Apakah anda mengalami hal-hal tak wajar disekitar anda?
Seperti suara anak ayam di malam hari yang berubah menjadi suara wanita cekikikan? Bau singkong bakar meskipun tidak ada yang sedang membakar singkong? Buah kelapa yang tertawa sambil bergulir kesana-kemari? Atau kepala berserta organnya melayang-layang di rumah orang lahiran?
Apakah anda merasa terganggu atau terancam dengan hal-hal itu?
Jangan risau!
Segera hubungi nomor Agensi Detektif Hantu di bawah ini.
Kami senantiasa sigap membantu anda menghadapi hal-hal yang tak kasat mata. Demi menjaga persatuan, kesatuan, dan kenyaman.
Agensi Detektif Hantu selalu siap menemani dan membantu anda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eko Arifin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32 - Masalah I
Pagi hari sekitar jam 08.30, terlihat Ardian sedang sarapan di kantin kampus sendirian, yang kemudian ada seorang lelaki dengan mata panda menghampirinya.
"Bjir... tuh mata kenapa, Ren?" tanya Ardian yang melihat sahabatnya seperti satwa langka dari negeri China.
"Hadeh... ngantuk nih bre. Dua minggu ngurus kasus sendirian. Mana cuma kasus receh lagi." jawab Rendy yang duduk dan meyandarkan kepalanya ke meja makan.
"Tapi yang penting klien puas dengan jasa kita kan? Sekalian juga bisa ngasi paham masyarakat untuk tidak terlalu takut dengan makhluk ghaib..." ujarnya pelan sambil memesankan kopi hitam buat Rendy.
"Iya bre. Tapi berat amat ya nih mata, pengen tidur di kos tapi sayang kalau bolos. Elu tau sendiri absensi itu di hitung..." Rendy pun menghela nafas panjang, berusaha untuk tidak menutup matanya.
Melihat kondisi Rendy yang tanpa henti menyelesaikan kasus ghaib, Ardian yakin bahwa dia harus mengambil langkah ini dalam waktu pendek.
"Tiga hari... tiga hari lagi kita adakan pertemuan. Gue, elu sama Putriani di kantor. Ada rencana yang harus kita bangun..." ujarnya yang di jawab Rendy dengan ancungan jempol sebelum dia mendengkur di atas meja.
"Ya elah... nih bocah malah molor. Absensi lu gimana woy?"
...************...
Tiga hari telah berlalu, dan selama itu Ardian lah yang sendirian menangani kasus-kasus baru meskipun receh. Dia membiarkan Rendy untuk fokus kuliah dan istirahat demi menjaga kesehatan dan nilainya.
Sekarang, Agensi Detektif Hantu sedang mengadakan sebuah pertemuan penting yang di hadiri oleh Ardian sebagai CEO, Rendy sebagai Detektif dan Putriani sebagai Sekretaris.
Ardian memulai pertemuan saat berkata...
"Seperti yang kalian tahu, popularitas Agensi kita semakin naik sedangkan cuma ada gue sama Rendy yang bisa di andalkan untuk menyelesaikan kasus dari klien. Nur tidak termasuk, karena dia masih magang dan bukan pekerja pokok di sini."
Rendy dan Putriani mendengar dengan seksama karena ini kali pertama di adakan pertemuan untuk membahas perkembangan bisnis mereka.
"Jadi maksud lu, kita harus cari karyawan baru?" tanya Putriani sambil memutar pulpen di jari jemarinya.
"Iyap... biar kita gak terlalu kerepotan pas banyak kasus baru masuk. Kita juga harus siap untuk ngembangin bisnis ini..."
"Kira-kira butuh berapa orang, Ar?" sekarang Rendy yang bertanya.
"Sekitar 2 atau 3 orang, kita juga udah ada Nur meski belum berpengalaman. Setidaknya, kita butuh orang yang setara gue atau Rendy, kalau pun tidak, seenggaknya mendekati kemampuan kita lah..."
"Hadeh, susah ini..." ujar Rendy yang menyandarkan tubuhnya ke sofa.
"Tidak semua orang punya karunia seperti kalian, kalaupun ada belum tentu mereka mau bergabung." ucap Putriani menyampaikan pendapat.
"Dan tidak sembarang orang bisa kita percaya. Jika ada orang baru masuk, bisa jadi mereka akan memanfaatkan kita." Ardian ikut berpendapat.
Mereka bertiga menghela nafas panjang serentak, merasa bahwa menambah pekerja hanya akan menambah masalah.
"Tetapi Agensi kita tidak akan pernah berkembang jika terlalu memikirkan resiko dan skenario terburuk. Mau tidak mau, kita harus tetap maju dan jika salah di tengah jalan, tinggal kita koreksi..." ujar Rendy dengan tatapan fokus ke arah kedua sahabatnya.
Ardian dan Putriani saling memandang satu sama lain, sebelum mereka tersenyum lebar.
"Pola pikir lu sering sengklek tapi soal ini gue setuju sama elu, Ren." ujar Ardian dengan bangga.
"Gue baru tahu kalau Rendy bisa sebijak ini... meski sering konslet pikirannya." sahut Putriani dengan anggukan.
"Kalian kalau mau memuji gue bisa gak tanpa ngatain dulu?!" tanya Rendy yang mengacungkan jari tengah.
Ardian dan Putriani saling memandang sebelum berkata serentak, "Enggak..."
"Wah... anji-"
"Sabar bro. Kita berdua cuma bercanda, ya kan, Put?"
"Iya... baperan amat sih elu, Ren."
"Yakin nih kalian cuma bercanda?"
"Enggak..."
"Wah... anji-"
Ardian dan Putriani pun tertawa keras karena telah berhasil membully Rendy, dan dia juga ikut tertawa bersama demi menikmati kebersamaan mereka.
Namun, Ardian tiba-tiba diam dengan wajah serius...
"Oke... sekarang fokus kita adalah untuk mencari orang-orang dengan karunia yang bisa di andalkan. Bagaimana caranya?"
"Brosur?" saran Rendy.
"Terlalu polos..."
"Membuat loker?" Putriani ikut memberi saran.
"Terlalu jauh... kita juga perlu yang bisa di pantau. Ada ide lain?"
"Bagaimana kalau dalam lingkup kecil saja. Kita buat brosur dan di tempelkan di kampus? Kita cari dari mahasiswa atau teman-teman seangkatan?" saran Putriani yang di pikirkan pelan oleh Ardian.
Kemungkinan besar, memang lebih baik jika pekerja Agensi Detektif Hantu datang dari kampus mereka, selagi mudah di pantau dan jika ada apa-apa akan lebih cepat penanganannya.
"Boleh juga idenya put. Gimana pendapat lu, Ren? Setuju gak?"
"Gue ikut aja..." jawab Rendy yang di setujui Ardian dengan anggukan.
"Put, berapa tabungan Agensi kita selama ini?" tanya Ardian yang ingin memberi sebuah rencana lain.
"Kalau gue lihat dari laporan terakhir, ada uang sekitar 20 jutaan. Memangnya ada apa?" tanya Putriani bingung karena memang dana itu adalah uang dingin.
"Kita patenkan usaha kita, sekaligus di ansuransikan agar kalau ada skenario terburuk bisa tercover. Kira-kira uang segitu cukup tidak untuk mengurus keduanya?"
Putriani pun langsung menghitung di luar kepalanya, jari jemarinya seperti mengetik sesuatu di udara.
"Hmmm... untuk biaya ini itu di tambah dengan berkas-berkas... lalu buat pendaftaran ansuransinya..." guman Putriani sebelum melanjutkannya, "Iya... cukup sepertinya."
"Sip, gue serahin ke elu, Put." ujar Ardian dengan senyum tipis.
Putriani tersenyum lebar sumringah karena merasa di andalkan oleh Ardian, pekerjaannya sebagai sekretaris terkadang membuatnya insecure, merasa tidak pantas bekerja di sini.
Ardian pun juga sadar, bahwa Putriani lebih cocok untuk pekerjaan non-ghaib karena kepintarannya, kecantikannya dan tubuhnya yang seperti model, bisa menggaet relasi yang di butuhkan untuk perkembangan Agensi.
Segala urusan non-ghaib, Putriani akan menghandle semuanya.
"Ren... tugas lu sekarang magerin nih kantor, untuk alesannya nanti gue jelasin. Habis itu, bikin brosur dan print beberapa lembar pertanyaan untuk tes masuk Agensi kita..."
"Siap bossku, mumpung gue punya kenalan kang fotokopy di samping kampus... semua bisa di atur."
Ardian juga kagum dengan Rendy yang memang mudah untuk mencari teman, relasinya dengan mahasiswa lain pun luas, dia bisa memanfaatkan itu untuk mencari cari calon pekerja Agensi Detektif Hantu.
"Bagus... sekarang gue akan handle kasus-kasus selama kalian tidak ada di kantor. Alihkan semua panggilan telepon ke hp gue, Put, karena gue juga akan cari relasi buat bekingan kita."
"Oke dah... emang elu mau kemana?"
"Ada dua orang yang bisa di ajak kerja sama. Dari segi medis, koneksi kita dengan Dokter Herlambang berjalan baik, tetapi dari segi keamanan, kita butuh intansi pemerintah..."
"Maksudnya?" tanya Putriani lagi.
"Kalian nanti juga tahu..."
Mereka bertiga lalu melaksanakan tugas masing-masing demi mengembangkan bisnis Agensi Detektif Hantu.
Putriani bertugas untuk mematenkan serta mendaftarkan bisnis ini ke ansurasi, Rendy memagari gedung dan mencetak brosur serta ujian masuk ke dalam Agensi, Ardian pribadi menangani kasus-kasus baru yang masuk ke handphonenya.
Tak terasa, satu minggu pun berlalu.
Handphone Ardian berdering saat ia sedang istirahat di kos, banyak kasus yang telah ia selesaikan meski waktu tidurnya menjadi minim.
"Halo, dengan Agensi Detektif Hantu..." ucap Ardian saat menerima panggilan tersebut.
Lalu suara seorang bapak menjabarkan keluhannya kepada Ardian yang membuatnya sontak kaget dengan kata terbuka membelalak.
"Apa!? Bapak yakin!?"
Tanpa dia ketahui, masalah mulai datang ke dalam Agensi Detektif Hantu.