar Arumi dengan wajah cemberut.
Sepertinya akan lebih lama waktu Arka untuk menjadi kekasih Arumi kalau gadis itu tidak ingin membahas Rahayu. Namun Arka tidak menyerah. Ia akan tetap bersabar untuk dapat informasi karena sudah berjanji kepada Rahayu.
"Maaf ya, aku jadi membuat kamu kesal." Ucap Arka sambil menggenggam tangan Arumi. Wajah Arumi yang cemberut seketika berubah tersenyum lagi.
Triiing...! Triiing...!
Handphone Arumi berdering. Ia pun segera meraih handphonenya yang berada dalam tas kecilnya untuk melihat siapa yang menelpon.
Wajah Arumi pun berubah kesal kembali ia beranjak dari tempat duduknya untuk mengangkat panggilan tersebut.
"Kak, aku angkat telepon dulu sebentar ya." Pamitnya kepada Arka.
"Iya."
Arumi pun segera melangkah meninggalkan Arka dan masuk ke dalam kamarnya.
"Kapan-kapan kalau orang tua mu tidak sibuk, ajaklah main kemari Nak Arka." Ujar Adinata.
"Iya Om." Jawab Arka mengiyakan saja.
"Kami senang Nak Arka berpacaran dengan Arumi. Arumi selalu bercerita tentang Nak Arka sejak nak Arka pernah kesini bertanya alamat waktu itu."
"Saya juga suka, Arumi sangat periang anaknya." Puji Arka, terpaksa.
Ceklek!
"Bu, aku harus ke rumah sakit sekarang. Wanita itu buat ulah lagi!" Kata Arumi yang tampak kesal sekali begitu keluar dari kamarnya.
Marlina menegakkan duduknya mendengar ucapan sang anak. Sedang Adinata duduk tersadar namun wajahnya tampak serius meski pandangannya tertuju pada dinding rumah itu.
"Kamu mau pergi dengan siapa? Apa Ayah mu saja yang antar?"
"Mau kemana Arumi? Apa mau ku antar?" Arka berinisiatif.
"Ayah saja deh. Maaf ya Kak Arka. Kakak terpaksa aku tinggal dulu."
"Oh, tidak apa-apa. Kalau begitu, aku pulang saja. Besok aku jemput kamu seperti biasa ya."
"Maaf ya Kak Arka."
"Tidak apa kok. Urusan kamu pasti sangat penting."
"Terima kasih Kak, sudah mau mengertiin aku."
"Iya. Kalau begitu saya pamit ya Om, Tante."
Arka kemudian beranjak dan menyalami kedua orang tua Arumi. Setelah di antar sampai sampai pintu, ia pun menaiki motor gedenya dan meninggalkan rumah Arumi.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
kapan arka bisa bersatu sama Rahayu