Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KESAN PERTAMA YANG BURUK
Rere mengulurkan tangannya kedepan Romeo sambil menyebutkan nama. Alih alih mendapatkan sambutan hangat, Romeo malah memberikan tatapan tak sukanya.
Merasa tangannya tak bersambut, Rere menarik kembali sambil melihat kearah Haikal.
"Meo." Seru Haikal yang kurang suka dengan sikap yang ditunjukkan adiknya.
"Kau yakin mau menikahinya?" Tanya Romeo sinis sambil menatap Rere. Tatapan itu sangat tajam, sampai sampi Rere menunduk karena merasa tak nyaman.
"Apa maksudmu bicara seperti itu?" Haikal terlihat kesal.
"Lebih baik pikirkan dulu." Setelah mengatakan itu, Romeo pergi begitu saja. Kembali menaiki tangga menuju kamarnya. Tapi saat berada ditangga teratas, dia menoleh kebelakang. Menatap tak suka kearah Rere yang kebetulan juga sedang menatapnya.
Haikal merasa tak enak hati pada Rere. Pertemuan pertama dengan adiknya, malah seperti ini. Padahal dia membujuk adiknya pulang agar bisa kenal dan dekat dengan Rere seperti sebuah keluarga.
"Maafin Romeo ya Re. Mungkin dia lagi jet lag, jadi bad mood."
"Kamu sadar gak sih Yang, adik kamu kayak gak suka sama aku."
Haikalpun merasa seperti itu. Tapi dia tak mau membuat Rere sedih. "Hanya perasaan kamu saja." Ujar Haikal sambil mengusap lembut lengan Rere.
Haikal merasa lega saat ibunya datang. Dia pikir Rere tak akan membahas soal sikap Romeo lagi, tapi ternyata dia salah. Bu Risa malah menanyakan tentang Romeo.
"Udah kenalan sama Meo?"
Haikal mendesisi pelan, kenapa harus membahas itu sih.
"Udah Bu." Sahut Haikal sambil tersenyum.
"Terus, dimana Meo nya, kenapa gak ikut kumpul disini?"
"Oh iya, Haikal hampir lupa, undangannya udah jadi. Haikal ambil dimobil sebentar ya." Haikal berusaha mengalihkan topik. Dia lalu meninggalkan dua perempuan kesayangannya itu untuk kemobil mengambil undangan yang udah selesai dicetak.
Dikamarnya, Remeo melampiaskan kekesalan dengan melemparkan bantal serta guling yang ada diatas ranjang. Ada apa ini? Kenapa keluarganya jadi seperti ini?
Diantara jutaan atau bahkan miliaran wanita didunia, kenapa harus anak tiri papanya yang akan dinikahi Haikal? Dan ibunya, kenapa ibunya memberi restu.
Romeo teringat belasan tahun silam. Saat itu ayahnya datang bersama dengan seorang wanita dan anak perempuan.
"Beri salam pada tante Diana, dia sudah menjadi ibumu sekarang?" Romeo memalingkan wajahnya. Tak sudi dia harus menyapa apalagi mencium tangan pelakor itu.
"Romeo!" Bentakan itu tak membuat Romeo takut, tapi justru gadis kecil yang digandeng pelakor itu yang menangis karena kaget sekaligus takut.
"Sayang, mamafin ayah ya, jangan takut." Romeo mengepalkan tangannya saat melihat dengan mata kepalanya sendiri ayah kandungnya membujuk gadis kecil itu. Ayahnya terlihat lebih sayang pada anak tiri yang bukan darah dagingnya daripada dirinya maupun Haikal.
Tok tok tok
Ketukan dipintu membangunkan Romeo dari lamunanya. Dia melihat ibunya masuk. Wanita paruh baya itu, duduk disamping Romeo yang saat ini duduk disisi ranjang.
"Ada yang Meo ingin bicarakan dengan Ibu." Romeo tak sabar ingin tahu apa alasan ibunya menyetujui pernikahan Haikal.
"Ibu sudah dengar dari Haikal. Kenapa kamu bersikap seperti itu pada Rere, calon kakak iparmu?"
Romeo berdecak sebal. Kenapa jadi dia yang tampak seperti pesalah saat ini? Apa ibunya juga sudah mulai menyayangi anak pelakor itu?
"Kenapa Ibu merestui hubungan Haikal dengan perempuan itu?"
Bu Risa mengernyitkan dahi. Dia bisa melihat ketidak sukaan Romeo pada Rere, persis seperti apa yang dikatakan Haikal tadi.
"Kenapa kau seperti membenci Rere Meo? Rere itu gadis yang sangat baik. Jangan terburu buru membencinya sebelum mengenalnya."
Aku bahkan tak sudi mengenalnya.
"Apa ibu tak keberatan dengan latar belakang keluarga wanita itu?" Meski Remeo tahu jika namanya Rere, tapi dia enggan menyebut namanya.
Bu Risa meraih tangan Romeo lalu menggenggamnya. "Keluarganya memang tak sekaya kita, tapi mereka keluarga baik baik. Ibu sudah mengenal ayah Rere sejak ibu muda. Dia teman baik Om Galih, dulu bahkan sering main kerumah pas SMA."
Apa maksud ibu? Sudah mengenal ayahnya dengan baik? Apa mungkin yang dia maksud ayah kandung Rere?
"Kalau ibunya?"
"Ibu juga kenal baik dengan ibunya. Kami bahkan beberapa kali bertemu untuk masak bersama."
Apa itu artinya, ibu sudah berdamai dengan pelakor itu?
"Tante Jia itu baik orangnya, cantik seperti Rere, nanti ibu tunjukkan fotonya yang ada diponsel ibu."
"Na, nama ibunya, Jia?" Romeo mendadak merasa gelisah. Yang dia tahu, nama ibu tirinya adalah Diana.
"Iya Jia, kenapa?"
Bu Risa lalu memberikan undangan pernikahan Haikal dan Rere yang dia bawa.
"Barangkali kamu ingin mengundang teman atau pacar kamu? Dibawah masih ada banyak, kamu bisa ambil sesuai yang kamu butuhkan, Haikal dan Rere tak keberatan kamu mau mengundang siapa saja."
Dengan tangan bergetar, Romeo membuka undangan tersebut. Fokus matanya tertuju pada nama orang tua Rere. Disana tertulis, putri dari Bapak Tomas dan Ibu Jia. Tidak, ini jelas bukan nama pelakor itu. Dan yang dia tahu, suami pelakor itu sudah meninggal, tapi tak ada tulisan alm diundangan.
Apakah aku sudah salah orang?
Romeo tak tenang, dia ingin tahu kebenarannya saat ini juga. Dia memaksa ingin melihat foto orang tua Rere. Dia bahkan sampai mengantar ibunya kekamar untuk mengambil ponsel. Dan betapa syoknya dia saat tahu, jika Rere ternyata bukan anak pelakor itu.
Gina?
Rahang Romeo mengeras dan kedua tangannya mengepal kuat. Dia baru tahu jika Gina ternyata sudah menipunya. Tapi apa yang mendorong Gina melakukan itu?
"Meo, kamu mau kemana?" Tanya Bu Risa saat putranya itu pergi dengan tergesa gesa. Romeo yang sedang marah besar, tak menjawab pertanyaan ibunya. Dia mengambil kunci mobil milik Haikal yang ada diatas meja.
"Aku pinjam bentar." Ujarnya lalu pergi begitu saja.
"Mau kemana?" Teriak Haikal yang bingung dengan kelakuan adiknya.
Romeo mengabaikan pertanyaan Haikal. Saat ini, dia hanya ingin cepat cepat bertemu Gina untuk minta penjelasan.
"Gina, buka pintunya Gina."
Tok tok tok
Romeo berteriak teriak didepan apartemen Gina sambil menggedor pintu dan menekan bel berkali kali.
selamat meo n rere 💐🤗
momen yg dinanti reader, pengakuan Romeo, dan akhir cerita kisah Romeo nd Rere /Slight/
deg-degan juga menuggu momen itu 🙁