Ini adalah kisah nyata yang terjadi pada beberapa narasumber yang pernah cerita maupun yang aku alami sendiri.
cerita ini aku rangkum dan aku kasih bumbu sehingga menjadi sebuah cerita horor komedi.
tempat dimana riyono tinggal, bisa di cari di google map.
selamat membaca.
kritik dan saran di tunggu ya gaes. 🙂🙂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ini Bukan Klimaks Cerita!!
1
Wajahnya memang Bogel. Tapi itu bukan dia, dia sudah pindah ke Ponorogo. Dan tidak mungkin dia masih berkeliaran di sekitar sini.
‘CTAR!’ Dia tetap mencambuk kan pecutnya. Tidak bilang apapun, sepatah kata pun. Apapun. Ya ampun. Eh.
“Mereka milikku.” Akhirnya dia berbicara setelah sekian menit mencambuk kan pecutnya. Dai menunjuk ke arah Efa dan Efi.
Mendengar itu. Efi langsung bersembunyi dibelakang kami. Terlihat dia ketakutan. Tidak mengerti ada apa ini, dan apa yang sedang terjadi. Semuanya terlalu cepat, terlalu singkat dan terburu-buru. Gimana sih penulisnya ini. Bikin bingung aja. Hehee
“Serahkan mereka. Mereka adalah syarat agar aku bisa mendapatkan ilmu kebal.” Kata sosok yang mirip dengan Bogel itu.
“Siapa kamu?” tanyaku. “Dan apa mau mu dengan Efi?”
“Jangan banyak bicara!” dia berteriak. Dan mengayunkan pecutnya ke arah kami.
Suaranya bagaikan petir yang menyambar, sehingga kami memekik ketakutan. Dan saat itu pula. Efa? Berteriak kencang. Teriakan yang dia teriakan padaku dulu.
Suara parau dan berat Efa. Membuat kami tambah bergidik ngeri. Aku kira. Efa akan menyerang kami. Tetapi kami salah. Dia menyerang Bogel.
Melihat itu. Angga menyarankan kami untuk kabur.
“KESEMPATAN.” Teriak dia. “AYO KABUR!”
“Tapi, kak Efa.” Jawab Efi.
“Dia bisa melindungi dirinya sendiri. Yang penting kita harus segera pergi dari sini.!” Perintah Angga.
Benar. Efa bisa melindungi dirinya sendiri dari ancaman Bogel. Mana mungkin Bogel yang kecil itu bisa melawan setan yang sedang kesetanan.
“Ayo.” Aku menyetujui saran Angga. Dan kami pun berpaling kebelakang kami.
‘Jreng!’ disana sudah menunggu sosok anak kuntil lain. Perutnya berlobang. Eh kalau berlobang jadinya kan sundel bolong ya? Apa saja deh, terserah. Yang penting dia ga kalah nyeremin sama Efa saat ini.
Anak kuntil itu mendongak ke arah kami. Sekali lagi. Kami bagaikan di sambar bledek di tengah malam. Dia, sosok anak kuntil itu. Ayu.!
Matanya mengarah langsung ke arah Efi. Penuh dendam dan amarah.
“Ini mimpi kan?” Efi bertanya kepadaku. “Ini Cuma mimpi kan Yon? Katakan padaku kalau ini Cuma mimpi.!”
“Sepertinya bukan.” Jawabku. “Kan sudah aku bilang. Ini adalah rencana yang berbahaya. Sangat berbahaya. Harusnya aku sendirian saja yang kesini.”
Suara gamelan dan kendang jaranan semakin kencang. Tempo semakin cepat sehingga membuatku sangat pusing.
Semuanya berputar-putar. Aku mual, dan perutku sangat sakit menahan mual itu. Tapi tangan Efi menguatkan aku.
“Kamu jangan ikutan kesurupan seperti Bogel Yon.” Kata dia. “Matamu mulai merah. Jangan membuat kami semakin ketakutan.”
Benar. Rasa mual dan pusing ini pernah terjadi padaku. Saat aku kesurupan di kota, di kasin. Tempat tinggal salah satu kerabat bapakku.
Aku harus kuat. Akan ku lindungi Efi. Apapun yang terjadi.
Aku menarik tangan Efi yang memegang tanganku.
“Ikut aku. Sepertinya aku ingat jalan keluar dari sini.” Kami pun berlari menjauh dari tempat itu.
Sebelumnya, aku menoleh sedikit ke arah Bogel dan Efa. Mereka saling serang!
Bogel memecut kan pecutnya ke arah Efa. Dan Efa menghindari serangan itu denga melesat di udara dengan kecepatan yang tidak dapat di ikuti oleh mata.
Rimbunan pohon pisang. Pokoknya aku harus mencari itu. Atau kalau ada. Ayam Kate yang dulu. Hei, ayam. Kamu ada dimana? Aku membutuhkanmu saat ini! Aku berjanji akan mengasih kamu jagung kering di rumah.
2
Dua putaran. Kami berputar kembali ke arah Bogel dan Efa berkelahi. Sepertinya, mereka sama kuat. Tapi aku tidak peduli. Yang penting adalah keselamatan kami. Terutama Efi. Dia satu-satunya perempuan di sini.!
Sekarang sudah ketujuh kalinya kami berputar disana. Kali ini kami hampir kehilangan harapan. Nafas kami sudah seperti mencapai batasnya.
Efa juga kuwalahan melawan Bogel. Dia sesekali memekik saat pecutnya Bogel mengenai tubuhnya. Emang setan bisa kesakitan ya?
Ayu. Dimana Ayu sekarang? Dari tadi saat kami mencoba kabur. Dia menghilang.
Aku mencarinya di sekeliling. Tidak ada tanda-tanda adanya dirinya.
“Ayu! Pegang Efa sekarang.” Teriak Bogel.
Dan secara ajaib itu pula. Ayu muncul di belakang Efa yang terlihat terpojok.
‘CTAR’ suara pecut itu memecah malam. Dan tali pecut itu sekarang mengikat Ayu dan Efa bersamaan.
Mereka berdua. Setan-setan itu. Mereka memekik kesakitan.
“Heh!” teriakku. “Bukankah Ayu di pihakmu?”
“Hahaha. Kamu kawatir sama setan nak?” kata Bogel. Kali ini suaranya sama sekali tidak aku kenali. Suaranya sudah bukan suara Bogel lagi. “Sudah dua arwah perawan aku miliki. Kurang satu.! Serahkan gadis itu! “ Dia berteriak sambil menunjuk Efi.
Sontak Efi berteriak ketakutan.
“Tidaakkk!!”
“Gel. Jangan bercanda.!” Teriakku.
“Gal gel gal gel. Namaku bukan Bogel. Namaku Angkara! Ingat itu baik-baik bocah kurang ajar.!”
Fix, dia bukan Bogel teman kami. Dia sosok orang gila yang mirip dengan Bogel. Bogel kami ada dimana dia? Apa kabarnya dia sekarang? Apakah sudah sampai di tempat yang dia tuju?
“Dari dulu kalian seperti itu. Memanggil aku seenak jidat kalian. Kalian bahkan tidak tahu namaku. Sesukanya saja memanggilku Bogel. Bahkan, kurang ajarnya kalian. Kalian memanggil nama bapakku dengan sebutan Bejo. Aku benar-benar mual, eh muak!”
“Ok, Angkara.” Kata Dika. “Maaf. Kami sama sekali tidak tahu kalau kamu merasa tersinggung dengan panggilan kami ke kamu.”
“Kalian bahkan tidak tahu nama asliku! Angkara?. Hahaha jangan bercanda!”
Terlihat Bogel atau Angkara. Atau siapapun dia. Dia sangat marah. Dan saat genting begini. Aku teringat dua nama yang ada di kitab Iblis yang aku temukan di rumah Bogel.
Ada dua nama. Satu tertulis sangat rapi yang menandakan tulisan orang dewasa.
Satunya berantakan yang menandakan tulisan bocah seumur kami.
“RADENMAS DWI PANGGA SASONGKO.!” Teriakku . “Itu namamu kan Bogel.? Sudah cukup. Kita akhiri semua lelucon ini!”
Terlihat wajah Bogel terkejut. “Tau darimana kamu nama lengkap ku?”
“Karena kita teman. Aku hapal semua nama temanku. Termasuk kamu Bogel.” Aku berbohong, aslinya aku tidak tahu nama sebenarnya Bogel itu. Cuma menebak saja. Muehehehee. Bagiku. Sekali Bogel ya tetap Bogel.
“Berhenti memanggilku Bogel!!” teriak dia. “Panggil aku Radenmas.!”
Teriakan Bogel membuat bulu kudukku berdiri tegak. Tak kusangka dia bisa mengeluarkan hawa dingin yang menusuk.
Ok, dia bukan Bogel yang aku kenal. Bukan Bogel temanku. Dia orang lain. Sekali fix ya fix dodol.
“Serahkan Efi kepadaku.” Kata Radenmas itu.
“Mau apa kamu dengan Efiku?” sergahku.
“Dia akan menjadi salah satu dari mereka berdua.” Dia menunjuk dua anak kuntil Ayu dan Efa yang masih terikat oleh pecutnya Bogel.
“Jangan bercanda!” amarah menguasai diriku. Kurasakan aliran darah ku berdesir hebat di dalam tubuhku. “Kau mau membunuh dia?”
“Tidak perlu di bunuh juga ga masalah. Yang penting harus ada tiga perawan untuk menyelesaikan ritual ku.!”
Mengetahui adiknya dalam bahaya. Setan Efa, salah satu anak kuntil itu. Dia langsung berteriak sangat kencang.
Dan saat itu pulalah ada gelombang dahsyat menghantam kami. Kami terpental cukup jauh. Namun kami tidak terluka.
Tapi, Bogel beda cerita. Dia terpental dan sekarang tubuhnya melayang di udara. Seolah-olah ada kekuatan gaib yang menahannya di sana.
“Lari,” Kata Efa. “Tinggal satu putaran lagi, kalian akan menemukan jalan keluar dari sini.”
“Biar kami yang menahan langkah Bogel.” Kata anak kuntil yang satunya lagi. Ayu. “Dia sudah bukan lagi Bogel yang aku kenal. Bogel yang aku suka.”
Efi masih ragu untuk meninggalkan tempat itu. Terutama Efa. Terlihat dari mimik wajahnya.
“Namamu Riyono kan?” tanya Efa sambil melihat ke arahku. “kamu tadi bilang Efiku kan? Aku bisa mempercayai mu untuk menjaga dia kan?”
“Ya.” Jawabku tanpa ragu.
“Ajak dia pergi dari sini. Aku sudah tidak kesepian lagi. Karena ada Efi yang sangat menyayangi ku. Walaupun aku sudah menjadi setan seperti ini. Kalau kamu ingin mengobrol sama aku. Panggil namaku akun pasti akan datang saat itu juga. Aku juga mulai menyukaimu.” Lalu dia tersenyum, seindah senyum Efiku.
“Hahaa. Anak kuntil yang nempel ke aku. Cukup satu saja. Ga usah banyak-banyak.” Jawabku. “Bisa tambah gila nanti aku.”
Efa tetap tersenyum mendengar celotehanku.
Dan aku menarik tangan Efi. Lalu menyuruh yang lain mengikuti kami.
Benar. Malam itu aku berkeliling sebanyak tujuh kali sampai akhirnya aku dapat menemukan jalan pulang.
Aku yakin, sekarang juga sama seperti sebelumnya.
Ayam Kate. Kamu dimana? Aku benar-benar membutuhkanmu slampret.
Tak lama kemudian, rimbunan pohon pisang yang aku kenal mulai nampak di depan kami. Aku ingat, ayam itu dulu menuju kesana. Aku tidak tahu sama sekali, langsung saja gas kesana.
Benar, jalan setapak ini menuju pos ronda di sebelah timur rumahku. Akhirnya kami bisa pulang. Mengakhiri malam mengerikan ini.
Pos jaga mulai terlihat. Ada seseorang sedang berjongkok di depannya.
Selamat. Kita selamat. Ada seseorang disana.! Kita tertolong.! Mungkin sih...
silahkan komen, dan share. tengkyu ferimat. 😁😁