Sifa Kamila, memilih bercerai dari sang suami karena tidak mau diduakan. Ia pun pergi dari rumah yang dia huni bersama Aksa mantan suami selama dua tahun.
Sifa memilih merantau ke Jakarta dan bekerja di salah satu perusahaan kosmetik sebagai Office Girls. Mujur bagi janda cantik dan lugu itu, karena bos pemilik perusahaan mencintainya. Cinta semanis madu yang disuguhkan Felix, membuat Sifa terlena hingga salah jalan dan menyerahkan kehormatan yang seharusnya Sifa jaga. Hasil dari kesalahannya itu Sifa pun akhirnya mengandung.
"Cepat nikahi aku Mas" Sifa menangis sesegukan, karena Felix sengaja mengulur-ulur waktu.
"Aku menikahi kamu? Hahaha..." alih-alih menikahi Sifa, Felik justru berniat membunuh Sifa mendorong dari atas jembatan hingga jatuh ke dalam kali.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Kita ikuti yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Maafkan aku Al, jika kita berjodoh tidak akan kemana" jawab Sifa tegas. Tidak semudah itu dia menerima cinta Alvin, karena dua pria yang terdahulu pun pernah mengutarakan seperti ini. Namun, pada akhirnya hanya omong kosong.
"Aku akan sabar menunggu jawaban kamu Sifa" Alvin akhirnya meninggalkan tempat itu.
Begitulah Sifa memilih tinggal seorang diri di dalam kamar kost yang rata-rata dihuni oleh mahasiswa yang kantongnya tipis. Walaupun agak jauh dari kampus tetapi harganya terjangkau dan tidak terlalu ramai, nyaman untuk mereka belajar.
Tidak ada yang bisa Sifa lakukan di tempat itu, sehari semalam Sifa hanya beristirahat.
Keesokan harinya Sifa mengenakan masker lalu berjalan kaki ke pasar mencari bahan dasar minyak wangi dari bahan alami. Yakni rempah-rempah, bunga dan juga buah-buahan.
Setelah mendapatkan semuanya Sifa membeli gelas ukur, pipet, bahan pelarut dan juga botol.
Dari ilmu dasar yang Sifa dapatkan dari sekolah jurusan farmasi, Sifa pun sudah banyak menimba Ilmu dan pengalaman dari negara K.
Di atas meja kecil, Sifa mulai meracik bahan minyak wangi dari buah-buahan, kemudian dia kemas dalam botol kecil.
Satu bulan kemudian, Sifa sudah berhasil membuat beberapa merk minyak wangi. Saat ini ia mencari cara bagaimana memasarkan.
"Aku coba berjualan online saja" tidak kehilangan ede bagi Sifa hari itu juga dia memasarkan hasil kerja kerasnya secara online.
"Kruuk... kruuuk..." perut Sifa keroncongan, sampai lupa jika saat ini sudah jam 2 siang. Ia menunda pekerjaan tidak lupa mengenakan masker, lalu berjalan ke warung penjual nasi rames yang tidak jauh dari kost.
"Assalamualaikum..." ucap wanita yang menggendong ransel sambil mengempit buku.
Sifa yang sudah selesai membayar pun menoleh. "Waalaikumsallam..." Sifa tersenyum dibalik masker, berjalan ke arah wanita berjilbab itu sambil membawa kantong plastik putih.
"Kamu kost disini juga ya?" Tanya wanita itu karena sering melihat Sifa jajan di warung nasi milik ibu kost.
"Benar, aku tinggal di kamar nomor 1" jawab Sifa.
"Berarti kita bersebelahan dong" si wanita pun nampak gembira sekali karena mereka bersebelahan. Masing-masing mengenalkan nama. Wanita itu bernama Siti Fatimah dan kuliah semester 3.
Mereka berpisah masuk ke kamar masing-masing. Sementara Sifa yang lapar pun mengisi perut nasi bungkus yang baru saja ia beli. Setelah habis ia meneguk air mineral dalam botol.
Setelah istirahat sebentar, Sifa mengecek handphone membuka akun melihat apakah ada peminat dan memesan minyak yang ia pasarkan.
"Alhamdulillah... ada tiga orang" Sifa tersenyum sendiri. Tidak membuang waktu, ia packing minta sesuai pesanan. Lagi-lagi Sifa keluar mengirimkan minyak tersebut. Sifa memilih cod karena memudahkan pelanggan.
"Sifa... boleh aku main ke kamar kamu?" Siti yang tengah menyapu melihat Sifa lalu mendekat.
"Boleh... masuk yuk" Sifa membuka pintu diikuti Siti.
"Kok kamar kamu wangi sekali?" Siti menghirup minyak wangi menjadi betah.
"Aku mencoba produksi minyak Siti" Sifa memperlihatkan hasil karyanya. Ratusan botol minyak wangi yang dia beri merk Kamila. Merk tersebut Sifa ambil dari nama belakang, Sifa Kamila
"Subhanallah..." Siti kagum, lalu ambil satu botol kemasan minyak aroma bunga melati itu, kemudian mengendusnya.
"Heemm... wangi sekali, berapa harganya Sifa, aku mau dong" Siti pun tertarik jika harganya tidak terlalu mahal, karena kiriman dari ortu hanya pas-pasan.
"Yang kamu pegang itu tidak mahal kok hanya dua belas ribu" Sifa memaparkan harga yang berbeda tergantung bahan baku. "Untuk yang pertama ini kamu tidak usah bayar" lanjut Sifa.
"Benarkah?" Siti tentu senang sekali. Setelah berbincang-bincang membahas minyak wangi, Siti kemudian masuk ke kamarnya.
Hari berikutnya tepatnya jam tiga sore ketika Sifa sedang packing untuk pemesan berikutnya ada yang mengetuk pintu. Sifa menunda pekerjaan, lalu membuka pintu.
"Siti..." Sifa tersenyum rupanya Siti yang datang.
"Sifa, teman-teman aku di kampus memesan minyak yang kemarin itu, masih ada tidak?" Sifa menceritakan ketika ia menggunakan parfum banyak teman yang menyukai aromanya.
"Ada" Sifa menyuruh Siti duduk lalu memperlihatkan stok minyak aroma bunga melati. "Kalau kamu mau berjualan di kampus, harga dari aku 10 ribu saja Siti, lebihnya buat kamu"
"Alhamdulillah..." Siti kegirangan, padahal sudah ada 10 orang pemesan, berarti Siti mendapat keuntungan 20 ribu. Tentu bisa untuk makan sehari bagi Siti.
Sifa tersenyum, dia tentu juga senang. Semoga pertemuannya dengan Siti memang ditakdirkan untuk patner bisnis. Secara kebetulan nama mereka pun hampir sama. Sifa dan Siti.
"Kalau gitu aku membawa 10 pcs ya Sif"
"Okay... semoga lancar ya" Sifa bersemangat, lalu masukkan 12 pcs ke dalam box. Minta Sifa yang dua pcs lagi agar ditawarkan ke teman yang lain.
"Siap bos, semoga lancar" pungkas Siti lalu kembali ke kamar.
Malam harinya gantian Sifa yang masuk ke kamar Siti, dua wanita itu lagi-lagi membahas bisnis. Minyak yang akan Siti bawa ke kampus dia tawarkan ke penghuni kost. Mujur bagi dua wanita itu karena penghuni kost pun menyukai aromanya.
"Alhamdulillah Siti" Sifa menerima selembar uang merah karena minyak satu box yang Siti bawa masih sisa dua pcs.
Begitulah hari-hari Sifa terus memproduksi minyak yang kira-kira banyak peminatnya dia produksi lebih banyak.
Hingga tidak terasa tiga bulan sudah, Sifa tinggal di kamar kost, bahkan sudah membeli televisi untuk teman ketika malam hari sudah santai. Komunikasi dengan Alvin pun selalu terjaga walaupun selama itu hanya melalui telepon maupun chat.
Seperti malam ini, Alvin pun tengah video call. "Kapan kita bisa ketemu Sifa, makan malam kek, atau kemana gitu" desak Alvin.
"Sabar ya Al, kita pasti bisa bertemu tetapi tidak sekarang" Sifa memang selalu menjawab begitu bukan hanya sekali dua kali.
Video call pun diakhiri kata i love you oleh Alvin.
"Alvin... Alvin" Sifa menggeleng. Ia letakkan handphone di meja kecil lalu menyalakan televisi.
"Jadi benar, Anda sudah ingin menikah Tuan Felix?" Tanya host acara talk show di salah satu stasiun televisi, mengundang nara sumber dari pt Felix grup. Karena sudah bukan rahasia lagi jika Felix pengusaha muda akan menggelar acara resepsi pernikahan dalam waktu dekat.
"Usia saya sudah hampir 30 tahun Mas, mau menunggu apa lagi" Felix tertawa bahagia.
"Lalu kenapa calon Anda tidak hadir ke acara ini Tuan Felix?" Tanya mc pria yang sudah lama mengisi acara talk show.
"Calon istri saya ini seorang publik figur tentu Dia sangat sibuk" jawab Felix, lalu memamerkan calon istrinya adalah seorang model yang sudah terkenal.
Ketika sedang berbincang-bincang muncul wanita cantik yang berjalan dengan gayanya berlenggak lenggok seperti ketika tampil di atas panggung.
Plok plok plok.
Tepuk tangan riuh dari para hadirin, ketika menatap wanita yang baru saja tiba. Siapa yang tidak tahu Dania seorang model pakaian yang sudah merambah ke dunia akting bahkan tarik suara dan saat ini sudah mendapat dua album yang melejit di pasaran.
Sementara Felix terkejut memandangi sang kekasih, rupanya ia diberi kejutan lalu tertawa lebar. Felix pegang pergelangan calon istri ketika hendak duduk di sebelahnya.
"Tuan Felix, apakah sebelum Anda mengenal Nona Dania pernah mempunyai pacar?" Tanya mc menyelidik.
"Tentu belum pernah, Dania ini wanita yang pertama dan akan saya jadikan yang terakhir" tangan Felix melingkar di pundak Dania.
Buk buk buk.
Sifa yang masih menonton acara tersebut meninju bantal. Marah benci dan kecewa menumpuk di dada.
"Sekarang tertawalah sepuasmu Felix, saat pernikahan kamu nanti permainan akan segera aku mulai"
...~Bersambung~...