NovelToon NovelToon
Penjaga Gerbang Semesta

Penjaga Gerbang Semesta

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Mengubah Takdir / Dokter Ajaib / Kultivasi Modern
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: ansus tri

**Meskipun cerita ini beberapa diantaranya ada berlatar di kota dan daerah yang nyata, namun semua karakter, kejadian, dan cerita dalam buku ini adalah hasil imajinasi penulis. Nama-nama tempat yang digunakan adalah *fiksi* dan tidak berkaitan dengan kejadian nyata.**

Di tengah kepanikan akibat wabah penyakit yang menyerang Desa Batu, Larasati dan Harry, dua anak belia, harus menelan pil pahit kehilangan orang tua dan kampung halaman. Keduanya terpisah dari keluarga saat mengungsi dan terjebak dalam kesendirian di hutan lebat.

Takdir mempertemukan mereka dalam balutan rasa takut dan kehilangan. Saling menguatkan, Larasati dan Harry memutuskan untuk bersama-sama menghadapi masa depan yang tak pasti.

Namun, takdir memiliki rencana besar bagi mereka. Pertemuan mereka bukanlah kebetulan, karena keduanya ditakdirkan untuk memikul tanggung jawab yang jauh lebih besar. Menjadi Penjaga Gerbang Semesta. Dan pelindung dunia dari kehancuran!. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ansus tri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Mansion Bangsawan

“Pengawal..!!, bawa mayat Robert dari sini. Pengurus rumah, siapkan dan atur pemakamannya, yang akan diadakan besok.

Kita akan mengadakan pemakaman yang besar untuk Robert.” Han Huang, sang kepala Klan, memerintah dengan suara dingin dan penuh wibawa.

Aura kemarahannya memenuhi ruangan, membuat udara terasa berat dan menyesakkan. Setelah para pelayan dengan hati-hati membawa jenazah Robert, meninggalkan jejak kesedihan yang mendalam, Han Huang melemparkan pisau baja berkilau, yang terlihat sangat tajam ke arah Heydar.

Pisau itu mendarat tepat di depan kakinya, berdenting tajam di lantai marmer yang dingin. “Kamu tidak bisa melindungi Tuan mudamu dengan baik. Pilih, Potong telinga atau lima jari tanganmu,” perintahnya, setiap kata terucap seperti batu yang jatuh, keras dan tak terbantahkan.

Heydar, alih-alih menunjukkan rasa tidak puas, justru merasa lega. Kematian Robert di bawah pengawasannya adalah kesalahan yang tak termaafkan, namun ia dibiarkan hidup.

Ini adalahbelas kasihan dari Klan Huang, sebuah Klan yang dikenal akan kekuasaan dan kekejamannya. Memotong lima jari  atau Dua daun telinga adalah harga kecil yang harus dibayar untuk kegagalannya.

Tanpa ragu, Heydar mengambil pisau baja itu. Bilahnya yang tajam memantulkan cahaya lilin

yang redup, menciptakan kilatan mengancam di matanya.

“Cheessht!” Darah menyembur dari luka yang menganga di telinga kirinya. Rasa sakit yang tajam

menjalar seperti sengatan listrik, membuat jantungnya berdebar kencang.

Namun, Heydar tetap diam, menggigit bibirnya hingga tidak terasa berdarah. Ia adalah seorang Master, seorang pejuang yang terlatih untuk menahan rasa sakit. Ia tidak akan menodai reputasinya dengan menunjukkan kelemahan di hadapan Klan Huang.

Dengan satu tarikan cepat, Heydar menarik pisau itu, mengiris daging dan otot. “Sret!” Darah mengalir deras, menetes di wajah dan lehernya, membentuk jalur jalur kecil yang mengerikan.

“Uh huh..sshh..” Rasa sakit itu nyaris tak tertahankan, memaksanya untuk mengeluarkan erangan tertahan. Keringat dingin membasahi tubuhnya, namun tekadnya tetap teguh.

Ia memutar pisau itu, menggertakkan giginya, dan… …dengan gerakan terakhir yang penuh tekad, ia memutuskan kedua daun telinganya.

Bau anyir darah memenuhi udara, bercampur dengan aroma dupa yang dibakar untuk menghormati mendiang Robert.

Seorang pelayan bergegas maju dengan obor kecil, membakar Luka ditelinga Heydar untuk menghentikan pendarahan.

Asap mengepul, membawa serta aroma daging dan rambut terbakar yang memuakkan. Heydar tetap berlutut, wajahnya pucat pasi, namun tubuhnya tegak. Ia telah membayar harga untuk kesalahannya, dan ia akan menanggung konsekuensinya dengan bermartabat.

Seorang pelayan lain dengan hati-hati membalut luka Heydar dengan kain bersih. Setelah pendarahan berhenti, Heydar bangkit, tubuhnya sedikit goyah.

Ia menunduk hormat kepada Han Huang. “Silakan perintah selanjutnya, kepala keluarga,” suaranya serak, namun penuh tekad.

Han Huang menatap Heydar dengan tatapan dingin dan penuh perhitungan. “Mundur,” perintahnya singkat. Heydar menurut, mundur ke samping, berdiri di antara bayangan, rasa sakit yang berdenyut di kepalanya menjadi pengingat konstan akan kegagalannya.

Han Huang mengalihkan pandangannya, matanya yang tajam tertuju pada seorang pria paruh baya yang duduk di kursi di dekatnya.

Pria itu mengenakan seragam militer rapi, empat bintang di pundaknya berkilau di bawah cahaya lilin.  “Song Huang,” panggil Han Huang, suaranya tenang, namun mengandung kekuatan yang tak terbantahkan. “Apa pendapatmu?”

Song Huang, seorang tokoh penting di militer dan anggota Klan Huang yang dihormati, berdiri dengan hormat. “Tuan ” jawabnya, suaranya dalam dan terukur. “Berdasarkan informasi yang baru kami terima, anak yang membunuh Tuan Muda Robert adalah pemenang Kejuaraan Turnamen Bela Diri Militer. Ia dianugerahi pangkat Kolonel oleh negaranya dan mewakili Negara Seribu Nusa. Saya harap Tuan berhati-hati.”

Senyum dingin mengembang di bibir Han Huang. Peringatan Song Huang tidak membuatnya gentar. “Bungkam Setiap orang yang pergi ke arena bersama Robert sebelum kematiannya dan membuatnya berpartisipasi dalam kompetisi,” ucapnya, suaranya sedingin es, “Aku ingin orang-orang itu dan keluarga mereka kehilangan reputasi

mereka dalam waktu satu hari. Segera atur semuanya.”

Perintah Han Huang bukanlah permintaan, melainkan sebuah dekrit, sebuah kutukan yang akan segera menimpa mereka yang berani menentang Klan Huang.

Song Huang mengangguk, memahami sepenuhnya kekejaman tersembunyi di balik kata-kata tenang

pemimpin Klan. Ia melangkah mundur, membaur dengan bayangan, siap untuk menjalankan perintah tanpa ampun.

Di luar mansion, kabut tipis mulai turun, menyelimuti halaman dengan aura misteri. Kabut itu bukan kabut biasa; ia berputar dan berdenyut dengan energi samar, seperti gema dari kekuatan kuno yang tertidur di bawah tanah.

Beberapa anggota Klan yang lebih tua merasakan hawa dingin merayap di tulang mereka, sebuah firasat samar bahwa sesuatu yang besar, dan mungkin berbahaya, sedang terjadi.

Di tengah kesunyian ini, sebuah limusin hitam melaju menembus kabut, menuju gerbang Mansion Klan Huang. Di dalamnya, Billy Huang, putra Charles dan pewaris potensial Klan, duduk dengan gelisah, wajahnya pucat pasi.

Di sampingnya, Harry, sang juara misterius dari Negara Seribu Nusa, tetap tenang dan tidak terganggu, matanya

mengamati pemandangan di luar jendela dengan penuh perhatian.

“Tuan Harry,” kata Billy, suaranya tegang karena gugup, “Ketika kita bertemu dengan Kakek, ingatlah untuk tidak banyak bicara. Aku akan menjelaskan semuanya. Dia akan mendengarkan aku.” Harry menoleh, senyum tipis bermain di bibirnya.

“Apakah begitu?” tanyanya, suaranya tenang dan terukur. “Dan apa yang akan kamu katakan padanya, Billy? Bahwa kita hanya kebetulan berada di tempat yang salah pada waktu yang salah? Bahwa kematian Robert hanyalah sebuah kecelakaan yang disesalkan?”

Billy tergagap, tidak yakin bagaimana menjawabnya. Kata-kata Harry terasa tajam, mengungkap kenyataan suram dari situasi mereka. Mereka sedang menuju ke sarang singa, dan penjelasan yang lemah tidak akan cukup untuk menyelamatkan mereka.

Limusin itu berhenti di depan pintu masuk mansion yang megah. Dua penjaga berpakaian hitam, wajah mereka tanpa ekspresi, membuka pintu dengan serentak. Billy melangkah keluar, tubuhnya tegang karena antisipasi.

Harry mengikutinya, tatapannya mengamati detail mansion dengan cermat, dari ukiran rumit di pilar batu hingga jendela-jendela tinggi yang gelap.

Udara dipenuhi dengan aroma bunga lili dan dupa, aroma yang biasanya menenangkan, namun kali ini terasa berat dan menyesakkan.

Mereka diantar melalui lorong-lorong yang luas dan remang-remang, dihiasi dengan lukisan leluhur Klan Huang dan permadani sutra yang mahal.

Setiap langkah diiringi gema hening di aula yang sunyi, meningkatkan ketegangan yang semakin menebal. Akhirnya, mereka tiba di sebuah pintu ganda yang menjulang tinggi, dijaga oleh dua sosok kekar yang mengenakan seragam tempur dan senjata Thermal lengkap.

Billy berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan sarafnya, sebelum memberi isyarat kepada para penjaga untuk membuka pintu.

Ruangan di balik pintu itu luas dan mewah, diterangi oleh lampu kristal yang berkilauan dan perapian besar yang menyala di dinding yang jauh.

Di tengah ruangan, duduk di kursi kayu ebony yang diukir dengan rumit, adalah Han Huang. Sosoknya yang tua namun kuat memancarkan aura otoritas yang tak terbantahkan. Matanya yang tajam, setajam elang, tertuju pada Billy dan Harry saat mereka memasuki ruangan.

“Kakek,”

kata Billy, suaranya sedikit gemetar. “Aku membawa Harry, seperti yang kau minta.”

Han Huang tidak menjawab, tatapannya tidak beralih dari Harry. Setelah hening beberapa saat yang terasa seperti selamanya, ia akhirnya berbicara, suaranya serak namun berwibawa. “Jadi, kaulah yang telah menghancurkan dunia kami.”

Harry melangkah maju, berdiri tegak di hadapan pemimpin Klan Huang. “Dunia yang kau ciptakan dibangun di atas fondasi yang rapuh, Tuan Han,” jawabnya tenang. “Dan terkadang, dibutuhkan satu dorongan kecil untuk meruntuhkannya.”

Harry setenang biasanya. Sepertinya dia tidak merasakan kemarahan dari Klan Bangsawan Huang di sekitarnya. Dia melihat sekeliling dan memperhatikan raut  wajah semua orang yang hadir. Kecuali Kepala Keluarga  yang duduk di atasnya. Ada 12 orang di kedua sisi, termasuk Charles ayah Billy.

1
Amelia
Harry dan Larasati god job...👍👍👍
ansus tri
terima kasih.
Neng Moy
lanjutkan ceritanya seru
ansus tri: tiap hari akan update tiga bab. terimakasih 🙏
total 1 replies
Amelia
semangat aku dukung per bab ya ❤️❤️❤️
ansus tri: terimakasih atas dukungan-nya 🙏
total 1 replies
Amelia
aku mampir Thor semangat ❤️👍
💟《Pink Blood》💟
Jantung berdegup kencang.
Levi Ackerman
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Gassing Richies: itulah knp sy mlaas buka jika msih kurang stocknya....tungguin banyak dulu sekira 100an baru star
total 1 replies
yeqi_378
Gak sabar lanjut ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!