Wanita Tangguh

Hari sudah semakin larut, tidak ada lagi satupun manusia yang sedang beraktivitas, semuanya telah mengistirahatkan diri agar bisa kembali bekerja pada keesokan hari. Namun tidak pada seorang gadis yang berada di dalam salah satu kamar dirumah yang mewah nan megah ditengah ibu kota itu.

Sedari tadi ia terus menangis tiada henti, ini sudah yang kedua kalinya ia dilecehkan. Tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa pada dirinya sendiri, ia menangis sejadi-jadinya merutuki nasibnya yang sangat buruk dan ketidak berdayaannya dalam menghadapi manusia seperti Anggara.

Drrttt… Drrttt…

Tiba-tiba saja handphone nya yang berada diatas meja disamping tempat tidur berdering. Entah siapa yang menelponnya tidak tahu waktu seperti ini. Abel mengambil handphone nya dan melihat siapa yang memanggil, dahi nya berkerut karena tak mengenali nomor telepon tersebut.

Ia kembali meletakkan handphone nya ke meja. Tidak ingin merasa terganggu hanya karena panggilan yang entah dari siapa. Satu kali, dua kali, tiga kali handphone nya terus dipanggil dengan nomor yang sama.

“Siapa sih” batin Abel kesal, segera ia menekan tombol hijau pada layar handphone.

‘Kenapa kau lama sekali mengangkat teleponnya!’

Abel dibuat terkejut, belum sempat ia berbicara tapi sudah keduluan sama yang menelponnya, bahkan sekarang ia sedang dimarahi yang ia sendiri pun tak tahu letak salahnya ada dimana.

“Maaf anda ini siapa?”

Pertanyaan Abel langsung menghentikan ocehan orang yang berada diseberang telepon, sepertinya ia baru sadar jika sedari tadi belum memperkenalkan diri.

‘Ah kau ini, aku bahkan sampai lupa memperkenalkan diri’

’Aku adalah ibunya Aisyah, tetangga disamping rumahmu’

Abel mengerutkan dahinya bingung, untuk apa tetangga samping rumahnya ini menelpon tidak tahu waktu, bahkan waktu sudah menunjukkan pukul 02.30 dini hari.

“Oh bu Aisyah, maaf Abel tadi tidak tahu kalau ternyata yang menelpon adalah tante”

‘Iya Abel tidak apa-apa, tante cuman mau menyampaikan sesuatu sama kamu bel’

“Tante mau nyampein apa ke Abel sampai nelpon tengah malam seperti ini”

‘Mmm.. Kau yang sabar ya bel”

Mendenger ucapan bu Aisyah membuat hati Abel tiba-tiba saja tidak enak dan tak karuan. Apa sebenarnya yang ingin bu Aisyah sampaikan?.

“Bisakah tante bilang pada intinya saja” kata Abel tak sabar.

‘Ayah dan ibumu sudah meninggal bel’

Duarrrrr…

Bagaikan disambar petir disiang bolong, Abel sangat terkejut mendengar penuturan dari mulut bu Aisyah, apakah orang tua ini bercanda?. Kemarin sewaktu ia menelpon orang tuanya mereka berdua masih baik-baik saja, bahkan ayahnya pun terlihat lebih segar dari yang sebelumnya.

“Tante, aku tau tante tetangga dekat ku, tapi Abel mohon jangan bercanda, itu semua tak mungkin” ia tidak bisa percaya begitu saja dengan apa yang ia dengar.

‘Bel, untuk apa tante bercanda masalah nyawa nak, tante berkata yang sebenarnya’

’Tadi sore saat ibumu pergi kepasar untuk membeli ikan, ibumu ditabrak lari sama mobil tidak dikenal dan meninggal ditempat’

’Sedangkan ayahmu yang mendengar berita tersebut langsung terkena serangan jantung dan meninggal pada saat itu juga. Maafkan tante yang telat memberitahukan padamu bel, tante takut kamu kenapa-kenapa disana saat mengetahui kabar duka ini’

Abel menatap kosong pada dinding kamarnya, panggilan telepon pun sudah dimatikan olehnya sedari tadi, lagi dan lagi cobaan datang kepadanya secara bertubi-tubi.

Separuh nyawanya sudah direnggut dan pergi meninggalkannya, air matanya mengalir semakin deras mengingat bagaimana perjuangannya selama ini, diperlakukan kasar, dilecehkan, bahkan mentalnya ikut dihancurkan.

Ternyata perjuangannya itu hanyalah sia-sia, orang tua yang sangat ia sayangi dan ia jaga kini justru meninggalkannya pergi untuk selama-lamanya. Takdir benar-benar mempermainkan hidup Abel.

Abel meremas dada dan mengepalkan tangan sebelah kirinya kuat. Penampilannya sekarang sunggguh seperti orang gila, ia menghantup-hantupkan kepalanya kedinding dengan sangat keras.

Kepalanya berucuran darah yang deras akibat luka yang sebelumnya kembali terbuka. Namun Abel tetap seperti orang yang kesetanan, ia tidak memperdulikan rasa sakit tubuhnya karena baginya sakit itu sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan rasa sakit yang ada dihatinya.

Namun setelah beberapa saat Abel tiba-tiba menghentikan gerakannya dan melihat pada beberapa kapsul obat yang berada diatas meja. Dengan sangat cepat tangannya mengambil dan meraup semua bungkus obat itu.

Dibukanya satu persatu obat-obat yang berdosis tinggi itu dengan tangan yang gemetaran. Mungkin jika dihitung total obat tersebut ada sekitaran tiga puluh kapsul. Dan entah ada pemikiran dari mana, semua obat dosis tinggi yang ia buka itu langsung ia makan semuanya secara bersamaan.

Kelakuan Abel benar-benar sudah diluar nalar, tidak ada satupun orang yang mengetahui akan kejadian itu karena semua orang sedang sibuk mengistirahatkan diri.

Hanya butuh beberapa menit saja selepas ia memakan semua obat dosis tinggi itu, badannya langsung ambruk dan mengeluarkan busa yang banyak dari mulutnya.