Sekuel (Mommy untuk baby Arsha)
Pricillia Myliarno Ricardo gadis cantik berusia 24 tahun.Dibuang ibu kandung saat kecil dan di rawat oleh wanita yang ia anggap adalah ibu kandungnya.
Dan jatuh cinta pada seorang pria tampan namun semua yang ia rasakan harus sirna setelah kejadian satu malam yang merubah hidupnya.
Yuk simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Rumor
Emily melangkah menuju toilet dengan langkah gamang. Apakah benar selama ini ada wanita yang sering mengunjungi Yovan, siapa?. Kenapa Yovan tidak mengatakan apapun padanya. Apakah Yovan memang memiliki hubungan dengan wanita itu tapi berusaha menutupinya. Selama yang ia tahu Yovan tidak pernah dekat dengan wanita manapun sebelum mereka kenal. Lalu siapa wanita itu?.
Emily membasuh wajahnya dan menatap pantulan wajahnya di cermin. Wanita itu benar-benar kesal di hari pertamanya bekerja sudah membuat moodnya memburuk.
"Aku yakin sekali anak itu adalah anaknya Pak Yovan karena anak kecil itu memanggil Pak Yovan dengan sebutan Daddy. Jangan-jangan selama ini Pak Yovan sudah menikah secara diam-diam," ujar seseorang memasuki toilet kepada temannya.
"Kamu yakin, jangan membuat gosip yang tidak benar," jawab temannya.
Emily mengerutkan keningnya mendengar percakapan kedua karyawan Yovan. Apakah itu artinya Yovan membawa Kafka ke perusahaan setelah menjemputnya dari sekolahnya. Ia memang meminta Yovan untuk menjemput Kafka dari sekolahnya tapi ia tidak menyangka jika Yovan membawa Kafka ke kantor.
Emily keluar dari toilet lalu kembali ke ruangannya, jam istirahat siang hampir selesai. Meski sebenarnya ia ingin sekali memastikan ucapan kedua wanita itu tapi ia harus profesional dalam bekerja, apalagi hari ini adalah hari pertamanya bekerja.
Emily berharap Kafka tidak merepotkan Yovan karena ia sangat tahu jika pekerjaan pria itu sangat banyak. Sebenarnya Emily meminta Yovan mengantarkan Kafka ke rumah Radit karena semalam Rania menawarkan diri untuk menjaga Kafka sebelum Emily mendapatkan pengasuh untuk Kafka. Tapi sepertinya Yovan mengindahkan permintaannya dan lihatlah sekarang, pria itu menjadi bahan pembicaraan seisi kantor.
"Emily...kamu darimana?, Pak Rendy meminta kita untuk mengerjakan desain untuk klien kita dan ini konsepnya," ujar Amelia memberikan konsep yang diberikan Rendy tadi pada Emily.
"Oh ya...Pak Rendy mendapuk kamu sebagai penanggungjawabnya," sambung Amelia.
"Ayo kita kerjakan!," ucap Emily diangguki oleh Amelia dan juga Rani.
Sementara itu di lantai atas lebih tepatnya di ruangan Yovan pria itu di sibukkan dengan membujuk Kafka yang merengek ingin bertemu Mommynya. Yovan sudah menghubungi Emily untuk datang ke ruangannya tapi panggilan teleponannya tidak kunjung di angkat. Mungkin saja Emily sedang sibuk dengan pekerjaannya apalagi ia meminta Rendy untuk memberikan konsep dari desain interior apartemen yang kini sedang di garap perusahaaannya.
"Mau ke Mommy, Daddy," rengek Kafka.
"Sayang... Mommy tidak bisa diganggu karena sedang bekerja. Bagaimana kalau Kafka bermain game di ponsel Daddy," bujuk Yovan.
Kafka tampak menggeleng." Mommy melarangku untuk bermain ponsel Daddy karena itu bisa merusak mataku," jawab Kafka membuat Yovan sedikit terkejut namun ia senang ternyata Emily mendidik anak markas dengan baik.
"Hmm Daddy akan meminta Om Rendy untuk membelikan Kafka mainan. Kafka mau mainan apa?," tanya Yovan.
"Tidak Daddy...aku mau sama Mommy," jawab Kafka membuat Yovan benar benar pusing menghadapi permintaan anaknya ini. Sepertinya ia akan melarang Emily untuk bekerja dan fokus mengurus Kafka.
"Daddy..aku janji tidak akan menganggu Mommy bekerja. Ayo Daddy, antarkan aku ke Mommy," ucap Kafka.
Yovan menghela nafas beratnya, menjadi orangtua membuatnya harus bersikap sabar jika sang anak tantrum seperti ini."Bagaimana kalau kita cari makan, Kafka kan belum makan," ucap Yovan berusaha mengalihkan perhatian Kafka. Sebenarnya ia berencana untuk memesan makanan untuk Kafka tapi sepertinya rencananya tidak sesuai dengan kenyataan.
"Mau Daddy," jawab Kafka dengan cepat.
"Aku mau makan spaghetti ya Daddy," ucap Kafka turun dari sofa.
"Baiklah boy, ayo kita ke restoran yang menjual spaghetti!," jawab Yovan mengenggam jemari tangan Kafka keluar dari ruangannya namun tiba tiba Rendy menghadang langkahnya.
"Maaf Pak... sebentar lagi meeting kita akan dimulai," ujar Rendy menghadang langkah Yovan yang terlihat akan pergi.
"Bisakah kamu menggantikanku Rendy, saya harus menemani bos kecil ini makan siang," jawab Yovan menunjuk Kafka.
"Wah ada bos kecil ternyata. Baiklah Pak, saya aja menggantikan anda Pak," jawab Rendy.
"Terimakasih Rendy, kalau begitu saya pergi dulu," ucap Yovan diangguki Rendy.
Yovan memasuki lift bersama Kafka. Ia seperti harus secepatnya mencari pengasuh untuk Kafka. Dan saat keluar dari lift ia membiarkan Kafka berada berceloteh membicarakan tentang apa yang di lihatnya.
"Yovan..."
Yovan menghentikan langkahnya saat melihat sepupunya berjalan menghampirinya dengan langkah panjangnya.
"Jadi ini keponakanku yang dikatakan Tante Maya itu?," tanya Ayu menatap wajah Kafka yang begitu sangat mirip dengan Yovan.
"Iya...," angguk Yovan.
"Hai sayang, kenalkan aku Tante Ayu, saudara dari Daddy kamu," ucap Ayu mengulurkan tangannya pada Kafka.
"Aku Kafka, Tante," jawab Kafka menyambut uluran tangan Ayu lalu mencium punggung tangan wanita itu.
Ayu tersenyum lebar melihat sikap sopan Kafka, wanita itu benar benar gemas dengan Kafka."Oh ya Yovan, benar jika Emily bekerja disini?," tanya Ayu. Ia sengaja datang ke sini untuk bertemu dengan Emily karena Maya mengatakan jika Emily hari ini mulai bekerja.
"Iya... sebaiknya jika kamu ingin bertemu dengan Emily datang ke rumah saja. Mama pasti sudah memberikan alamat Emily sama kamu kan. Kamu juga bisa mengajak Aira juga nantinya," jawab Yovan.
"Baiklah. Lalu kalian ini mau kemana?," tanya Ayu.
"Mengajak Kafka makan siang," jawab Yovan.
"Aku boleh ikut tidak? kebetulan aku juga belum makan siang," tanya Ayu.
"Ayo!," jawab Yovan.
***
Emily berdiri di lobi kantor menunggu Yovan turun. Wanita itu menunggu Yovan dan Kafka sembari bermain ponselnya. Ia bisa saja pulang naik taksi tapi Kafka saat ini bersama Yovan.
"Mommy....," teriak Kafka berlari menghampiri Emily saat keluar dari lift meninggalkan Daddynya. Hal itu membuat para karyawan yang juga masih berada di lobi menoleh dengan tatapan tidak percayanya. Apalagi Kafka sebelumnya bersama Yovan, bos mereka.
"Hai sayang, apakah kamu menyusahkan Daddymu?, tanya Emily.
Kafka menggeleng pelan."Tidak...," jawab Kafka.
"Ayo kita pulang!," ucap Yovan saat menghampiri keduanya.
"Mas... sebaiknya kamu menunggu kami di mobil saja. Lihatlah kita menjadi pusat perhatian," bisik Emily yang tidak nyaman dengan tatapan para karyawan padanya. Ia yakin besok ia akan menjadi topik pembicaraan seisi kantor.
"Biarkan saja, mereka tidak akan ada yang berani membicarakanmu. Jika sampai ada mereka harus tanggung konsekuensinya," jawab Yovan dengan lantang lalu mengenggam tangan Kafka keluar dari kantor diikuti Emily dari belakang.
Para karyawan tampak benar benar terkejut dengan apa yang mereka lihat. Mereka tidak ada yang berani berkomentar kecuali seorang wanita yang tampak geram dengan ucapan Yovan.
"Benar dugaan ku bukan jika Emily adalah simpanan Pak Yovan bahkan sampai memiliki anak, miris," ucap wanita itu yang masih di dengar karyawan lainnya tapi tidak ada satupun dari mereka yang ikut menimpali ucapan wanita itu karena mereka takut menanggung konsekuensinya.
...****************...
begitulah kalau ada duit semua boleh disogok kalau berduit tapi jangan terlena dulu Dian kamu salah mencari sasaran max orang yang menyeramkan jangan pernah minta diampuni nanti