NovelToon NovelToon
Dokter Galak Dan Gadis Menyebalkan

Dokter Galak Dan Gadis Menyebalkan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / nikahkontrak / perjodohan / cintamanis / Nikah Kontrak / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:4.3M
Nilai: 4.7
Nama Author: D'wie

Azura adalah gadis cantik tapi menyebalkan dan sedikit bar-bar. Dia mendapatkan misi untuk menaklukkan seorang dokter tampan namun galak. Demi tujuannya tercapai, Azura bahkan sampai melakukan hal gila-gilaan sampai akhirnya mereka terpaksa terikat dalam satu hubungan pernikahan. Hingga akhirnya satu per satu rahasia kehidupan sang dokter tampan namun galak itu terkuak. Akankah benih-benih cinta itu tumbuh seiring kebersamaan mereka?

Cover by @putri_graphic

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DGGM 20. So sexy

Seketika pistol yang ada di dalam genggaman lelaki itu terlempar jauh. Sambil meringis, ia memegangi lengannya yang telah berlumuran darah. Matanya mengerjap, melihat ke sisi lain, ia pun membelalakkan matanya saat melihat dua orang yang sudah berjalan ke arahnya dengan salah satu memegang pistol sambil diputar-putar. Kedua orang itu menyeringai membuat lelaki itu tertegun.

"Tangkap dia!" seru seseorang yang sedang memegang pistol membuat lelaki itu panik. Ia pun berusaha berdiri hendak melarikan diri dengan masuk ke dalam mobil.

Namun aksinya kembali gagal karena William telah menembak ban mobil lelaki itu.

"Sial!" umpatnya sambil memukul kemudi. "Aaargh ... " ringisnya tak sadar kalau tangan kanannya tenagh terluka.

Dalam hitungan detik, lelaki itu telah diringkus bawahan William. Setelah lelaki itu di bawa ke tempat yang semestinya, Stevan dan William pun menghampiri Arkandra yang tengah membaringkan Azura di dalam mobilnya.

"Loe kenal?" tanya Stevan penasaran. Sebab setahunya, ia tak pernah terlihat dekat dengan perempuan manapun setelah peristiwa yang terjadi di masa lalunya.

Arkandra hanya diam. Ia sedang mengecek denyut nadi Azura kemudian memasangkan sabuk pengaman dan menutup pintu mobilnya dengan perlahan.

"Ar, loe kenal sama tuh cewek? Tumben-tumbenan loe mau ikut turun tangan nolongin orang." tanya William yang juga penasaran.

"Hanya ungkapan rasa kemanusiaan, apa nggak boleh?" ucap Arkandra datar membuat kedua orang itu makin bingung.

"Bukan nggak boleh Kan, justru itu bagus. Artinya rasa kemanusiaan loe masih hidup. Tapi yang jadi pertanyaannya itu, kami merasa aneh sama tingkah loe? Apalagi loe sampai emosi gitu tadi. Kalau loe nggak kenal kan nggak mungkin." cecar Stevan mengeluarkan unek-uneknya.

Arkandra hanya diam sambil melirik jam dipergelangan tangannya. William yang paham Arkandra enggan memberikan keterangan pun lantas mengalihkan pertanyaannya.

"Dia baik-baik aja kan?" tanya William.

Arkandra mengangguk. "Dia pingsan karena obat bius. Tapi bibirnya robek dan pipinya memar. Kemungkinan dia melakukan perlawanan jadi ditampar b@jingan itu." tukas Arkandra menjelaskan.

"Loe mau bawa dia kemana?" tanya Stevan.

"Rumah sakit. Dia butuh divisum juga kan buat laporan."

William mengangguk setuju. Kemudian mereka pun berpisah di parkiran club malam Miracle.

...***...

Sayup-sayup terdengar suara kicau burung. Langit tampak begitu cerah, bahkan cahaya mentari telah menerangi sebagian bumi di pagi itu. Azura tampak mengerjapkan matanya, penglihatannya masih agak terganggu akibat pusing yang dideranya. Setelah semua telah terlihat jelas, Azura terduduk dengan mat melotot. Aroma ini, ruangan ini, ia tau ini dimana.

Lalu ingatannya berputar kembali saat ia diseret oleh seorang lelaki yang tidak dikenalnya kemudian lelaki itu membekap mulutnya dengan sapu tangan yang ia yakini telah diberi obat bius. Tapi dari suaranya, ia tau kalau itu lelaki yang menyewa ruang VIP dan hendak melecehkannya. Azura mengepalkan tangannya saat mengingat hal itu.

"Breng-sek! Dasar b@jingan." geram Azura dengan sorot mata penuh amarah.

Azura memeriksa seluruh tubuhnya, ia khawatir lelaki itu telah berbuat macam-macam padanya. Pakaiannya memang telah berganti menjadi pakaian pasien. Namun ia tidak menemukan apa-apa kecuali memar di pergelangan tangannya akibat cengkraman lelaki itu. Azura menggerakkan rahangnya, namun ternyata masih terasa sakit. Azura menghela nafas panjang.

Namun ia penasaran, mengapa ia bisa sampai di rumah sakit ini? Apakah ada yang telah menolongnya saat ia pingsan? Tapi siapa? Ia tidak mengingat apa-apa setelahnya.

"Kau sudah bangun?" tiba-tiba suara yang akhir-akhir ini begitu familiar terdengar di indra pendengarannya.

Azura lantas menoleh dan membelalakkan matanya saat melihat itu benar-benar Arkandra.

Azura mengucek kedua matanya dengan tangan, namun wajah itu tidak berubah.

Arkandra menggelengkan kepalanya dengan wajah datar lalu meletakkan sebuah kantong di atas nakas do sebelah tempat tidurnya.

"Makanlah." ujarnya singkat membuat Azura mengerutkan keningnya.

"Pak dokter, kok aku ada di sini?" tanya Azura yang sudah kadung penasaran.

"Karena kamu pingsan." sahutnya singkat.

Azura manggut-manggut, "Tapi siapa yang membawaku kemari? Nggak mungkin pak dokter kan? Nggak mungkin pak dokter sebaik itu mau nolongin aku." tukasnya penuh keyakinan membuat Arkandra mendengus.

'Sudah ditolong, bukannya makasih, malah bilang nggak mungkin.'

"Memangnya kenapa nggak mungkin?" tanya Arkandra penasaran.

"Karena pak dokter nggak mungkin sepeduli itu sama aku."

Arkandra menghela nafas lelah, "Terserah kau sajalah." ketus Arkandra seraya berlalu keluar dari kamar rawat Azura.

Azura mengerutkan keningnya dengan bibir mengerucut.

"Dia kenapa sih?" gumam Azura bingung. Lalu ia segera membuka kantong yang ternyata berisi nasi uduk. Azura tersenyum lebar, kebetulan sekali ia sedang sangat lapar. Ia pun melahap nasi itu dengan begitu lahap. Tak lama kemudian seorang perawat masuk ke ruangan Azura untuk memeriksanya.

"Sus, boleh aku nanya sesuatu?" tanya Azura.

"Silahkan, Bu. Apa yang ingin ibu tanyakan?" tanya perawat itu.

"Ck ... aku masih muda gini dipanggil ibu. Panggil Azura aja, sus." ujarnya dengan mulut penuh berisi nasi membuat perawat itu terkekeh sendiri melihatnya.

"Iya mbak Azura, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya seraya tersenyum.

"Sus, kalau boleh tau, siapa ya yang bawa saya kemari?" tanya Azura penasaran.

"Sebenarnya saya kurang tau, mbak. Soalnya saya baru tugas pagi ini. Tapi menurut bisik-bisik para perawat di sini sih, mbak dibawa dokter Arkandra sendiri kemari dalam keadaan pingsan." ujarnya sambil memeriksa tekanan darah Azura.

"Hah! Ukhuk ... ukhuk ... ukhuk ... " Azura tersedak hingga nasinya menyembur ke sembarangan. Mata Azura melotot tak percaya. "Suster yakin?" tanyanya setelah Azura menenggak air minum yang disodorkan perawat itu.

"Semua bilang sih gitu. Ada dokter residen juga yang bilang jadi berita ini pasti benar." ujarnya seraya tersenyum. "Mbak ada hubungan apa emangnya sama dokter Arkan?" tanya perawat itu mulai kepo.

"Ck ... suster kepo deh!" ejeknya seraya terkekeh membuat perawat itu memberengut, tapi hanya sesaat. Kemudian ia kembali tersenyum, "Mbak bisa pulang siang ini setelah menyelesaikan administrasi. Kalau begitu, saya permisi." ujar perawat itu seraya mengundurkan diri.

"Apa mungkin pak dokter galak yang udah bawa aku ke sini? Kok bisa?" Azura mencoba mengingat-ingat apa yang sebenarnya telah terjadi malam itu, namun ia tak kunjung mengingatnya. Karena terlalu memikirkan hal tersebut, Azura sampai lupa mengabari keberadaannya pada sang adik yang tengah khawatir.

Tak mau berlama-lama penasaran, selesai makan, Azura pun turun dari atas brankar dan berjalan menuju ruangan Arkandra.

Setibanya di ruangan Arkandra, ia justru tak menemukan dokter galaknya itu. Tiba-tiba saja Azura kebelet pipis jadi tanpa mengetuk ia langsung masuk ke kamar mandi yang ada di ruangan itu. Baru saja menutup pintu dan membalik badannya, Azura langsung memekik kaget. Pun seseorang yang sedang berada di dalam sana. Dengan wajah memerah, Azura bergegas keluar dari kamar mandi. Jantungnya berdegup kencang. Tenggorokannya tiba-tiba kering. Ia memukul kepalanya, bisa-bisanya ia masuk ke kamar mandi orang lain tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

Sekelebat bayangan Arkandra yang sedang tersiram air shower melintas di benaknya. Walaupun Arkandra masih mengenakan bawahan bokser, tapi tubuh itu terlihat sangat ... sangat ... jantan. Dadanya yang bidang, perutnya yang kotak-kotak, bisepnya yang terlihat kokoh dan kencang, kulitnya yang putih bersih, oh my God, teriak Azura dalam hati. Bahkan kadar ketampanannya jadi berkali-kali lipat . Azura menggeleng-gelengkan kepalanya untuk membuang jauh bayangan itu, bagaimana ia bisa membayangkan tubuh Arkandra di saat seperti ini. Ia harus segera keluar dari ruangan itu. Baru saja Azura hendak membuka pintu untuk melarikan diri, tiba-tiba sebuah tangan menarik pergelangan tangannya hingga tubuhnya terhuyung ke belakang menabrak dada bidang Arkandra. Seketika Azura tertegun. Rambut basah dan air yang mengalir di sisi wajah hingga leher membuat Arkandra terlihat sangat seksi.

'You're so sexy, pak dokter galak!'

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

1
Al Mayra
aaah author maah ngeselin bikin ceritanyaa bikin AQ sesek niii😭😭😭
Sumia
Lumayan
Sumia
Kecewa
Nur aini Hanifah
bagus, ceritanya menarik,
Shyfa Andira Rahmi
lgi ngomongin aib diri sendiri...
Shyfa Andira Rahmi
mantan mu kyanya 🤔🤔
Shyfa Andira Rahmi
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Shyfa Andira Rahmi
udah 2 cowo nohh yg bilang gtu...apa ngga ketar ketir anda pak dokter...
Shyfa Andira Rahmi
kicep dahh...😁
Mainah Inah
siaplah pak dokter 😢😢😢
Mainah Inah
😭😭😭😭
Mainah Inah
mbok tiri lu itu
Mainah Inah
😭😭😭😭
Mainah Inah
katanya dah ada benih benih ni
Shyfa Andira Rahmi
kencana pastinya😘😘
Shyfa Andira Rahmi
curiga si gerald ini😰😰
Mainah Inah
👺👺👺👺👺
Shyfa Andira Rahmi
ahh udah ketebak ini mah...bukannya meringankan beban kk nya yg ada malah nambahin beban,knpaa ngga manut aja...blajar yg bener
Shyfa Andira Rahmi
ketemu donk ama melodi...
Mainah Inah
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!