Kesalah pahaman dua sahabat lama membuat putri salah satu di antara mereka harus menanggung derita. Ratia, putri dari keluarga Atmojo yang trus di kejar dan harus di habisi oleh keluarga Baskoro.
Ratia kecil terpaksa di sembunyikan di sebuah negara, di mana hanya kakeknya saja yang tau. Bertahun-tahun di cari, keberadaan Ratia tercium. Namun dengan cepat kakeknya menikahkan Ratia pada keluarga yang kaya dan berkuasa. Ternyata hal itu membuat Ratia semakin menderita, Aksara memiliki banyak wanita di hidupnya. Perlakuan tidak menyenangkan trus Ratia dapatkan dari suaminya itu. Dengan kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Ratia dia berhasil meluluhkan hati sang suami, namun Ratia terlanjur membenci suaminya Aksara. Rasa benci Ratia pada sang suami dan keluarganya membuat dia ingin mengakhiri hidup. Namun dengan segala cara Aksara mencegah hal itu, dan membuat Ratia luluh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rickaarsakha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergian Aksara yang Mebuat Ratia Terluka
Mentari sudah selesai menyelesaikan tugasnya untuk hari ini, hanya tersisa tamaran senja yang segera menjemput kegelapan. Sepasang anak manusia keluar dari sebuah gedung, dengan bergandengan tangan. Tawa kecil menghiasi kedua bibir itu, membuat mata yang melihat juga ikut berbinar.
Apa mungkin hati sang gadis sudah berhasil di buka, tidak semudah itu. Masih banyak keraguan yang masih membayang di lubuk hatinya.
"Sayang, seperti yang kami bicarakan tadi, besok aku sudah harus berangkat ke USA. Apa kamu mau ikut?" ya, pembicaraan mereka di ruang presdir siang tadi membahas sebuah proyek yang ada di negeri Paman Sam itu.
"Tidak Mas, masih banyak sekali PR di rumah sakit. Aku belum bisa meninggalkan beberapa pekerjaan, di tambah dua hari ini aku libur." jawab sang gadis dengan tersenyum. Ada sedikit raut kekecewaan di wajah Aksara, namun dia tidak berani memaksa.
"Baik lah, tapi berjanjilah pada ku, kau akan baik-baik saja tanpa aku di dekat mu."
"hahaha, tentu saja." Tawa yang terdengar di telinga Aksara sedikit berbeda kali ini, entah hanya perasaannya saja bahwa tawa kali ini terdengar tanpa di buat-buat. Perlahan namun pasti, getir di hidup sang istri harus segera ia singkirkan.
"Kalau kau tidak macam-macam, aku akan pulang cepat dan resepsi pernikahan kita akan segera di laksanakan."
"Oh ya, kita mau mengadakan resepsi? Akan seperti apa nanti acaranya Mas?" setiap gadis pasti menginginkan sebuah pesta impian, termasuk Ratia. Membayangkan megahnya pesta mereka nanti, membuat mata gadis itu berbinar.
"Buatlah seperti yang kau inginkan." tidak ada lagi pembicaraan mereka berdua hingga tiba di rumah.
...****************...
Pagi ini, sesuai dengan jadwal Aksara akan berangkat ke USA untuk urusan pekerjaaan. Aksara melepas sang istri dengan cukup berat. Bukan tanpa alasan, sudah beberapa waktu di lalui namun baru beberapa hari ini hubungan mereka membaik. Hubungan layaknya sepasang suami istri.
"Her, jangan tinggalkan istri ku walau pun untuk sebentar. Kau tau dia sangat nakal." katanya sambil memencet hidung sang istri, hingga memerah. "Jangan pernah membantah apa yang Herry katakan." tatapannya kembali seperti tatapan Tuan Aksara yang seharusnya, menusuk. Menandakan dia tidak main-main, jangan pernah membantah.
Mengecup bibir sang istri untuk beberapa saat, membuat orang-orang yang melihat memalingkan wajah.
"Pergilah, dan cepat kembali." menarik wajahnya dan sedikit mendorong dada bidang di hadapannya, karna sang suami mulai tidak bisa menguasai diri. Apakah secandu itu mencium bibirku, guman Ratia sambil tersipu malu.
Lambaian tangan Aksara masih terlihat, sampai mobil itu menghilang dari pandangannya. Baiklah mari bekerja, Ratia mengepalkan tangan menyemangati dirinya.
"Her ayo kita berangkat"
"Baik Nona."
Ratia terus bekerja dengan baik, memperbaiki segala sisi yang kurang dari rumah sakit milik keluarga suseno ini. Beberapa dokter pun, takjub dengan cara kerja Ratia. Kecerdasannya sangat bermanfaat, membuat kakek Suseno merasa salah satu misinya berhasil.
Setelah beberapa hari kepergian Aksara, Ratia merasa ada yang hilang. Meski Aksara kerap mengirim pesan-pesan dan menelpon namun, tetap saja ada yang mengganjal. Apakah rindu?, entahlah.
Di sore hari, di perjalanan pulang. Ratia terus memainkan gawai miliknya, sesekali melirik jalanan yang tampak masih padat.
"Her, bolehkah kita pulang ke rumah ku?"
"Ada perlu apa Nona?"
"Tidak ada, hanya rindu. Aku bahkan belum pernah pulang semenjak menikah Her." ya, semenjak hari pernikahan itu, Ratia belum pernah menginjakkan kaki di kediaman keluarga Atmojo. "dan, aku juga ingin melihat kakaku."
"Tapi Nona,"
"Kau tau Her, semenjak tahu aku akan menikah dengan Tuan Aksara, kak Rama pergi entah ke mana. Bahkan saat hari pernikahan kami, aku tak melihatnya. Sampai hari ini pun, dia tidak menelpon ku." Entah di mana Rama saat ini, namun yang pasti ibunya selalu berkata jika sang kakak baik-baik saja. Beberapa orang yang ia sayangi, menghilang tak memberi kabar sedikit pun. Erina, Pak Muh, dan Rama. Bahkan bukan hanya Rama, di hari pernikahannya Pak Muh juga tak terlihat sama sekali.
"Saya akan menelpon tuan Aksara terlebih dahulu Nona," Herry langsung menepikan mobil. Sebenarnya dia tidak di perbolehkan membawa Ratia ketempat lain, selain ketempat kerja. Namun, mendengar apa yang Nonanya sampaikan tadi, dia pun tidak sampai hati untuk menolak.
Di mobil Ratia hanya memeperhatikan, berharap bahwa sang suami mengizinkan untuk pergi meski hanya sebentar. Tidak lama Herry kembali ke mobil.
"Bagaimana?"
"Tuan Aksara tidak memberi izin Nona. Dia akan segera pulang dan akan pergi bersama Anda nanti." ada sedikit kecewa di wajah gadis itu, namun dia sadar tidak semudah itu bisa bergerak bebas jika suaminya Tuan Aksara.
"Ya sudah, ayo kita pulang."
Memangnya apa yang aku harapkan, anggap saja aku hidup hanya untuk Tuan Aksara. Ratia
Ternyata Aksara belum memberi sedikit saja ruang kebebasan untuknya, hanya perlakuannya saja yang sudah lebih baik.
Laju mobil kembali di pacu Herry, membuat rasa rindu di hati Ratia semakin terbenam, seiring berjalannya mobil yang mereka kendarai.
Sesampainya di rumah, Jagad Suseno sudah nampak menunggu sejak tadi.
"Kakek, dari mana saja beberapa hari ini?'' tanya Ratia, bersemangat menyambut uluran tangan lelaki tua itu.
"Ada urusan sebentar, ayo masuk." tentu saja dia berbohong. Bagaimana pun keputusan Jagad Suseno agar Ratia bekerja, ternyata memancing keluarga Baskoro untuk membuat rencana lain. "oh iya Ratia, apa Aksara memperlakukan mu dengan baik beberapa hari ini?" mendengar pertanyaan itu Ratia hanya tersenyum kecut. Sangat baik, bahkan dia berhasil meniduri ku kek, pekik Ratia dalam hati. Tapi malu sekali jika menceritakan hal itu, terlebih mereka menikah sudah cukup lama.
Sangat baik Tuan, sudah seperti orang gila cucu anda.Herry
Herry hanya diam di belakang, memperhatikan Ratia yang salah tingkah. Ingin rasanya dia saja yang menjawab.
Hari terus berlalu sudah hampir dua pekan semenjak kepergian Aksara, bahkan tiga hari ini tidak ada pesan sama sekali yang di kirimnya pada sang istri.
Dering pesan yang masuk siang ini, membuat Ratia terhentak. Dia memang sudah menunggu pesan masuk, dari beberapa hari yang lalau. Namun, dia harus kecewa bukan sang suami yang mengiriminya pesan. Sebuah nomor baru, yang berawalan +1 menandakan bukan berasal dari tanah air.
Kedua kelopak mata Ratia terbuka dengan lebar, getar di tangannya membuat bendah pipih itu seketika terjatuh. Tubuhnya seketika membeku untuk beberapa saat. Banyak foto-foto yang di kirim seseorang padanya. Memperlihatkan sang suami sedang bermesraan dengan seorang wanita di sebuah klub malam.
Pantas saja dia melupakan ku beberapa hari ini, ternyata dia sedang bersama wanita lain.Ratia
Untungnya dengan cepat gadis itu bisa menguasi diri. Mengirim kembali foto-foto tersebut kepada sang suami. Tidak menunggu penjelasan, dia menonaktifkan hpnya dengan cepat. Setelah membereskan beberapa hal, Ratia beranjak keluar, menyelinap lewat pintu yang jarang di gunakan orang-orang.
Baiklah, sepertinya memang tidak ada harapan bisa bahagia dengan Tuan Aksara.
Herry yang menunggu di pintu sejak tadi tersentak, sebuah panggilan dari Tuan Aksara membuatnya dengan cepat merespon.
"Ada apa Tuan?"
"Mana istriku? Hpnya tidak aktif dari tadi." nada suara Aksara terdengar begitu cemas. Tanpa bertanya lagi Herry berari kesebuah ruangan, Namun begitu masuk dia tidak kalah terkejut Ratia tidak ada di sana.
Ya tuhan habislah aku. Herry
double up