NovelToon NovelToon
Binar Cakrawala

Binar Cakrawala

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Cintamanis / Teen School/College / Romansa / Slice of Life
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: And_waeyo

Binar jatuh cinta pada kakak kelasnya sudah sangat lama, namun ketika ia merasa cintanya mulai terbalas, ada saja tingkah lelaki itu yang membuatnya naik darah atau bahkan mempertanyakan kembali perasaan itu.

Walau mereka pada kenyataannya kembali dekat, entah kenapa ia merasa bahwa Cakra tetap menjaga jarak darinya, hingga ia bertanya dan terus bertanya ..., Apa benar Cakrawala juga merasakan perasaan yang sama dengannya?

"Jika pada awalnya kita hanya dua orang asing yang bukan siapa-siapa, apa salahnya kembali ke awal dimana semua cukup baik dengan itu saja?"

Haruskah Binar bertahan demi membayar penantian? Atau menyerah dan menerima keadaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 33. Rencana

Ketika sampai di rumah, Cakra bisa melihat kakaknya sedang berbincang dengan Lavanya di ruang tengah. Kemudian, Senopati menyadari kedatangannya. Arah tatapan lelaki itu menarik rasa penasaran Lavanya, sehingga dia juga menatap ke arah kedatangan Cakra.

"Gimana, Cak?" tanya Senopati setelah Cakra berada di dekatnya.

Tapi dilihat dari ekspresi sang adik, tampaknya tak berjalan lancar. Cakra menghela napas lalu menggelengkan kepala. "Binar bilang ... dia mau gue berusaha lebih keras, minta maaf doang semua orang juga bisa," ucapnya.

Senopati tertawa, membuat kerutan di kening Cakra muncul.

"Emang dasar tuh anak," ucap Senopati.

"Apa yang lucu?" tanya Cakra.

"Nggak ada. Pengen ketawa aja," jawab Senopati.

Cakra memutar kedua bola matanya. Ia menghempaskan diri ke sofa dan duduk lemas di sana. "Gue bingung," gumamnya yang masih bisa didengar Senopati dan Lavanya.

"Ini ada apa?" tanya Lavanya yang merasa tidak tahu apa-apa.

"Nggak pen---"

"Itu si Cakra, dia kan putus sama ceweknya. Mau minta balikkan katanya modal minta maaf doang, ceweknya pengen Cakra ngelakuin lebih," kata Senopati memotong ucapan Cakra.

Lavanya mangut-mangut sambil menggumamkan kata 'oh' panjang. "Kak Binar yang waktu itu datang ke sini, ya?" tanyanya.

Cakra menganggukkan kepala.

"Waktu itu kapan? Lo pernah ketemu dia?" tanya Senopati pada Lavanya.

"Pernah, dia ke sini mau ketemu Kak Cakra."

Lavanya mengalihkan pandangan pada Cakra. "Kenapa putus? Aku lihat waktu itu kalian kayak akur-akur aja, atau jangan-jangan ... Kak Cakra pelit juga ya sama kak Binar?" tanyanya sambil agak memicing.

"Ha?" Senopati melongo.

"Apaan. Bukan gitu juga, dasar sok tahu," gerutu Cakra pelan.

"Oh, aku kira Kak Cakra pelit juga sama ceweknya. Terus sekarang, Kakak mau ngapain?"

"Gue nggak tahu. Lagi nyari cara."

Lavanya kembali menganggukkan kepala. "Menurut aku, cari tahu sesuatu yang kak Binar suka. Terus hadiahin itu ke dia sambil minta maaf lagi."

Kening Cakra dan Senopati sama-sama mengernyit.

"Bukannya dia suka sama Korea-Korea itu ya?" Senopati bermonolog.

Cakra menoleh pada kakaknya. "Iya, terus?"

"Beliin dia merch yang identik sama grup k-pop idolanya. Saran aku sih beliin light stick aja, atau album, pasti kak Binar suka!" kata Lavanya.

"Ha? Light stick? Tongkat cahaya?" tanya Senopati polos.

"Ck, kalian searching aja di internet, aku malas jelasin. Tapi, kalau dia fans garis keras sih, beliin light stick juga bisa aja percuma karena mungkin kak Binar udah punya."

"Apaan sih anjir gue nggak ngerti?" kata Senopati kesal.

"Yaudah, Kak Seno diam aja," ucap Lavanya.

Senopati mencibir dan menjitak jidat gadis itu, membuat Lavanya meringis. Kemudian, gadis itu mengusap jidatnya sambil merengut.

Kening Cakra mengernyit. "Sejak kapan kalian seakrab ini?" tanyanya.

"Sejak tadi," jawab Lavanya.

"Daripada pusing, tanyain aja langsung dia maunya apa," kata Senopati.

"Percuma! Aku yakin kak Binar pasti bakal jawab gini, 'pikir aja sendiri!' karena itu juga salah satu jawaban pamungkas cewek!" ujar Lavanya.

"Nggak gitu juga. Tadi udah nanya dia mau apa, tapi nggak dapat petunjuk."

Lavanya menatap Cakra, keningnya mengernyit dalam selama beberapa saat. Lalu, kedua mata gadis itu membulat.

"Aku ada ide!" serunya antusias.

"Apa?" tanya Senopati.

"Nggak usah lah. Pasti nggak bener!" kata Cakra.

"He! Dengar dulu, baru komentar!" ucap Lavanya jadi galak.

"Iya Cak, dengar dulu. Sini!" kata Seno.

Cakra mendecak singkat, mau tak mau mendekat. Lavanya tersenyum melihat itu, ia mulai menjelaskan ide yang muncul di kepalanya secara rinci. Kening Cakra dan Senopati sesekali mengernyit, mereka tak memotong penjelasan Lavanya. Keduanya hanya mendengarkan.

"Gimana?" tanya Lavanya setelah ia menjelaskan panjang lebar.

"Boleh juga sih. Bagus tuh," ucap Senopati.

"Bagus sih bagus. Tapi gue---"

"Halah, Cak! Berkorban dikit buat Binar kenapa sih?" kata kakaknya.

Cakra meraup rambut frustrasi. Lalu menggaruk kepalanya. Sebelum akhirnya, ia mengangguk sembari menghela napas.

"Oke! Jadi kita kasih nama apa operasi ini?" tanya Lavanya.

"OCB2 alias operasi Cakra Binar balikan," celetuk Cakra.

"Geli banget." Senopati sewot.

"Emang iya, kan?" kata Cakra.

"Tahu."

"Udah lah, Kak Seno nggak usah protes! Jadi, ayo kita mulai OCB2!" kata Lavanya antusias.

"Thanks, Lav," kata Cakra pada gadis itu tiba-tiba.

"Ha?"

"Thanks udah mau bantuin gue, maaf juga atas perlakuan gue ke lo selama ini yang mungkin kurang menyenangkan."

Rongga dada Lavanya menghangat. Ia tersenyum lebar sampai deretan gigi putihnya yang berbaris rapi terlihat.

"Iya, nggak papa kok! Tapi, aku akan benar-benar maafin Kak Cakra kalau Kakak beliin coklat Dubai buat aku!" kata gadis itu sambil nyengir.

Cakra langsung memutar kedua bola matanya malas. "Ya, lain kali," ucapnya tak ikhlas.

"Dua loh, sama yang waktu itu belum ditepatin!"

"Iya, bawel amat."

Lavanya tersenyum senang. Sementara Senopati, ikut tersenyum melihat itu. Meski dalam hati merasa sedih, ada banyak yang telah ia lewatkan, jarak membuat kebersamaannya dengan sang adik berkurang. Sungguh amat sangat berkurang.

***

Terakhir kali Pelangi pernah bilang bahwa Binar adalah contoh manusia yang ia kenal dengan mood yang paling mudah berubah, karena itu seratus persen dengan kenyataannya. Mungkin memang banyak hal yang Binar alami dalam sehari sampai mood-nya bisa berubah-ubah dengan begitu cepat.

Kali ini, Binar meminta Pelangi untuk menginap lagi. Katanya, ada yang gadis itu ingin ceritakan dengannya. Ia datang dijemput salah satu sopir Binar karena katanya biar cepat. Kali ini, Pelangi bersiap dulu, ia membawa seragam sekolah, buku pelajaran, dan alat-alat sekolah lain untuk esok.

Lalu sekarang, Pelangi sudah berada di kamar Binar. Dibuat ngeri sekaligus bingung menyaksikan gadis yang katanya ingin bercerita padanya, malah senyum-senyum sendiri sambil sesekali menutup wajah atau memegangi kedua pipinya yang memerah dengan malu-malu.

Apa ini efek putus cinta? Pelangi bergidik. Tapi jika putus cinta, Binar tak akan terlihat seperti saat ini. Jika saja tak ingat kalau temannya ini baru putus. Ia pasti sudah menjitak kening gadis itu.

"Kenapa sih, Bi? Jangan malah mesem-mesem," ucapnya heran.

"Gue nggak tahu harus mulai dari mana, aaa pokoknya gemas huhu. Gue nggak kuat, gue butuh oksigen!"

Binar menidurkan diri, ia menutup wajah dengan kedua tangannya. Kemudian menendang-nendang ke udara dengan gemas.

Tuh, kan apa Pelangi bilang! Kemarin Binar pendiam dan kelihatan sedih banget. Sekarang sudah begini lagi. Ya, ia bersyukur kalau Binar sudah senang lagi. Tapi, apa harus ia seorang yang menyaksikan ke-random-an Binar? Pelangi merasa hampir tak kuasa menghadapi tingkah temannya itu.

"Apaan sih, Bi?!" ucap Pelangi lama-lama kesal juga.

1
anggita
biar ga cemburu terus, kasih like👍+iklan☝.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!