Dia meninggalkan kemewahan demi untuk hidup sederhana. bekerja sebagai pengantar makanan di restoran miliknya sendiri.
Dan dia juga menyembunyikan identitasnya sebagai anak dan cucu orang terkaya nomor 1 di negara ini.
Dia adalah Aleta Quenbi Elvina seorang gadis genius multitalenta.
"Ngapain kamu ngikutin aku terus?" tanya Aleta.
"Karena aku suka kamu," jawab Ars to the point.
Penasaran dengan kisah mereka? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9
.
.
.
Pria itu berjalan mengambil troli belanjaan. matanya menelisik kesegala arah sambil mencari barang-barang yang ingin ia beli.
Saat hendak mengambil barang, ternyata ada tangan lain yang juga mengambil barang tersebut.
Akhirnya drama tarik menarik pun terjadi. Pria itu menoleh dan baru menyadari kalau ia mengambil barang yang sama dengan orang lain.
"Kamu?" tanya pria itu.
Tapi Aleta tidak peduli dan melepaskan barang itu lalu pergi dari situ. Pria itu tertegun sesaat. Karena baru jelas melihat wajah Aleta.
"Bukankah itu gadis yang tadi? Yang menolong Mamaku?" batin pria itu.
Pria itu bernama Pietro, seorang pengusaha muda sukses di negara ini. Berada satu tingkat dibawah Ars.
"Hei... Tunggu!" panggil Pietro.
Tapi Aleta tidak peduli sama sekali dan terus berbelanja. Pietro akhirnya tiba didepan Aleta dan menahan troli milik Aleta. Sedangkan troli miliknya ia tinggal.
"Siapa namamu? Namaku Pietro," tanya Pietro.
Aleta menatap wajah Pietro sekilas, lalu menarik troli belanjaan yang ternyata ditahan oleh Pietro.
"Bisa dilepas, Tuan," kata Aleta dengan sopan.
"Jawab dulu pertanyaan ku," kata Pietro.
"Penting kah?" tanya Aleta.
Pietro jadi salah tingkah ditanya seperti itu. Biasanya pertanyaan itu sering ia lontarkan kepada orang lain, tapi sekarang pertanyaan itu berbalik kepada dirinya sendiri. Sehingga ia sedikit kebingungan untuk menjawabnya.
"Ee, itu ... Anu, itu aku cuma mau kenalan," jawab Pietro akhirnya.
Aleta menarik kembali troli nya. Tapi masih ditahan oleh Pietro. Aleta melepaskan troli tersebut dan berjalan menghampiri Pietro. Pietro tersenyum manis.
Buugh... Satu pukulan mendarat sempurna diperut Pietro. Pietro meringis menahan sakit karena tinjuan Aleta yang tidak main-main.
"G*la nih cewek, kuat banget," batin Pietro.
Aleta kemudian berlalu dari situ tanpa mengucapkan sepatah katapun. Bahkan belanjaan nya pun ia tinggal begitu saja. Aleta sudah mulai kesal setelah tadi dihadang oleh beberapa penjahat, sekarang ia sedang berbelanja diganggu semakin membuat kesalnya meningkat.
Pietro mengejar Aleta, tapi yang dikejar sudah lebih dulu naik keatas motor dan pergi dari situ. Pietro hanya melihat bagian belakang Aleta saja.
"Menarik, belum pernah aku bertemu dengan cewek seberani itu," batin Pietro.
Pietro melanjutkan berbelanja, saat ia menghampiri troli nya ia teringat lagi dengan barang yang ia ambil secara bersamaan dengan Aleta, Pietro pun tersenyum. Senyum yang membuat para cewek-cewek histeris tapi tidak dengan Aleta. Karena ia sudah terbiasa dikelilingi cowok-cowok tampan dari kalangan keluarganya.
Apalagi Arthur tampannya sudah tercetak jelas dari sejak lahir. Bahkan diusia nya yang baru mencapai 11 tahun pun sudah terlihat jelas ketampanannya.
Aleta sudah tiba di restoran miliknya. Dia akan belanja setelah pulang kerja, agar tidak ada yang mengganggunya.
"Kenapa tuh muka?" tanya Dara.
"Lagi bete aku, pulang dari mengantarkan pesanan dihadang dijalan oleh si Madam dan orang suruhannya. Terus di supermarket bertemu orang yang tidak jelas," jawab Aleta. Saat ini ia sedang berada diruang kerja Dara.
"Kamu sudah makan?" tanya Dara. Aleta menggeleng.
"Belum sempat makan, tadi makan sedikit dengan Ars," jawab Aleta.
Dara mengernyitkan dahinya, selama ia mengenal Aleta, belum pernah Aleta dekat dengan pria lain selain saudara-saudaranya.
"Siapa Ars?" tanya Dara.
"CEO pemilik perusahaan ARS company, tadi ia memaksa untuk ditemani makan," jawab Aleta.
"Tumben banget kamu nurut, ini Aleta bukan sih?" tanya Dara.
"Issh ... Cepat pesan makanan, aku lapar," jawab Aleta.
Dara pun memesan makanan kepada bawahannya. Tidak butuh waktu lama pesanan pun sudah diantar keruangan Dara.
Bawahan Dara sudah tidak heran lagi dengan kedekatan Aleta dengan manager mereka, tapi mereka tidak tahu kalau Aleta adalah bos mereka yang sesungguhnya.
Aleta pun makan dengan lahap, tidak ada jaim-jaimnya. Dan tidak terlihat seperti orang kaya. Bahkan Aleta juga lebih sering makan di tenda pinggir jalan.
"Sepulang kerja temani aku belanja ya," kata Aleta.
"Boleh, tapi dengan syarat," ucap Dara.
"Sebutkan," kata Aleta lagi.
"Bayarin belanjaanku," jawab Dara.
"Gampang," ucap Aleta.
"Asik, sering-sering ngajakin aku belanja," kata Dara.
"Kebiasaan, kalau dengar gratisan gercep kamu nya," ucap Aleta.
"Yo i, aku tidak sekaya kamu, say," kata Dara.
Memang benar, dulu Dara adalah dari keluarga susah. Bahkan untuk makan sehari-hari pun Dara harus bekerja sambil sekolah. Aleta yang memang punya jiwa penolong selalu membantu Dara. Bahkan biaya sekolah Dara pun Aleta yang bayarin sampai tamat.
Dara yang merasa berhutang budi pun bertekad untuk berbakti kepada Aleta walau bagaimanapun caranya, yang penting masih dijalan kebaikan.
Saat Aleta memutuskan untuk membuka restoran, Aleta meminta Dara untuk mengelola nya. Tapi dengan syarat, jangan dipublikasikan pemilik sebenarnya. Dara pun setuju dan sampai saat ini restoran tersebut berkembang pesat.
Keduanya sudah selesai makan, Dara pun meminta pelayan untuk membereskan semuanya.
"Ale, ada pesanan dari pelanggan yang harus diantar," kata Nia.
"Baik, Bu Dara aku kerja dulu," pamit Aleta. Dara hanya mengangguk saja. Sebenarnya ia juga tidak enak hati kalau dipanggil Bu Dara didepan bawahannya.
Tapi apa boleh buat, demi menyembunyikan identitas pemilik sesungguhnya dia harus terbiasa.
Aleta segera keluar dari ruangan itu dan menuju dapur restoran. Aleta mengambil kotak makanan tersebut dan juga alamat yang dituju.
Aleta segera pergi mengantarkan pesanan tersebut, dengan kelajuan maksimal ia mengendarai motornya.
Aleta memperhatikan alamat tersebut dengan seksama, takut nanti salah antar. Setelah memastikan bahwa alamat itu benar, Aleta segera menekan bel ditembok pintu gerbang.
"Selamat sore, saya dari restoran A Q E ingin mengantar pesanan," kata Aleta dengan sopan.
Penjaga gerbang memperhatikan Aleta dengan seksama, setelah itu baru diizinkan masuk.
Aleta masuk dengan motornya, karena kalau berjalan kaki cukup melelahkan. Aleta pun tiba didepan pintu sebuah mansion.
Setelah menekan bel, pintu pun terbuka. Tampak seorang pemuda tampan sedang tersenyum kearah Aleta.
"Pesanan anda Tuan," ucap Aleta sambil menyerahkan kotak makanan tersebut.
Ya pemuda itu adalah Pietro, tadi sewaktu ia mengejar Aleta. Pietro sempat melihat jaket yang Aleta gunakan berlogo A Q E restaurant. Itu sebabnya Pietro memesan makanan dari restoran tersebut.
"Kita ketemu lagi, aku harap kita berjodoh," ucap Pietro.
Tapi Aleta tidak menanggapi ucapan Pietro, Aleta malah mengeluarkan ponselnya untuk Pietro segera melakukan pembayaran.
"Bayar disini Tuan," kata Aleta.
Pietro pun membayarnya. Setelah itu Aleta segera pergi. Tapi baru beberapa langkah, tangan Aleta ditarik oleh Pietro.
Aleta yang refleks langsung membanting Pietro ketanah. Kemudian Aleta pergi tanpa berkata apapun. Saat dipintu gerbang, Aleta dicegat oleh penjaga.
"Ada apa ini, Pak?" tanya Aleta.
"Maaf Nona, kami mendapat perintah untuk menahan anda," kata penjaga itu.
"Oh, ternyata dia mau main-main," batin Aleta.
.
.
.
ada aja tingkahnya 🤣🤣
ini kedua x nya aq kesini, saking sukanya dg karakter Aleta dan Ars /Grin//Grin/
suksess y thor...