NovelToon NovelToon
ZAREENA

ZAREENA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Sandyakala

Setelah ibunya tiada, Zareena hampir dijadikan jaminan untuk melunasi utang-utang judi Sang Ayah.

Dia marah pada Ayahnya, tapi kasih sayang dalam hati Zareena jauh lebih besar, sehingga apapun akan Zareena lakukan untuk menyelamatkan sosok Ayah yang ia sayangi. Namun segala usaha Zareena pada akhirnya sia-sia, Ayahnya meninggal dan dia harus merelakan satu-satunya rumah peninggalan kedua orang tuanya jatuh ke tangan Sang bandar judi.

Saat itu, Zareena sudah putus asa dan hampir menyerah. Tapi takdir berkata lain, di tengah ketidak pastian akan hidupnya, Zareena justru terselamatkan oleh kehadiran Ethan, putra tunggal sekaligus pewaris keluarga Hawkins.

Siapa Ethan dan kenapa dia menolong Zareena? lalu bagaimana kisah keduanya berlanjut?. Yuk, baca kisah lengkapnya dalam novel ini.

Jangan lupa tinggalkan komentar dan like sebagai dukungan kamu, ya. Selamat membaca, terima kasih 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Peluang

"Bagaimana perasaanmu hari ini?".

"Aku merasa lebih baik".

"Kamu pulih lebih cepat dari perkiraan dokter, itu luar biasa".

"Benarkah?".

Jane menganggukkan kepalanya.

"Ya. Aku kira aku akan kehilanganmu".

Leon tersenyum menatap Jane yang sejak tadi bersamanya.

"Ayo, buka lagi mulutmu. Hari ini tidak boleh ada makanan yang tersisa".

Jane kembali menyuapkan bubur ke mulut Leon.

"Terima kasih telah merawatku dengan baik".

Lagi, Jane tersenyum.

"Tidak masalah. Sudah seharusnya aku melakukan hal itu".

Leon membalas senyuman Jane. Ia mencoba menikmati sarapan paginya.

Setelah Leon sadar beberapa hari yang lalu, sekarang dia sudah bisa duduk dan belajar menggerakkan tubuhnya sedikit demi sedikit.

Jane cukup telaten merawat Leon. Setiap hari dia selalu membersihkan tubuh Leon, menggantikannya pakaian, menyuapinya makan, membantunya minum obat, dan tentu saja membantunya belajar menggerakkan tubuh.

"Di luar cerah sekali, apa aku bisa ke sana?", Leon bertanya pada Jane.

Sejak tadi dia mengamati keadaan di luar dari balik jendela.

Semburat cahaya matahari yang hangat dan bunga-bunga yang bermekaran membuat Leon tertarik untuk menikmatinya secara langsung.

Jane terdiam. Dia tampak mempertimbangkan keinginan Leon.

"Baiklah. Aku akan membawamu ke sana dengan kursi roda", putus Jane akhirnya.

"Terima kasih", Leon tersenyum.

"Sama-sama. Tapi habiskan dulu makanan ini", lagi, Jane menyuapi Leon.

Setelah selesai makan, Jane keluar dari kamar. Dia memanggil dua orang pelayan di rumah itu untuk membantunya memindahkan Leon ke kursi roda.

Perlahan, Jane mendorong kursi rodanya ke luar dari kamar.

"Wah, ini indah sekali", ucap Leon senang.

Setelah sekian lama terbaring di tempat tidur, ini adalah kali pertama dirinya bisa menikmati suasana di luar ruangan.

Berkali-kali Leon menghirup udara yang terasa segar. Wajahnya sumringah melihat sekeliling.

Rumah yang mereka tempati memang jauh dari keramaian. Suasana di sana begitu tenang. Hanya gemerisik dedaunan dan kicauan burung saja yang terdengar.

Leon juga bisa menikmati taman yang cukup luas. Di taman itu ada berbagai jenis bunga berwarna-warni.

"Ini ... indah sekali", Leon masih merasa takjub dengan apa yang dilihatnya.

"Aku senang kamu menyukainya", ucap Jane yang sekarang sudah berjongkok di samping kursi roda Leon.

Leon tersenyum. Ada damai yang dia rasakan. Semangatnya untuk segera sembuh bertambah besar.

"Aku harus lekas pulih agar bisa menikmati ini semua tanpa harus merepotkan orang lain", tekad Leon dalam hati.

Jane membiarkan Leon menikmati waktunya. Dia menatap lelaki itu dengan senyum tipis yang terukir di bibirnya.

Semula, Jane tidak ingin menyelamatkan apalagi merawat Leon. Tapi entah kenapa saat pertama kali anak buahnya membawa Leon ke hadapan Jane, hati Jane bergetar.

Di matanya, Leon memiliki daya tarik lelaki yang selama ini dia inginkan meski saat itu kondisi Leon tak sadarkan diri dan berlumuran darah akibat kecelakaan.

Terlebih setelah Leon sudah sadar. Jane semakin melihat jelas pesonanya. Jane senang Leon hilang ingatan, ini akan menjadi peluang besar untuk Jane bisa memiliki Leon seutuhnya.

"Aku pasti bisa membuatmu jatuh cinta padaku dan kamu akan menjadi milikku selamanya", batin Jane dalam hati

***

Sesaat setelah Mama Paula menyuapi Zareena, dia menerima panggilan di gawainya.

"Ya, Elis".

Sejenak, Mama Paula terlihat serius berbincang dengan Elis di telepon.

"Ya Tuhan, baiklah. Aku akan segera kembali ke sana", jawab Mama Paula cepat.

Raut wajah Mama Paula yang biasanya terlihat tenang dan ceria, kini berubah cemas dan Zareena bisa membaca hal itu.

"Apa ada masalah, Ma?", Zareena menatap Mama mertuanya.

"Papa sepertinya sakit, sayang".

"Sakit?".

"Iya. Barusan Elis bilang Papa muntah-muntah di rumah", jawab Mama Paula cemas.

Beberapa hari terakhir ini Papa Robin memang sibuk. Pria paruh baya itu harus menggantikan posisi Zareena di kantor, memantau pencarian Ethan, sekaligus mengurus bisnisnya di negara tetangga.

Papa Robin juga selalu menyempatkan melihat kondisi Zareena di rumah sakit meski dia tidak ikut menginap di sana.

"Sebaiknya Mama segera kembali ke rumah. Papa pasti sangat membutuhkan Mama saat ini", Zareena ikut cemas memikirkan kondisi Papa mertuanya.

"Tapi kalau Mama pergi, siapa yang akan menemani kamu, sayang?. Dokter bilang kamu masih harus bed rest", Mama Paula bingung.

"Aku akan baik-baik saja di sini, Ma. Ada perawat dan dokter yang bisa mengurusku", Zareena mencoba menenangkan Mama Paula.

Tok tok tok

Terdengar seseorang mengetuk pintu kamar. Mama Paula mempersilahkannya untuk masuk.

"Selamat pagi, Tante, Zareena", sapa Rayden dengan ramahnya.

"Pagi", jawab Mama Paula dan Zareena bersamaan.

"Maaf, tadi aku tidak sengaja mendengar percakapan Tante saat aku di depan pintu", ungkap Rayden jujur.

"Ah itu, tidak apa-apa, Rayden", jawab Mama Paula.

"Jika Tante mau kembali ke rumah dan jika diizinkan, biar aku yang menjaga Zareena di sini", Rayden menawarkan dirinya tanpa ragu.

Mama Paula melirik ke arah Zareena.

"Tidak perlu. Sudah ku bilang ada para perawat dan dokter yang bisa mengurusku di sini. Jangan khawatir", lagi, Zareena bersikukuh dan menolak.

Mama Paula terdiam sebentar. Dia mempertimbangkan tawaran Rayden dan kondisi Zareena.

Bukan tidak percaya pada pelayanan di rumah sakit ini, hanya saja Mama Paula merasa lebih tenang jika menantu kesayangannya itu ditemani seseorang. Jika terjadi sesuatu akan ada orang yang segera mengambil tindakan.

"Apa kamu tidak keberatan jika Tante minta tolong untuk menemani Zareena?", Mama Paula balik bertanya pada Rayden.

"Ma ...", Zareena menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju.

"Tidak, Tante. Aku tidak keberatan sama sekali", jawab Rayden pasti.

"Kalau begitu, Tante minta tolong sekali untuk sementara waktu kamu temani Zareena di sini. Tante khawatir. Nanti setibanya di rumah, Tante tugaskan Elis dan Sam untuk ke datang kemari", Mama Paula mengambil keputusan.

"Tapi, Ma ...", Zareena masih tidak setuju dengan keputusan Mama Paula.

"Sayang, di sini memang ada dokter dan perawat, tapi mereka juga bekerja dan mengurus pasien yang lain. Kalau sampai terjadi sesuatu denganmu di dalam kamar dan kamu sendirian itu akan sangat berbahaya. Mama tidak mau ambil resiko dengan kesehatanmu dan cucu Mama", terang Mama Paula panjang lebar.

Zareena menarik nafas dalam, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi karena apa yang Mama Paula katakan ada benarnya juga.

"Baiklah. Kabari aku ya Ma tentang kondisi Papa", pinta Zareena sebelum Sang Mama pergi.

"Iya, sayang. Kamu jangan khawatir dan jangan terlalu memikirkan kondisi Papa. Kesehatanmu adalah prioritas", jawab Mama Paula setelah mengecup lembut kening Zareena.

Rayden masih berdiri di tempatnya.

"Ray, Tante pergi dulu. Tolong jaga Zareena dengan baik. Kabari Tante segera jika terjadi sesuatu. Tante berterima kasih sekali atas bantuanmu", pesan Mama Paula sebelum ia pergi.

"Iya, Tante. Aku akan menjaganya dengan baik. Semoga Om Robin lekas sembuh".

Mama Paula menganggukkan kepalanya dan berpamitan pada Zareena juga Rayden.

Mama Paula sudah mengenal Rayden sejak ia kecil, bahkan Mama Paula juga bersahabat baik dengan kedua orang tua Rayden. Jadi, Mama Paula percaya untuk menitipkan Zareena pada Rayden.

1
Dwi anggun
sangat oke sekali😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!