Salahkah jika aku penasaran dengan yang namanya cinta dan kasih sayang? Salahkah jika aku sangat haus akan dua rasa itu? Sebenarnya, apa itu kasih sayang? Apa itu cinta?
Disinilah aku, tinggal sebagai seorang keponakan, sepupu, serta orang asing dalam keluarga paman yang sangat membenci kehadiranku. Berbagai cacian, siksaan, serta hinaan, semuanya aku terima. Sampai dimana... dia datang. Tiba-tiba saja, tangannya terulur, membawaku entah kemana dengan kata-katanya yang begitu hangat namun menakutkan.
"Jika kamu sangat ingin merasakan cinta dan kasih sayang, mari kita buat bersama. Mulai sekarang, sampai selamanya... akulah tempatmu untuk pulang."- Adam.
"Jika Anda benar-benar rumah saya, izinkan saya untuk selalu pulang dalam dekapan Anda. Saya mohon, jadilah rumah untuk tempat saya pulang, Tuan Adam."- Ayna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wawawiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Berujung Jatuhnya Dua Keluarga
***
Pada hari yang ditentukan, perwakilan dari Termirren Corporation dan Triantara Corporation datang ke kantor pusat Emanuella Corporation. Masing-masing pemimpin perusahaan yang datang yaitu Robi dan Tono. Mereka juga datang bersama istri mereka dan juga anak-anak mereka.
Kenapa datang secara bersamaan? Untuk membuktikan kalau mereka sangat percaya diri apabila Komisaris serta CEO dari perusahaan besar itu akan tergerak hatinya untuk ikut membantu proyek ini.
'Dilihat-lihat, kantornya sama luasnya ya dengan perusahaan ayah mertua. Tapi aku pengen tahu seperti apa rupa komisaris dengan CEO mudanya itu. kudengar, mereka ini kakek dan cucu.' batin Alea penasaran.
Kedatangan mereka berenam ini bukannya mendapat sambutan ramah dari semua karyawan yang berlalu lalang, malah mendapat tatapan sinis yang tidak mengenakkan. Ngapain mereka? Lah, dia kan yang menyiksa Nona? Weh, mana Tuan besar? Minta usir mereka dong. Itulah yang mereka bisikkan satu sama lain.
"Ekhem, permisi." Tono pergi ke meja resepsionis itu, ia bermaksud menanyakan apakah bisa bertemu dengan komisaris dan CEO Emanuella Corporation.
"Mohon maaf. Jika Anda sekalian tidak memiliki janji temu kepada Tuan kami, kaka kami tidak mengizinkan Anda sekalian untuk bertemu." ucap wanita itu lugas.
"Kamu. Siapa kamu ha? Berani sekali mencerca kami? Kamu tahu kami siapa?!" Yuliana menunjuk tajam ke arah wanita itu. Ia benar-benar tersinggung.
"Sangat tahu. Anda adalah pelaku penyiksaan yang Anda lakukan pada keponakan Anda. Lalu Anda Tuan Tono. Anda juga adalah pelaku yang melakukan pelecehan anak di bawah umur. Ha, saya sangat tahu siapa kalian. Untuk apa saya harus memperlakukan Anda semua secara terhormat? Orang yang seharusnya saya hormati, hanya orang tua dan juga para atasan saya, Tuan dan Nyonya besar, Tuan Muda dan juga istrinya, nona muda."
'Nona muda? Jadi... CEO itu sudah menikah? Kapan?' pupus sudah harapan Alea akan menggoda Adam, karena Adam sudah menikah.
"Heh. Kok mbulet saja sih dirimu ini? Pertemukan kami dengan atasanmu ini kenapa ha? Kami akan laporkan dirimu karena kamu berperilaku ngga sopan kepada kami!" ancam Tono.
"Silakan saja. Malah, saya seperti ini karena perintah Tuan besar. Laporkan saja, ayo laporkan. Saya ngga takut. Karena... Saksi mata ada di mana-mana."
Semua mata memandang ke arah mereka berenam. Kagok sudah dibuatnya. Keadaan pun semakin menegang sampai...
"Wah wah, siapa yang datang ini?"
Suara Chairul mengejutkan mereka semua. Wanita yang tadi membungkuk hormat, diikuti oleh semua karyawan yang ada disana.
"K-Kamu..."
"Selamat siang Tuan Robi. Bagaimana kabarnya?" sapa Tiana yang ada di sampingnya.
"Apa-apaan semua ini?! Ngga ngga ngga, bagaimana bisa kakek tua-..."
PLAK
"JAGA UCAPANMU YA!"
Seorang karyawan lelaki menampar Alea dengan keras, sampai pipi Alea memerah.
"Alea! Beraninya kamu!" geram Hendry.
"Sabar Fadli. Kendalikan emosimu."
"Maaf Tuan besar. Saya emosi mendengar wanita ini mengatakan Tuan besar sesuatu yang tidak sopan." sesal pria itu, Fadli.
"Tuan besar?"
Keenam orang itu melotot kaget. Terutama Robi, Yuliana, dan Alea. Chairul dan Tiana yang mereka kenal sebagai pembantu tua yang tak berguna, ternyata adalah pemilik sekaligus petinggi perusahaan besar ini?! Bagaimana bisa?!
"J-Jadi... Y-Yang datang di pernikahan anak saya... Dan menyerahkan dokumen bukti itu... Adalah Anda sendiri? Tuan Chairul Akhmad Wicaksono?" ucap Tono terbata-bata.
"Sangat benar. Kamu kesini bersama keluarga besanmu... Apa mah menawarkan kerja sama untuk proyek perluasan lapangan golf itu?" tanya Chairul.
"Bagaimana..."
"Heh, saya kira ngga tahu? Saya tentu saja sangat tahu! kenapa kalian ingin memperluas tempat itu? Kenapa ngga membangun rumah-rumah yang layak untuk masyarakat sekitar sana? Wah wah, ternyata CEO yang gosipnya ingin menyaingi perusahaanku adalah orang yang tamak dan arogan. Sama saja seperti besanmu itu."
Karena sindiran Chairul, membuat wajah Tono memerah menahan rasa amarah serta kekesalan yang besar.
"Dan kamu juga Robi Dirandra."
"Kamu tahu? Karenamulah... karena penipuan mu, salah satu anak perusahaanku harus bangkrut dan tutup. Aku sudah menyelidikannya dan ternyata apa? Kamu melakukan penipuan dengan dalih kerja sama antar perusahaan membangun sebuah proyek. Bukti kejahatanmu sudah banyak loh, ngga mau menyerahkan diri apa?"
"Kurang ajar! K-Kata siapa kamu aku melakukan penipuan ha?! Aku ngga melakukan itu! Besan! Jangan percaya apa yah dikatakannya kakek tua paya itu!" teriak Robi panik.
"Kakek tua payah kalian bilang?"
Sekarang, giliran Adam dan Ayna yang datang. Di belakang mereka juga, ada Aris sang sekretaris, Berta, dan juga Olivia.
"Kamu... Si cacat." desis Alea.
"Tolong katakan lagi. Apa yang kalian bilang ke kakekku? Kakek tua yang payah? sepertinya yang benar-benar payah dan ngga ada gunanya adalah kalian ini ya." sindir Adam.
"Kamu-..."
"Aris."
"Siap. Datang ke depan kalian." sesuai instruksi, anak-anak buah Adam datang dan segera menggenggam lengan mereka dan membuat mereka duduk bersimpuh.
"Apa ini? Lepaskan aku!"
"Ba****t! Lepaskan!"
"Lepaskan! Hei Ayna, kamu... Kamu menikah dengannya?!" teriak Alea.
"Kan aku sudah bilang waktu itu. Aku menikah dengan orang yang kucintai." jawab Ayna datar.
"Harusnya itu aku... Kenapa malah kamu yang dapat menikah dengan CEO perusahaan besar?" lirih Alea.
"Hmmm, kenapa menurutmu ya? Karena-..."
"KARENA KAMU SUDAH BANYAK MAIN LAH DENGAN BANYAK LAKIK! ITUPUN MASIH GRAGAS PENGEN LAKIK ORANG! HAHAHAHA, GIMANA? WENAK TOH KARMAMU?" belum sempat Ayna meneruskan perkataannya, Berta langsung menyela memotong pembicaraan Ayna karena mulutnya juga tak tahan dengan umpatan yang ingin ia keluarkan.
"Memang benar apa katamu, jeng. Dia ini kalau di mansion, sangat arogan tahu. Dia juga memfitnah banyak orang dan menumpahkan kesalahannya kepada orang sekitar. Sama sekali ngga mencerminkan wanita yang memiliki adab tinggi nan murni." balas Olivia yang tajam dan berbisa.
"Terlebih lagi... Masih ingat di kepalaku, terutama kalian berdua, Yuliana dan Alea. Kalian berdua sudah menyiksa cucuku ini, mencambuknya, mengurungnya di tempat gelap. Sebenarnya kalian ini kenapa? Haisshh, kalian ini sudah seperti iblis ya. Iblis kalau melihat kalian sekeluarga yang bobrok seperti ini, malah minder jadinya." sindir Tiana.
Semua karyawan kembali berbisik. Ternyata, apa yang ada dalam video yang sudah disebarluaskan adalah benar nyatanya.
"Iya ya, kan Tuan besar dan Nyonya besar katanya waktu itu sedang menyamar di salah satu pemilik perusahaan, katanya juga sedang menyelidiki sesuatu. Ternyata ya... Benar-benar mereka keluarga ngga benar."
"Hooh. Iiihhh, untunglah Nona muda sudah keluar. Apa kata dunia kalau beliau Mash di keluarga jahanam itu."
"Cih, cantik-cantik tapi kelakuan kek iblis itu wanita yang namanya Alea. Ngga banget."
Bisikan-bisikan itu membuat Alea bergetar ketakutan. Ia benar-benar ketakutan sekarang.
"Diam kamu Chairul! Kamu pikir, hanya dengan-..."
"Hanya dengan video? Sorry ye, justru lebih daripada itu." Chairul kembali memotong pembicaraan, ia kembali memanggil seseorang.
Seseorang yang dimaksud akhirnya datang. Yuliana melotot kaget, tahu siapa pria itu.
"Katakan. Benar kan kamu dibayar oleh itu wanita buat video palsu mengenai kalau Alea itu disiksa dan dipaksa untuk bermain?" tanya Adam.
"Ya, itu benar. Bahkan pembayaran, tanda tangan jaminan pun saya ada simpan. Ini." pria itu memberikan sebuah kertas seperti bukti pembayaran, dan itu tertera tanda tangan serta nama lengkap Yuliana.
"Bohong! Itu semua bohong!" teriak Yuliana.
"Jaga bicaramu, wanita serigala! Semuanya kupeganh buktinya! Mau menyela apa ha dirimu?!" balas pria itu tak kalah sengit.
"Ngga... Ngga mungkin!"
Adam memberi kode kepada Aris untuk mengeluarkan bukti lagi. Kali ini, untuk menyerang CEO Triantara Corporation.
"Pak Tono. Anda juga bermasalah dalam hal ini. Dari lapangan golf yang akan perluaskan itu, lapangan itu adalah tanah milik masyarakat sekitar yang seharusnya digunakan untuk pembangunan rumah. Dan tanah itu juga milik pihak keluarga Wicaksono. Secara langsung, pak Tono telah merebut aset milik keluarga Wicaksono. Pak Tono akan dibawa ke jalur hukum karena hal ini. Ngga akan ada keringanan hukum." ucap Adam dingin.
"A-Aku membelinya secara resmi ya! Ngga ada hubungannya dengan aset milik kalian!" sanggah Tono.
"Yakin?" Adam menunjukkan sebuah tanda tangan yang diyakini milik Tono sendiri. Itu adalah bukti sertifikat kepemilikan tetapi nampak tak resmi dan palsu.
"Ngga... Bagaimana bisa... padahal orang itu bilang, dia menjualnya..."
"Orang itu sudah lama wafat. Jadi kalau kamu meminta pertanggungjawaban, mintalah ke makamnya." balas Adam lagi.
Semuanya sudah tidak bisa membalas. Karena bukti sudahpun dikeluarkan dan dipegang erat oleh Adam dan juga Chairul.
"Ngga... Aku ngga mau... LEPASKAN AKU!" Alea meronta, meminta untuk dilepaskan.
Usahanya membuahkan hasil. Ia bersimpuh di kaki Adam dan Ayna.
"T-T-Tuan Adam... A-Aku mohon, tolong aku. A-Aku benar-benar menyesal. Ayna, maafkan aku juga... Aku mohon, tolong selamatkan aku... A-Aku ngga tahu apa-apa..."
"Tolong aku... Hiks... Aku mohon... Aku ngga ingin hidup susah... Aku mohon..."
Alea memarau, meminta Adam dan Ayna mengampuninya. tapi, itu semua hanya topeng. Karena ia ingin semuanya selesai. Namun, itu hanyalah mimpi.
"Mengampuni ya? Kamu sudah melukai istriku dari dulu, sekarang minta ampun? MIMPI." Teriak Adam.
"Membisikkan kamu sekeluarga di penjara. Aku ngga Sudi lihat kamu lagi." desis Ayna.
"A-Apa? Kenapa-..."
GREEBBB
"SIALAN! LEPASKAN AKU!"
Berta langsung mengikat tangan Alea dengan tali yang dibawanya, lalu megangkutnya seperti mengangkut karung.
"Berisik juga ini perempuan. Hei Adam, biar kubawa saja ini kucing birahi. Gedek aku dengerinnya." ucap Berta yang mulai kehabisan kesabaran.
"Cuy, bantu yak."
"Bisa diatur." balas Olivia.
"Bawa mereka ke kantor polisi! Siapkan jalur hukum sekarang juga!" perintah Chairul.
"Siap Tuan."
Suara teriakan saling bersahutan. Meminta dilepaskan dan mengatakan kalau itu bukan kesalahan mereka. Semua kerubungan karyawan langsung membubarkan diri kala itu juga. Cukup tahu. Hanya dua kata itu saja.
"Akhirnya... Masalah selesai juga..." gumam Chairul.
"Sekarang, kita bisa menjalankan hari dengan tenang. Ya kan Bang?"
"Hooh betul. Nah sekarang, kalian bisa fokus ya buat anak. Ngga perlu akan gangguan lagi." celetuk Chairul tiba-tiba
"E-Eh? Itu..." Adam dan Alia saling pandang, mereka hanya bisa meringis mendengarnya.
"Iya loh, ayo kalian. Sudah ada sebulan lebih loh. Kakek dan nenek tunggu berita baiknya, kan seru ya ada cicit."
"Hehehe, iya nek. Doakan saja ya..."
***
"Harusnya kasih tahu saja ngga sih? Tapi..."
Adam dan Ayna kehabisan kata-kata karena keinginan Chairul dan Tiana. Padahal berita baik itu sudah datang dan sekarang Ayna sedang hamil satu bulan. Ayna mengelus perutnya, ia tersenyum lembut.
"Kasih tahu saja deh Mas. Ngga enak juga kalau menunggu-nunggu. Kasihan kakek sama nenek." ucap Alia.
"Hmmm, iya deh. Minggu depan kita akan menginap di mansion, sekalian kita bicarakan kehamilanmu."
"Hehehe, iya Mas."
~Bersambung~