Hati siapa yang tidak tersakiti bila mengetahui dirinya bukan anak kandung orang tua yang membesarkannya. Apalagi ia baru mengetahui, jika orang tua kandungnya menderita oleh keserakahan keluarga yang selama ini dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Awalnya Rahayu menerima saja, karena merasa harus berbalas budi. Tetapi mengetahui mereka menyiksa orang tua kandungnya, Rahayu pun bertekad menghancurkan hidup keluarga yang membesarkannya karena sudah membohongi dirinya dan memberikan penderitaan kepada orang tua kandungnya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Yuk, simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Bab 24
POV Author
Sesuai rencana, Arka dan Rahayu mulai bergerak hendak menuju ke beberapa rumah sakit untuk mencari ruangan dengan nama 'Anggrek Bulan', begitu pulang dari aktivitas kampus. Setelah makan, dan berganti pakaian, mereka pun bertemu di depan garasi.
Rahayu sedikit terkejut Arka sudah menunggunya di atas sepeda motor. Namun kali ini bukan motor gede seperti biasanya. Melainkan motor matic yang kadang di sebut kaula muda dengan sebutan keong.
"Kok melamun? Ayo, cepetan naik!" Ujar Arka.
"Eh, iya Mas."
Mau motor gede atau pun keong sama saja. Porsi tempat duduk Rahayu hanya mendapat sedikit sehingga ia harus berdempetan duduk dengan Arka.
"Motor baru ya Mas?" Tanya Rahayu.
Rasa-rasanya ia baru pertama kali melihat motor itu di rumah tersebut. Dan lagi pula, body motor yang masih mengikat serta belum memiliki plat resmi menjadi salah satu kecurigaannya.
"Iya. Gimana?"
"Apanya Mas?"
"Duduk di motor keong gini."
"Biasa aja sih Mas. Kan kang ojol kadang juga pakai motor beginian buat narik."
"Iya juga sih."
"Kita kemana dulu ini Mas?"
"Kita ke rumah sakit yang paling jauh dulu."
"Okey Mas."
Mereka pun melaju untuk segara mencapai tujuan. Meski laju, dengan motor keong tidak lah membuat Rahayu takut. Berbeda saat Arka melaju dengan motor gedenya.
Satu jam perjalanan mereka pun tiba di rumah sakit tujuan pertama. Mereka kemudian masuk ke dalam rumah sakit dan melihat-lihat di lobi. Sayangnya rumah sakit itu tidak menampilkan denah keseluruhan ruang beserta nama-namanya di dinding. Itu artinya rumah sakit tersebut berskala kecil, sehingga mereka harus menemui petugas pada bagian administrasi untuk menanyakan ruangan uang mereka cari.
"Permisi Mas?" Sapa Rahayu.
"Ya Mbak. Ada yang bisa saya bantu?" Jawab seorang petugas administrasi yang berjaga.
"Apa di rumah sakit ini ada ruangan namanya Anggrek Bulan?"
"Sebentar saya cek dulu ya Mbak."
"Iya Mas."
"Lelaki tersebut kemudian menghadap komputernya dan mengamati sesaat."
"Sepertinya tidak ada Mbak."
"Ruang itu buat perawatan Ibu pasca melahirkan, apa benar tidak ada Mas?"
"Iya Mbak. Disini tidak ada ruangan itu menurut data komputer saya."
"Oh gitu. Baiklah Mas. Terima kasih atas informasinya ya Mas. Maaf sudah menyita waktunya."
"Iya Mbak, sama-sama. Tidak apa, itu sudah tugas saya Mbak."
Rahayu pun tersenyum dan mengangguk pelan sebelum berlalu pergi bersama Arka.
"Bukan disini Mas." Kata Rahayu.
"Kalau begitu, rumah sakit berikutnya."
Untung saja Arka berinisiatif untuk mencari dari rumah sakit yang terjauh dulu, sehingga mereka tidak terlalu menghabiskan waktu karena arah rumah sakit berikutnya semakin mendekati jalan untuk menuju pulang.
Rumah sakit kedua yang di tuju kurang lebih sama dengan rumah sakit pertama yang tidak menampilkan denah keseluruhan ruangan beserta nama-namanya. Rahayu pun menanyakan hal yang sama pada bagian administrasi dan hasilnya pun juga sama, kalau tidak ada ruangan dengan nama bunga yang mereka cari.
Tidak menyerah pada saat itu juga, mereka terus berusaha mencari pada rumah sakit berikutnya. Namun hasilnya masih juga nihil.
Rahayu tampak lelah, ia terlihat tidak bersemangat lagi. Arka pun menyadari kalau Rahayu sepertinya sedih tidak menemukan kejelasan dari apa yang mereka cari.
"Jangan putus semangat. Masih ada hari esok dan masih ada 3 rumah sakit lagi yang belum kita datangi. Besok kita cari lagi ya, dan rumah sakitnya juga sudah bukan yang jauh-jauh lagi."
"Iya Mas."
Benar kata Mas Arka. Masih ada hari esok, jadi aku tidak boleh menyerah. Batin Rahayu.
Hari itu pun Arka dan Rahayu pulang hampir mendekati maghrib. Begitu tiba di rumah, Rahayu buru-buru menyiram tanaman sebelum ia membersihkan diri.
"Tidak apa kalau tidak sempat. Toh tadi pagi juga sudah di siram."
"Oh, Kakek! Iya Kek maaf. Hari ini ada urusan jadi Ayu sedikit sibuk."
"Kencan sama Arka?"
"Eh, bukan Kek!" Rahayu segera membantah Karena mereka memang bukan pergi kencan seperti yang Kakek Sugeng sebutkan.
"Oh, Kakek kira kencan. Kita juga sudah lama tidak kencan."
"Eh, hehehe... Ada-ada saja Kakek ini."
"Loh, bener toh? Terakhir kali, kapan ya kita makan Lamongan?" Tanya Kakek Sugeng sambil terlihat berpikir.
"Itu makan malam Kek, bukan kencan. Hehehe..."
"Sama saja toh? Kebanyakan orang kencan kan biasanya makan malam."
Rahayu semakin terkekeh. Ia tahu sang Kakek bercanda. Dan pada akhirnya sang Kakek pun ikut terkekeh.
"Sudah lama tidak lihat cah Ayu tertawa begini. Tiap hari Kakek lihat selalu murung saja. Sana, tinggalkan saja pekerjaan ini. Sudah masuk waktu maghrib, jangan sampai terlewat."
"Baik Kek."
Rahayu pun meninggalkan pekerjaannya yang kebetulan sudah selesai. Sang Kakek pun demikian, kembali ke rumah utama.
***
Sementara itu, di tempat yang berbeda.
"Apa benar kemarin temanmu ada datang ke rumah Arumi?" Tanya Adinata ketika mereka satu keluarga sedang makan malam bersama.
"Loh, Ayah tahu dari mana? Pasti Ibu!" Kata Arumi menoleh Ibunya yang tersenyum.
"Ganteng loh Yah, kelihatan kaya lagi. Pakai motor gede soalnya. Hehehe..."
"Wah...!"
"Ah, Ibu tidak bisa jaga rahasia nih." Kata Arumi sambil cemberut yang sebenarnya tersipu malu.
"Tapi sayangnya kemarin itu tidak mampir. Hanya nama alamat temannya saja loh, Yah." Jelas Marlina.
"Kalau begitu lain kali harus ajak main kesini." Ujar Adinata.
"Kak Arka itu, sulit di dekati Yah. Arumi sudah sejak SMA suka sama Kak Arka." Ungkap Arumi malu-malu.
"Hmm, biasanya lelaki seperti itu tidak suka yang agresif dan jangan terlalu menunjukan kalau kamu tertarik. Pelan-pelan saja, dan tetap kasih perhatian kecil buatnya."
"Gitu ya, Yah."
"Iya, kamu harus banyak belajar dari Ibumu. Ayah kan termasuk cowok yang cool dulu." Puji Adinata kepada dirinya sendiri.
"Bener Bu?" Tanya Arumi memastikan kepada Ibunya.
"Halah, mana ada cool. Justru Ayah mu itu yang dulu ngejar-ngejar Ibu." Jawab Marlina.
"Tapi Yah, Arumi khawatir. Soalnya di kampus ada gosip yang bilang kalau Kak Arka dekat sama Rahayu dan pernah lihat mereka boncengan waktu pulang. Padahal Arumi sudah lama berusaha deketin Kak Arka." Ungkap Arumi dengan wajah sedih.
"Ck! Anak itu! Kalau dia datang lagi, nanti Ayah akan kasih tahu dia supaya jauhi calon pacar kamu itu." Kata Adinata.
"Bener Yah?" Tanya Arumi dengan mata berbinar.
"Ayah dan Ibu akan berusaha membuat anak kami bahagia." Ujar Adinata.
Arumi beranjak dari duduknya lalu mendekat kepada Adinata dan memeluknya pria itu.
"Makasih ya, Yah."
Adinata pun membalas pelukan hangat sang putri tercinta.
"Sama-sama sayang. Apapun untuk anak Ayah, akan Ayah lakukan."
"Sudah. Ayo, selesaikan dulu makannya. Nanti keburu dingin tidak enak." Ujar Marlina.
"Iya Bu."
Arumi kembali ke posisi duduknya dan kemudian menyelesaikan makannya yang tertunda sesaat.
Sampai hari ini pun mereka masih tidak sadar kalau satu album foto sudah hilang dari rumah itu. Mereka sibuk membuat kenangan baru dan membuat album baru dengan keluarga yang sebenarnya.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
capekkk kali keliling muter-muter