Divya G. Ratore gadis cerdas lulusan luar negri. Ia mempunyai karir yang cemerlang. Tidak dengan cintanya.
Ia selalu saja mengalah ,memberikan cintanya kepada orang lain. Sebenarnya ia sangat capek menjalani nya. Setelah selesai masalah yang satu, munculah yang lainnya. Divya lelah, sampai sampai ia berniat tidak ingin berkomitmen lagi.
Namun, siapa sangka Divya tiba - tiba di jodohkan dengan orang ia kenal. Namun, naas awal pernikahan nya sudah dimasuki oleh orang ketiga . Dan si*lnya orang ketiga itu tengah hamil janin milik suaminya. Kejadian itu ,ia bertemu dengan pria asing tapi, seperti orang yang kenal lama.
Akankan Divya bertahan dan menerima bayi dari wanita lain suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Anggraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tragedi Pernikahan Yovan dan Vina
Yovan dan Vina tengah sibuk mempersiapkan acara pernikahan mereka. Tentunya di adakan di aula Apartemen.
Semua keluarga Yovan maupun Vina datang. Mereka menginap di apartemen anak nya masing-masing.
" Aduh mamah, kenapa bawa petai sama jengkol segala si, mau bikin apa? Aku dan mas Yovan sudah memesan di restoran apartemen," ucap Vina jengkel. Ibunya membawa makanan dari kampung nya.
" Apa salahnya, ini kan hari kamu, sudah susah payah kami membawanya. Kamu seharusnya bersyukur! Pokoknya bapak tidak mau tahu, kamu harus membawanya ke parasman an ! Siapa tahu para tamu akan menyukainya," pak Epen ayahnya Vina.
" Tapi.."Vina hendak menolak. Namun, dicegah oleh Ibunya.
" Bener kata bapakmu nak. Selera orang kan berbeda - beda. Kalaupun tidak ada yang minat, setidaknya makannya lengkap khas Indonesia, sambal dan lalapan. Untuk sambalnya ibu dan uwa mu yang akan bikinkan!"ucap ibu Peni. Vina tidak bisa membantah ibunya. Sehingga , ia mengangguk saja kepada apa yang ibunya ucapkan.
" Toh tidak salahnya ya kan, paras kanan ku elit dan lengkap. Pasti si Divya akan sangat iri. Aku akan menikah dengan mas Yovan," batinnya terkekeh. Dia tidak tahu bahwa Divya juga sudah menikah dengan Dhaki. Namun, pernikahan nya sudah dimasuki setan buncit.
" Terserah mamah saja lah. Tapi, pasti mamah akan sangat capek nanti malam," ucap Vina menghawatirkan ibunya.
"Tidak masalah, toh hanya membuat sambel untuk nikahan putri ibu yang cantik ini kok," Peni mencubit dagu putrinya gemas.
Putri sulungnya akan segera menjadi istri orang. Walaupun, selama dua tahun ini mereka berpisah. Namun, tetap saja dia akan sangat merindukan putrinya.
" Sekarang , istirahat gih!" suruh Peni kepada putrinya. Vina mengangguk . Saat hendak menuju kamar nya. Tiba - tiba ada yang menabraknya.
" Aduh!" pekiknya juga seorang anak kecil yang menabraknya.
" Pepen! Ngapain kamu berlarian di rumah teteh hah! Jadi sakit kan,"Vina memarahi adiknya yang masih berusia 7 tahun.
" Maaf teteh, aku dan Agus sedang bermain kejar - kejaran teh," wajah Pepen memelas begitu pula dengan Agus adik nya yang bungsu berusia 6 tahun.
" Sudah, jangan lari - lari lagi kalau jatuh kan kalian yang ngerasain ya sendiri,"cibir Vina kembali melangkah kedalam kamarnya.
" Saya terima nikahnya Vina Syafia binti Epen dengan maskawin 5 gram emas dan seperangkat alat solat dibayar ...."ucap lantang Yovan.
" Sah.."
Seru para saksi. Dan tentunya Divya juga hadir begitu pula dengan Aldona dan Dhaki. Namun, mereka terlihat berpencar.
" Wah Dona, perut ku sudah makin besar ya. Ngomong - ngomong dimana suami mu? " tanya Aini melihat Aldona dengan perut besarnya. Dia tidak mendapat undangan dari pernikahan Aini. Sehingga, tidak tahu suami Aldona yang mana.
" Eh, kamu menikah sama siapa? Kok sudah hamil gede saja," Lusi datang dengan Windi. Nindi dan Jennifer ada di belakangnya.
" Iya nih, kok ngak ada kabarnya ya kamu nikah? Kamu juga Ngilang dari kantor selama 4 bulan," Timpal Nindi.
Aldona yang di berondong i oleh pertanyaan oleh rekan kerjanya itu bingung mau menjawab apa. Pasalnya, ia belum pernah menikah dengan siapapun.
" Eh, 4 bulan Ngilang ya. Atau jangan-jangan, kamu hamil diluar nikah ya Don. Makannya dirahasiakan sampai empat bulan," celetuk Nindi dengan tebakan benarnya. Namun, tentunya melukai hati Aldona.
" Jangan sembarang bicara ya kamu Nin! Ak- aku nikahnya diam - diam kok. Suamiku juga ada, lagi dinas," ucapnya berbohong. Padahal ia belum menikah dan ayah dari banyi nya memang ada di sekitar an mereka.
" Oh.." Nindi ber- oh ria. Begitupun dengan Lusi, Windi, dan Jennifer.
" Siapa nama suamimu?" tanya Nindi kemudian, ia sangat penasaran.
" Adalah, yang pasti dia sudah menjabat sebagai Jendral manajer," ucapnya keceplosan. " Eh, maksudku direktur perusahaan nya sendiri," lanjutnya ngarang.
"Cik, sombong sekali kamu!" cibir Lusi kemudian, berlalu dari sana. Diikuti Sindir , dan Jennifer seperti buntutnya.
" Awas, laki orang!" Nindi berlari takut di tempiling Aldona yang wajahnya sudah memerah.
" Kamu itu yang tidak dinikah- nikahan sama si Bian tuh. Jangan - jangan Bian punya banyak simpanan lagi!" teriak Aldona kesal.
Langkah Nindi berhenti. Ia berbalik , mendekati Aldona lagi dan...Pluukkk...
Perut Aldona di pukul lumayan keras oleh Nindi. " Nanti kalau kamu lahir, semoga saja ayahmu bukan suami orang," ucapnya enteng.
Sedangkan yang dipukul perutnya memekik kaget. " Ahhh, Nindi sial*n!" pekiknya mendengar ucapan Nindi yang benar adanya. Ayah bayinya yang tidak lain adalah Dhaki suami orang yaitu Divya.
" Bwahahahahahahaha.. Tuh kan marah,"Tawa Nindi membahana , telunjuknya ia tunjukkan ke wajah Aldona yang memerah.
" Jangan-jangan benar ya, ayah bayi mu suami orang, " tanpa menunggu jawaban dari Aldona, Nindi, berlalu dari sana.
" Nindi!" teriak Aldona membuat semua tamu undangan menoleh kearah nya heran.
***
" Wah makannya kok ada sampe , Pete jengkol , daun singkong, juga ada ,sayur bening dan kerupuk udang. Eh, ada makanan elit juga tuh. Rendang daging sapi, ayam goreng, ikan bakar, chicken KFC. Pizza, burger, spaghetti, eh apa tidak basi ya, heheh, " ucap Nindi terkekeh memegang piring. Melihat parasman yang berisi lalapan juga ada makanan kota.
" Ini konsepnya gimana si, makanan mix elit and perkampungan, heheh," lanjutnya masih terkekeh. Windi menyenggol lengan Nindi.
" Sut! Jangan bicara aneh - aneh! Kalau kedengaran Lusi, kamu bisa di adukan kamu sama Vina loh," Windi mengingat kan. Ucapannya benar Lusi suka mengadukan mereka. Walaupun, sebagai sahabat sendiri.
Dirinya juga sama dengan Lusi sebenarnya.
" Biarkan aja lah, kan bagus judul konsep parasman ku," Nindi mulai menyendokkan nasi saja dengan sayur bening. Tidak lupa dengan kerupuk udangnya.
" Dah ah ,mau makan , duluan ya!" pamit Nindi kepada Windi dan Jennifer.
"Astagfirullah," pelik Jennifer yang melihat isi piring Raka. Seperti gunung saja, semua makanan dimasukan kedalam satu piring .
" Apa itu muat?" tanya Jennifer polos. Raka tersenyum ke arah Jennifer. " Tentu saja muat dong," jawabnya.
Windi, dan Jennifer menggeleng-gelengkan kepalanya .
"Selamat ya!" ucap Divya yang memberikan ucapan selamat kepada pengantin.
" Cih, pasti hatimu remuk ya, mas Yovan akhirnya menikahi ku, " ucap Vina jumawa. Seraya dia pemenangnya.
Divya hanya tersenyum. Kemudian, berlalu dari sana setelah mengucapkan selamat.
" Sudahlah dek! Jangan begitu sama tamu!" nasihat Yovan.
" Alah mas ,bilang aja kamu masih punya hati sama si Divya. Jadi, kamu tidak mau melihatnya sakit hati kan?" tuduh Vina.
" Terserah kamu aja dek," Yovan mengalah saja dengan istrinya. Entah kenapa ia merasa tidak bahagia atas pernikahan nya dengan Vina. Padahal, ia sangat mencintai Vina.
Sesi salam - salaman tiba. Semua memberikan selamat kepada pasangan pengantin Yovan dan Vina.
Giliran Bian dan kawan-kawan. Tangan Bian bergandengan dengan Nindi yang masih membawa piring makan.
"Selamat ya Yo, semoga lekas diberi momongan!"ucap Bian kepada pengantin.
Nindi masih lahap memakan buah dengan mayones. Nindi mendengar tunangannya memberikan dia kepada pasangan pengantin itu, ia ikut bicara.
" Bukannya sudah ya! Udah lah yang, mereka gak usah di doain supaya cepat diberi momongan. Orang si Vina udah isi juga !" ucapnya santai , kembali Nindi memakan buah apel dengan saus mayones.
Ia sahabat Vina juga, tentu saja ia tahu keadaan sahabatnya.
Vina yang mendengar itu membulatkan matanya. Menatap Nindi tajam.
Bian mendengar penuturan kekasihnya , menoleh kearah Nindi lalu bertanya.
" Yang bener sayang?" Nindi mengangguk.
" Wah Bro, selamat ya Yo! Selamat nya double nih, udah nikah dan udah dapat calon bayi juga!" Setelah ia mendapat kan kebenaran. Ia segera menyalami Yovan , dan mengucapkan selamat. Tanpa Bian sadar, ia meninggikan intonasi suara nya. Sehingga, semua orang termasuk para tamu juga mendengar nya. Yang sebagian besar nya merupakan rekan kerja Yovan dan Vina.
Bisik - bisik para tamu mulai terdengar.
" Apa tadi katanya, sudah dapat calon bayi?"
" Iya itu aku juga dengar."
" Ih kok bisa gitu ya?? Vina kelihatan polos dan sopan loh ."
" Aduh, jangan dilihat muka polos, dan baik sopan nya . Dilihatnya dari cara mereka pacaran loh!" ucap seseorang yang kerap sekali melihat Yovan dan Vina berjalan merangkul pinggang Vina.
" Ihh kirain biasa aja ya pacarannya sebatas pegang - pegang aja. Ternyata, udah ada calon bayinya."
" Iya ya ,serem banget ya."
Mendengar itu wajah Vina memerah menahan amarah sekaligus malu.
Yovan angkat bicara, ia tidak mau di acara yang berharga ini reputasinya menjadi hancur. Kebaikannya menjadi keburukan.
" Eh ini salah paham semuanya! Nindi sama Bian cuman mendoakan kita supaya cepat punya calon momongan. Ia kan Bian?" Yovan Bertanya kepada Bian berharap ada jawaban iya darinya.
" Apa kamu cuman mendoakannya sayang?"Bukan jawaban ya dari mulut Bian. Tapi, Bian malah bertanya kepada Nindi.
" Bukan sekedar doa saja sayang. Tapi, memang udah terbentuk tuh , hampir jadi bayi. Soalnya udah 3 bulanan." Celetuk Nindi yang memang mengetahui apa yang ia tahu.
" Hesttt! Nindi kamu itu selalu bicara ngawur aja. Ayo ikut aku aja!" Windi datang sebagai pahlawan Vina sahabatnya .Windi menarik kasar lengan Nindi. Namun, naas piring yang bawa oleh Nindi berisi buah-buahan dan mayones itu malah tumpah mengenai wajah Vina, yang memang berhadapan dengan Vina.
"Argh..perih mas!" pekik Vina menyambar Yovan. Matanya saking perihnya terkena mayones.
Yovan segera membantu Vina. " Aduh sayang, peri ya?" Iya lah perih mas Adi tanya lagi.
"Ayo, kita pulang bareng!" ajak Dhaki kepada Divya.
" Tidak usah! Aku pulang sendiri saja," tolak Divya di parkiran. Dia malas pulang bersama suaminya, terlebih ada wanita lain yang duduk di samping suaminya.
" Ayolah dek!" desak Dhaki .
Namun, Divya terus saja berjalan menuju motornya. Motor milik Vino yang belum ia kembalikan.
" Tuh kan dia kembangkan kamu tuh!" Aldona mengompori Dhaki supaya murka kepada istrinya.
Plak!
dasar tokoh utamanya bodoh
udah tau dari awal cuman nurutin kemauan orang tua.kasih tau dong orang tuanya mana ada orang tua mau anaknya sengsara