NovelToon NovelToon
Istri Pilihan Mommy

Istri Pilihan Mommy

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Ibu Pengganti / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua / Menikah Karena Anak
Popularitas:11.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

#TURUN RANJANG

Tiga tahun pasca sang istri meregang nyawa saat melahirkan putranya, Zeshan tetap betah menduda dan membulatkan tekad untuk merawat Nadeo sendirian tanpa berpikir sedikitpun untuk menikah lagi.

Namun, hal itu seketika berubah setelah Mommy-nya datang dan berusaha meluluhkan hati Zeshan yang telah berubah sebegitu dinginnya. Berdalih demi Nadeo, Amara menjanjikan akan mencarikan wanita yang pantas untuk menjadi istri sekaligus ibu sambung Nadeo.

Zeshan yang memang terlalu sibuk dan tidak punya kandidat calon istri pasrah dan iya-iya saja dengan siapapun pilihan Mommy-nya. Tanpa terduga, Mommy Amara ternyata merekrut Devanka, adik ipar Zeshan yang mengaku sudah bosan sekolah itu sebagai calon menantunya.

*****

"Ingat, kita menikah hanya demi Nadeo ... jangan berharap lebih karena aku alergi bocah bau ingus." -Zeshan Abraham

"Sama, aku juga alergi om-om bau tanah sebenarnya." - Devanka Ailenatsia

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

PLAGIAT/MALING = MASUK NERAKA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 08 - Demi Nadeo dan Uang Bulanan

Gaya-gayaan pesan dua porsi, ujungnya Zeshan yang habiskan. Mana sudah telanjur pesan lagi untuk sang suami karena dia pikir tidak akan kenyang jika hanya makan semangkok. Sungguh Devanka tidak menyangka sarapan paginya akan sedrama ini.

"Makanya jangan lapar mata, kegedean naffsu sih jadinya begitu."

"Bisa berhenti bahas itu tidak? Aku tidak pernah memaksa Kakak buat habisin ya tadi," protes Devanka tak terima tatkala Zeshan masih terus membahas perkara bubur yang memang sisa setengah.

"Sayang," jawab Zeshan membuang muka, sementara itu Devanka yang mendengar jawaban Zeshan hanya bersedekap dada. "Buburnya maksudku, bukan kamu," lanjutnya lagi.

"Iya tahu," balas Devanka tak ingin kalah, dia yang memang mengerti maksud Zeshan sejak awal jelas tak terima tatkala sang suami mengira dia salah paham.

"Dasar sok ganteng, kepedean banget jadi manusia, dia pikir aku bakal salah tingkah apa gimana?"

Ucapan itu jelas saja hanya Devanka ungkapkan dalam hati, mana mungkin dia melontarkannya di hadapan Zeshan. Walau memang dia berani, tapi Devanka tidak ingin melampaui batas.

Seperti yang telah ditekankan maminya, biar bagaimanapun Zeshan adalah suami. Sebagai seorang istri jelas saja dia harus menjaga sikap, terlebih lagi istri Zeshan sebelum ini adalah wanita lemah lembut dan bebudi luhur, jangan sampai buntelannya dilempar keluar karena kurang ajar, begitu pesan sang mami beberapa hari sebelum akad nikah.

Karena itulah, walau Zeshan cukup menyebalkan dan bicaranya terkesan kasar, pagi ini Devanka berusaha menahan emosinya. Khawatir jika Zeshan turunkan di jalan andai terlalu melawan.

"Jangan dibiasakan menyisakan makanan ... karena apa? Ada keberkahan di setiap makanan yang kita makan, tapi kita tidak mengetahui dimana letak keberkahan itu berada."

Devanka terdiam, sejenak memahami ucapan Zeshan yang begitu familiar di telinganya. "Ada hadits-nya, kamu cari tahu sendiri, aku takut salah," lanjut Zeshan lagi.

Tanpa menjawab, Devanka hanya mengangguk pelan dan kembali memalingkan wajah ke arah lain. Tidak ingin terlalu lama memandangi Zeshan yang hanya membuat hati Devanka semakin merindu.

"Satu lagi, di luar sana_"

"Ada sekian banyak orang yang tersiksa karena kelaparan ... jangan pernah menyia-nyiakan rezeki karena Tuhan benci orang-orang yang tidak bersyukur."

Bukan Zeshan yang melanjutkan, tapi Devanka sendiri dengan kalimat yang sama persis. Sampai-sampai, Zeshan menoleh ke arahnya. "Begitu, 'kan?"

"Hem, kamu tahu rupanya," ucap Zeshan begitu pelan dengan senyum tipis di sudut bibirnya.

"Tentu saja, kak Talita selalu bilang begitu dulu."

Sesuai dugaan, sumber ilmu mereka memang sama. Entah harus bahagia atau terluka, yang jelas keduanya kini terdiam beberapa saat dan saling menatap lekat.

"Tapi kalau tahu, kenapa tadi mubazir makannya?" Baru juga hendak tenang, suasana kembali memanas tatkala Zeshan mengungkit kesalahannya.

"A-aku tidak sengaja, biasanya aku habis kok ... cuma ya tadi aku laper banget, salah Kakak kenapa juga aku tidak diajak sarapan dulu."

"Woah, jadi maksudmu ini salahku, Devanka?" tanya Zeshan seolah tak percaya usai mendengar pernyataan Devanka yang justru memojokkan dirinya.

"Lah siapa lagi kalau bukan? Yang buru-buru check-out hotelnya siapa? Kakak, 'kan? Bukan security apalagi tukang sate depan hotelnya," timpal Devanka benar-benar tidak mau kalah, Zeshan yang berada di sampingnya hanya mengelus dada.

Kepalanya sedikit sakit, perkara bubur ayam ternyata jadi panjang dan jika dipikir-pikir memang benar salah dirinya. Zeshan yang tidak ingin pertikaian ini berlangsung lama memilih mengalah karena kini mereka hampir tiba di kediaman utama.

Menurut yang Zeshan ketahui, kedua orangtuanya ada di rumah karena menjaga Nadeo. Tadi malam juga ada Zain, kemungkinan sudah pulang, tapi dia berharap belum karena jujur saja ingin menghajarnya.

Begitu mobil berhenti, Devanka sudah lebih dulu turun. Suasana di tempat itu masih sama, tapi hari ini Devanka menginjakkan kaki dengan status berbeda. Bukan sebagai tante untuk Nadeo yang datang untuk mengunjungi keponakannya, tapi sebagai ibu sekaligus istri di rumah itu.

Rasanya agak aneh, tapi Devanka harus terima. Cukup lama dia terdiam memandangi rumah megah bernuansa modern klasik itu. Hingga, suara Zeshan menyadarkan lamunannya.

.

.

"Cepat masuk, Nadeo sudah menunggumu," ajak Zeshan seadanya dan berlalu lebih dulu. Devanka yang tadi sempat terbawa suasana, mendadak sebal seketika.

"Sabar, Devanka ... semua ini demi Nadeo dan uang bulananmu, ingat itu," batin Devanka membuang napas kasar beserta kekesalan yang menguar dalam dadanya.

Bersuamikan Zeshan adalah sebuah mimpi buruk sebenarnya. Walau memang dia akui, pesona Zeshan sebagai hot duda tak main-main, akan tetapi menjadi istri pria itu bukan cita-cita Devanka sama sekali.

Atas dasar itulah, dia tetap mengekor di balik punggung pria menyebalkan itu. Ketika memasuki pintu utama, Zeshan berteriak memanggil Nadeo dan orang-orang di sana.

"Ck, Bi? Bibi?!"

"Iya, Den!!" sahut wanita paruh baya yang tampak terburu menghampiri majikannya.

"Kok sepi? Nadeo kemana?"

"Den kecil ikut tuan besar ... katanya mau sarapan di luar," jelas Bi Rosmana.

"Sama Mommy juga?"

"Tidak, Nyonya ada di kamar Deo sepertinya."

"Ehm terus Zain mana?"

"Den Zain sekeluarga baru saja pulang, paling belum lima menit, Den," papar Bi Rosmana dan hal itu membuat Zeshan melayangkan tatapan tak terbaca pada Devanka yang sejak tadi berdiri di sampingnya.

Benar saja, ia terlambat dan penyebabnya ialah Devanka. Jelas sekali pria itu sebal, akan tetapi Devanka yang tidak tahu maksud suaminya memilih tak peduli sekalipun dia dianggap salah.

"Ya sudah, terima kasih, Bi." Zeshan memberikan izin untuk Bi Rosmana untuk berlalu dan melanjutkan pekerjaannya.

Kendati demikian, masalah tidak selesai di situ saja. Zeshan yang sudah bertekad pulang cepat demi membalaskan dendam pada Zain belum puas sebelum memukulnya. Sampai ke lubang semut, pria itu akan Zeshan kejar hingga dia memutuskan untuk berlalu keluar segera.

"Ehm, kamu naik lebih dulu ya, Kaka ada urusan di luar," pamit Zeshan baik-baik, caranya bicara juga agak lembut kali ini.

"Urusan?"

"Hem, terserah mau tidur lagi atau apapun itu, tapi yang jelas jangan acak-acak barangku, paham!" tegas Zeshan yang hanya Devanka tanggapi dengan anggukan.

Sedikit saja dia tidak tertarik untuk mengacak-acak barang pribadi Zeshan. Bahkan, jika bisa dia tidak akan masuk ke kamar Zeshan sekalian.

Begitu mendapatkan lampu hijau dari sang istri, Zeshan bergegas hendak pergi. Namun, sialnya baru juga beberapa langkah teriakan menggelegar Mommy Amara dari lantai dua.

"Sebentar saja, Mom, tidak akan lama."

"Tetap di sana, siapa yang mengajarkanmu main pergi-pergi begitu?"

"Mom aku_"

"Naik, antar Devanka ke kamar," titah Mommy Amara tak terbantahkan dan Zeshan jelas tidak memiliki kekuasaan untuk melawan.

Sehebat apapun dirinya, sebagai anak Zeshan tetap takut dan percaya Malin Kundang itu nyata. Begitu mendapat perintah, dia menuntun Devanka untuk naik ke lantai dua menuju kamar mereka.

Dengan disambut tatapan tak tebaca dari Mommy-nya tepat di atas tangga, Zeshan gugup sebenarnya. Terlebih lagi, sewaktu Mommy Amara justru senyum-senyum tak jelas.

Zeshan mengerutkan dahi lantaran bingung sendiri. "Mommy kenapa?"

"Matamu terlihat lelah, tadi malam begadang ya?" selidik sang mommy sembari tersenyum tipis.

.

.

- To Be Continued -

1
duoNaNa
🤣🤣🤣
bakalan kena bulli itu
Erna Okta
azka lg ngadepin saka, calon kakak iparnya dikemudian hari..🤭
duoNaNa
thor...cerita azkara di judul apa ya?
duoNaNa
keluarga lucu amat yakk 🤣🤣
duoNaNa
devaaannnn...gemes deh
Borahe 🍉🧡
hahah ingat jg Zain pernah diporotin Azkara belu motor hampir se M
Borahe 🍉🧡
Hudzai adalah cucu paling solehnya Mikhail
Borahe 🍉🧡
Kalau jargon Mikhail. " Papa tonjok mau"?
Borahe 🍉🧡
Hahahha masih aja ya
Borahe 🍉🧡
Ga salah anak si evan mmg darah mafia mengalir. hehehe
Irma Wangsa
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Adiasty
Buruk
duoNaNa
kayak aku thor manisnya....diiiihhh knp zeshan?
Phie Phien
Luar biasa
Danny Muliawati
shannum azkara sdh baca sist mksih
Danny Muliawati
ponakan q dlm kondisi hamil malah di operasi di ambil kusta nya Krn klo tdk di ambil rebutan nutrisi nya
Danny Muliawati
😆😄😁
Danny Muliawati
sadis yah tp mrk jg sadis SM zeshan
Danny Muliawati
smga zeshan BS tertolong d tusukan tdk membahayakan nyawa nya plis sist jangan meninggal
Danny Muliawati
menghibur d keren alur cerita sist semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!