Sherin mempunyai perasaan lebih pada Abimanyu, pria yang di kenalnya sejak masuk kuliah.
Sherin tak pantang menyerah meski Abi sama sekali tidak pernah menganggap Sherin sebagai wanita yang spesial di dalam hidupnya.
Hingga suatu ketika, perjuangan Sherin itu harus terhenti ketika Abi ternyata mencintai sahabat Sherin sendiri, yaitu Ana.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah beberapa tahun berlalu, Abi datang lagi dalam kehidupannya sebagai salah satu kreditor di perusahaan Sherin sedangkan Sherin sendiri sudah mempunyai pria lain di hatinya??
Apa masih ada rasa yang tertinggal di hati Sherin untuk Abi??
"Apa sudah tidak ada lagi rasa cinta yang tertinggal di hati mu untuk ku??" Abimanyu...
"Tidak!! Yang ada hanya rasa penyesalan karena pernah mencintaimu" Sherina Mahesa....
Lalu, bagaimana jika Abi baru menyadari perasaanya pada Sherin ketika Sherin bukan lagi wanita yang selalu menatapnya dengan penuh cinta??
Apa Abi akan mendapatkan cinta Sherin lagi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya bertemu
Waktu pun terus bergulir, hingga Sherin dan Abi di haruskan untuk bertemu kembali. Milyaran dana sudah Sherin gelontorkan untuk perusahaan Abi, yang itu tandanya, mereka siap untuk merealisasikan kerja sama mereka.
Hari ini Sherin akan pergi ke pabrik milik Abi yang telah disiapkan untuk memproduksi barang-barang mereka. Semuanya telah di siapkan dengan waktu yang singkat oleh Abi dan Anjas.
Dari tempat yang nayaman, mesin produksi serta ratusan karyawan yang mumpuni sudah siap untuk mengeksekusi semuanya.
Sherin di temani Nana memasuki pabrik itu. Tak lupa juga Abi dan Anjas yang mendampingi Sherin untuk melihat suasana di dalam pabrik.
"Pakai ini dulu, di dalam debunya sangat banyak" Abi memberikan sebuah masker untuk Sherin.
"Terimakasih Pak Abi" Sherin berjalan lebih dulu masuk ke gedung pertama. Di ikuti Abi, kemudian Nana dan Anjas.
"Di sinilah awal produksi akan di mulai Bu Sherin. Kain-kain perca, sisa-sisa kulit pembuatan sepatu dan tas yang kita dapat dari luar akan kita sortir dulu untuk kita cocokkan warna dan jenisnya" Jelas Abi saat Sherin memegang kain-kain perca yang menurutnya kualitasnya masih sangat bagus.
"Proses setelah ini apa??"
"Setelah disortir, kemudian kita washing dulu untuk kain-kainnya yang mau kita gunakan. Kalau kulit kita ada prosesnya tersendiri"
"Lalu??"
"Mari saya tunjukkan" Abi kini berjalan mendahului Sherin.
Di tatapnya pria yang berjalan di depannya itu. Pria yang tingginya sekitar 185 cm itu Sherin akui semakin gagah dengan bahu tegapnya. Sherin merasa geli sendiri karena dulu sering memeluk badan tegap pria itu saat berboncengan di motor butut milik Abi.
Wajah Abi tak berubah banyak menurut Sherin, meski garis rahangnya semakin tegas dan terlihat tampan. Tapi dia merasa biasa saja saat melihat pria itu, tidak lagi merasakan getaran-getaran memabukkan seperti dulu.
Dia sadar, itu artinya perasaannya sudah beralih sepenuhnya untuk Zain.
"Ini proses selanjutnya. Setelah semuanya di sortir, kemudian kita buat pola dulu. Baru di serahkan ke sewing untuk di jahit"
Sherin manggut-manggut tanda ia mengerti dengan apa yang Abi jelaskan.
"Hay Bos Abi ganteng" Sherin menoleh pada pria botak berpakaian glamor.
"Oh ya Bu Sherin, perkenalkan ini desainer produksi kita"
"Wow so beautiful" Ucap pria aneh itu memuji Sherin.
"Kenalkan Boyke. Saya desainer perusahaan milik Bos Abi yang ganteng tiada dua ini" Sherin menyambut uluran tangan pria kemayu itu.
"Sherin"
"Boy, Bu Sherin ini pemilik Global Group" Jelas Abi.
"Wahh, nggak nyangka. Ternyata pemilik Global secantik ini. Masih muda lagi. Makin berat dong saingan eike buat dapetin Pak Abi"
"Maksudnya??" Sherin kebingungan.
"Iya dong, eike aja udah saingan sama Ana, di tambah lagi sekarang ada Miss Sherin. Pasti Bos Abi makin bingung mau pilih Miss Sherin, Ana atau eike" Celoteh Boyke tak tau jika ucapannya membuat wajah Sherin berubah dingin.
Telinganya merasa asing ketika mendengar Boyke menyebut nama Ana. Nama itu bahkan sudah ia coret dari ingatannya namun mendadak muncul lagi ke permukaan.
"Heh, cowok jadi-jadian. Mending pergi sono!!" Anas yang merasa suasana menjadi canggung pun buka suara.
"Hufff, oke oke. Bye Bos Abi ganteng" Boy sempat mencolek bahu Abi sebelum dia lekas menjauh.
"Maaf Bu Sherin, itu di luar kendali saya"
"Tidak papa, saya mau keluar saja. Di sini panas"
"Huffftttt" Abi hanya bisa membuang nafasnya kasar. Sikap Sherin yang terus-terusan tidak mau di kaitkan dengannya membuat perasaan aneh muncul di hati Abi.
"Nona tidak papa??" Nana menghampiri bosnya yang tampak berjalan keluar dengan tergesa-gesa.
"Tidak, panas aja di dalam. Pingin keluar"
Bukannya Sherin merasa cemburu saat Boyke menyebut nama Ana sebagai saingannya. Tapi lebih pada Sherin yang tidak sudi lagi dirinya di sejajarkan dengan wanita licik itu.
"Bu Sherin, lebih baik kita kembali ke kantor saya. Kita masih perlu membahas tentang peluncuran produk kita sekalian makan siang di sana. Saya sudah menyiapkan semuanya" Abi mencoba untuk membuat suasana di antara mereka tidak canggung lagi. Sekarang dia akan menuruti Sherin yang tidak ingin membahas masa lalu mereka.
"Hemm, baiklah"
Makan siang yang telah di siapkan di ruangan Abi telah ludes oleh ke empat orang itu. Di sela makan siang itu juga mereka membahas kapan akan di launchingnya barang produksi mereka.
"Jadi kita sepakat menggunakan influencer untuk pemasaran kita??"
"Benar, karena menurut saya, gaya hidup mereka sering menjadi panutan untuk masyarakat. Dengan followers mereka yang jutaan itu, kita bisa mencakup target lebih banyak lagi dibandingkan dengan majalah atau media cetak lainnya. Di era sekarang, media digital lebih mumpuni" Jelas Abi.
"Benar Bu Sherin, rencananya kita akan menggaet beberapa influencer yang cukup berpengaruh akhir-akhir ini. Kita tau sendiri kalau mereka seperti memegang kendali tentang fashion saat ini" Imbuh Anjas.
"Baiklah saya setuju. Seiring perkembangan jaman memang pikiran kita harus lebih maju dan meninggalkan cara promosi yang lama. Dan untuk nama brandnya saya nggak ada maslaah mau apa saja karena ini kan milik Pak Abi, bukan kolaborasi dengan saya. Jadi saya tidak ikut campur"
Abi tak menyangka jika pemilik perusahaan besar seperti Sherin tak sealot pengusaha lainnya. Dengan mudahnya Sherin menerima segala masukan yang di berikan oleh Abi.
"Kalau begitu sa..."
"Sayang, aku datang!!"
Keempat orang itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Dimana Ana sudah muncul di sana tanpa memberi tau Abi lebih dulu bahkan tanpa mengetuk pintu.
Deg....
Bola mata Ana membola saat matanya bersitatap dengan seorang wanita yang duduk di hadapan Abi. Ana jelas tau siapa wanita itu meski sudah banyak perubahan pada wanita itu. Meski rambut berponinya yang dulu kini telah berganti belahan tengah, tapi Ana bisa langsung mengenalinya.
"Sherin??" Gumam Ana.
"Maaf Pak Abi, saya rasa hari ini sudah cukup. Kita bisa lanjutkan untuk pertemuan selanjutnya" Sherin langsung berdiri menenteng tasnya.
"Kami permisi Pak Abi" Pamit Nana.
"Hati-hati Bu Sherin" Hanya Anjas yang menyahuti Sherin karen Abi sejak tadi hanya menatap raut wajah Sherin yang tampak tidak nyaman karena kehadiran Ana.
Ana yang masih berdiri di dekat pintu mencoba untuk menyapa Sherin saat wanita itu hampir melewati Ana.
"Sherin, apa ka..." Namun Sherin harus menelan mentah-mentah pertanyaannya itu karena Sherin melangkah melewatinya tanpa menoleh sedikitpun.
"Permisi Nona, Anada sangat menghalangi jalan" Sinis Nana sedikit menyenggol bahu Ana, padahal tadi Sherin pun bisa melewati Ana tanpa menyenggolnya sedikitpun. Tapi entah kenapa Nana ingin sekali mencari gara-gara dengan Ana.
Ana yang masih syok itu beralih menatap Abi. Dia perlu penjelasan dari kekasihnya itu.
"Sayang, k-kenapa dia ada di sini?? Kalian sudah pernah ketemu sebelumnya?? Kenapa kamu nggak bilang sama aku??" Mata Ana mulai berkaca-kaca.
"Jelas dia bisa di sini karena dia CEO dari Global Group yang secara nggak langsung, dia jadi bos kita sekarang. Gimana?? Cantik banget kan, kaya yang gue bilang waktu itu??" Anjas tersenyum miring melihat betapa terkejutnya Ana.
"A-apa?? Jadi dia CEO itu?? Itu berarti, kamu akan terus berhubungan sama dia Bi??" Ana sudah mulai gusar.
"Iya, maaf" Jawab Abi pasrah karena sudah tidak mungkin lagi menyembunyikan hal itu dari Ana.