🥇Juara 1 YAAW Periode 2 2024 Genre Pria
🏅Juara Tema Kreatif 'Harem'
Elang menjadi pemuas nafsu para wanita dewasa semenjak SMA. Ia terpaksa melakukan itu demi bertahan di kehidupan ibu kota yang keras. Sampai suatu hari Elang mendapat pelanggan yang membuatnya terjebak dalam masalah besar.
Takdir membawa Elang harus menjadi guru les privat putri dari salah satu pelanggannya. Terlebih putri pelanggannya itu adalah sahabat kekasihnya Elang. Parahnya ketiga perempuan itu sama-sama jatuh cinta pada Elang.
Inilah cerita Elang. Petualangannya dalam menghadapi banyak wanita di hidupnya. Bagaimana kelanjutannya? Apa Elang membiarkan banyak wanita berlabuh di hatinya? Atau dia memilih melabuhkan hatinya hanya untuk satu orang saja.
*Genre : Harem.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25 - Perasaan Leo
"Kau bisa serahkan semuanya padaku. Tapi ingat! Nanti bayar semua uang yang kukeluarkan untuk ini!" ujar Rilly menegaskan.
"Iya, iya... Kau tenang aja. Yang penting rencanamu benar-benar bisa berhasil nyingkirin cewek itu. Oh iya, dan satu hal lagi, jangan coba-coba melakukan kejahatan yang hina. Pokoknya jangan sentuh Canda apalagi sampai membuatnya terluka!" sahut Elang.
"Ck! Apa kau menyukainya? Kenapa kau peduli dia terluka atau tidak?" balas Rilly.
"Aku tahu cewek itu mengerikan. Sejahat-jahatnya diriku, aku masih punya hati nurani. Aku tak mau membuat orang menderita karenaku!" tegas Elang.
Rilly menggelengkan kepala. "Terserah kau. Tapi aku akan beritahu keinginanmu pada kenalanku itu nanti," tanggapnya.
"Oke, sebaiknya kalian berdua pergi dari sini. Aku mau pergi," kata Rilly mengusir Elang dan Leo dari apartemennya. Kedua lelaki itu otomatis menuruti kemauannya. Dalam bisnis Special Friend, Rilly memang memegang posisi ratu di mata semua anggota.
Kini Elang berjalan berdampingan dengan Leo. Mereka melangkah menuju parkiran.
"Kenapa tidak ada anggota cewek selain Rilly di bisnis Special Friend?" celetuk Leo.
"Entahlah. Mungkin memiliki anggota cewek terlalu sulit baginya. Rilly tidak pernah akur dengan cewek!" ungkap Elang.
"Benarkah? Pantas saja kulihat dia selalu sendiri. Lalu keluarganya?" tanya Leo penasaran.
"Kenapa kau ingin tahu? Apa kau menyukai Rilly?" timpal Elang.
Wajah Leo seketika memerah. Sejak pertama bertemu, dia memang menyukai Rilly. "Apa itu terlihat jelas?" imbuhnya.
"Nggak juga. Aku hanya menebak. Tapi tebakanku ternyata benar," sahut Elang.
"Bagaimana menurutmu?" Leo meminta pendapat Elang.
"Lebih baik tidak. Sebaiknya kau cari cewek yang lebih baik!" saran Elang.
"Emang ada yang mau sama kita yang kerja begini?"
"Ya ampun." Elang memutar bola mata jengah. Dia meneruskan, "Kau harus rahasiakan pekerjaan ini dari cewek itu!"
"Tapi aku nggak suka membohongi orang. Apalagi orang yang disayang. Ngerasa bersalah seumur hidup nggak sih? Apalagi kalau kita berakhir menikah dengannya," ucap Leo.
Elang terdiam seribu bahasa. Karena ucapan Leo barusan entah kenapa kena ke hatinya. Elang jadi teringat Dara, dia kini mengerti dengan betapa marahnya gadis itu tadi siang.
"Benarkan, El?" tanya Leo yang seketika sukses membuyarkan pikiran Elang tentang Dara.
"Tau ah! Terserahmu." Elang sudah berada di area parkiran. Ia segera pergi dengan motornya.
Setibanya di apartemen, Elang langsung memeriksa ponsel. Dia menemukan banyak sekali pesan dari Canda.
"Gila nih cewek!" umpat Elang sembari membaca pesan Canda satu per satu. Matanya terbelalak saat melihat sebuah foto.
"Sinting parah!" rutuk Elang lagi. Bagaimana tidak? Dia baru saja melihat foto alat vital Canda yang dikirim sendiri oleh cewek tersebut.
Tanpa pikir panjang Elang langsung memblokir nomor Canda. Setelah itu, dia segera melanjutkan niat awalnya, yaitu ingin menghubungi Dara.
Sayangnya Dara tidak merespon sama sekali panggilan Elang. Gadis itu bahkan juga tidak membalas pesannya.
"Cowok sepertiku emang pantas dibuang sama cewek sebaik dia," gumam Elang yang merasa sadar diri. Dia langsung teringat gambaran tubuh Dara yang polos tanpa busana. Namun tak berlangsung lama, Elang menggelengkan kepalanya. "Ya ampun, El. Sudah salah, masih saja kau berpikir mesum..."
Elang mencoba melupakan Dara dengan telentang di ranjang. Usahanya cukup sukses, karena beberapa saat kemudian dia tertidur.
Ponsel yang berdering, harus membuat Elang kembali terjaga. Ia mendapatkan telepon dari Rilly.
"Semuanya sudah beres. Pokoknya cewek itu tak akan mengganggumu lagi," kata Rilly dari seberang telepon.
"Baguslah kalau begitu," tanggap Elang.
"Mulai sekarang kau tidak akan melihatnya lagi di depan matamu. Kenalanku itu berhasil menyuruhnya pergi dari kota ini," jelas Rilly.
"Kau yakin? Kenalanmu tidak membunuhnya kan?" Elang merasa cemas.
"Tentu saja tidak! Ya sudah, itu saja yang ingin kukatakan. Nanti jumlah uang yang harus kau bayar akan kukirimkan lewat pesan."
Pembicaraan Rilly dan Elang berakhir di sana. Elang kini mendengus lega.
Rencana Rilly untuk menyingkirkan Canda sukses besar. Kebetulan dia membayar jasa preman kenalannya. Para preman itu disuruh mendatangi Canda dan menyuruh cewek itu berhenti mengganggu Elang.
