Darra Smith adalah seorang anak yatim piatu yang menikah muda dengan suaminya Raynard Walt. Di tahun kedua pernikahannya, semuanya berubah. Mertua dan kakak iparnya kerap ikut campur dengan rumah tangganya. Di tambah perusahaan yang dibangun suaminya mengalami masalah keuangan dan terancam bangkrut. Situasi kacau tersebut membuat Raynard selalu melampiaskan kemarahannya kepada Darra. Ditambah lagi Darra tak kunjung hamil membuat Raynard murka dan menganggap Darra adalah pembawa sial.
"Aku sudah tidak sanggup hidup denganmu, Darra. Aku ingin bercerai!"
Kalimat itu seperti suara gelegar petir menghantam Darra.
Setelah kejadian pertengkaran hebat itu, kehidupan Darra berubah. Bagaimana kisah selanjutnya
ikuti terus ya....
Happy Reading 😊😊😊
Update hanya hari senin sampai jumat 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani.hendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
UNDANGAN PANTI ASUHAN
💌 POSESIF SETELAH BERCERAI 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
LIMA BULAN KEMUDIAN.
Pagi yang indah menyambut Darra. ia benar-benar tertidur lelap. Semalaman Darra tidak bisa tidur karena perutnya yang semakin membesar. Setiap malam berbagai keluhan selalu datang. Emosinya pun naik turun karena perubahan hormon yang dialaminya. Belum lagi sakit nyeri punggung yang memicu rasa tidak nyaman.
Darra masih berbaring nyaman di kasur empuknya. Malam ini terasa lebih lelah dari malam-malam sebelumnya. Sampai pagi ini, ia tidak menyadari matahari telah menerangi kamarnya. Darra mengerjap dan menyipitkan matanya sebagai bentuk reflek saraf untuk melindungi retina dari cahaya yang tiba-tiba.
"Aahhhhh....sudah pagi?" Tangannya menyelusup ke atas. "Hmmm.. pagi yang cerah. Sepertinya masih bisa lanjut untuk tidur lagi." ucapnya dengan senyuman indah sambil memeluk bantal gulingnya. Ia mencari posisi yang nyaman, agar bayi dalam kandungannya juga ikut nyaman.
Namun, reflek Darra membuka matanya. Ia teringat dengan undangan Pesta Perayaan Panti Asuhan St Maria. Memang sudah beberapa kali pihak panti asuhan mengajak Darra untuk dapat mengunjungi Panti Asuhan St Maria agar berjumpa dengan adik-adik di Panti. Namun memang belum waktu dan saatnya belum tepat saja. Hingga akhirnya, pesta penting itu mengharuskan Darra menghadiri acara penting itu. Acara perayaan panti asuhan itu mengundang orang-orang penting, bahkan anak-anak yang dulunya tinggal di panti asuhan dan kini menjadi sukses ikut juga diundang dalam acara itu.
Darra tersenyum sambil membelai perutnya dengan lembut. Ia sedang berada dalam momen bahagia menanti kelahiran anak pertamanya. Saat ini, usia kandungannya sudah tujuh bulan. Sang jabang bayi pun sudah aktif bergerak di dalam rahimnya. Darra tersenyum begitu terharu saat pertama kali bisa merasakan gerakan bayi yang ada di rahimnya. Ia sangat bahagia sampai menangis ketika bisa merasakan 'tendangan' sang anak.
"Selamat pagi sayang? Mommy sudah tidak sabar ingin bertemu denganmu. Kita harus sehat sampai waktunya tiba ya." Darra berbicara lembut, tiba-tiba bayinya menendang.
"Aaaww..." Darra kaget saat merasakan tendangan bayinya semakin kuat. "Sepertinya anak mommy juga tidak sabar ingin bertemu mommy ya?" ucap Darra tersenyum haru.
Banyak perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Namun tak membuat Darra berkecil hati. Ia hanya menginginkan anak yang dikandungnya lahir dalam keadaan sehat. Senang, galau, haru, sedih, bahagia, takut semua gak karuan menjadi satu. Tapi satu hal yang pasti, Darra belajar banyak sekali dalam mempersiapkan itu semua. Ia sudah siap menjadi ibu dan sekaligus menjadi ayah bagi anaknya.
Darra tersenyum haru dan kembali berbicara sambil membelai perutnya dengan lembut. "Sayang, mommy sangat penasaran, kamu lagi apa di dalam sana nak? udah mulai sempit ya ruang bermain kamu. Masih ada dua bulan lagi kamu punya kesempatan bermain di dalam perut mommy. Mainlah sepuasnya, tapi tetap sehat dan tenang ya sayang. Kamu anak pintar, baik-baik di dalam sana, tetap sehat dan berkembang, semoga nanti lancar pas keluar ya. Mommy sayang kamu nak."
Kling...kling....kling!
kling...kling....kling!
Tiba-tiba handphone Darra berbunyi. Ia segera mengambilnya dan menatap layar pipih itu. Darra seketika tersenyum simpul saat melihat nama Kayla yang tertera di layar dengan tulisan memanggil. Darra segera mengangkatnya, sebelum panggilan itu berakhir.
"Hallo Kayla, kenapa menelpon, sudah merindukanku ya?" Ucap Darra tertawa diujung telepon. Sahabat yang selalu ada untungnya. Bahkan tengah malam, saat Darra menginginkan sesuatu. Kayla dengan cepat membelikan makanan yang dia inginkan.
"Eits...siapa bilang? aku merindukan keponakanku yang masih di dalam perutmu."
"Hahahaha," Darra tertawa awkward. "Pagi-pagi sahabatku sudah menelpon. Ada apa Kayla? Apa kau ribut lagi dengan Carlos?" ledek Darra tersenyum kecil.
Terdengar hembusan napas Kayla di ujung telepon. "Bukan ribut sih, aku hanya kesal dengan Carlos."
"Kenapa?" kejar Darra. "Apa dia selingkuh?" Tanya Darra lagi.
Kayla menggelengkan kepalanya, walau Darra tidak bisa melihatnya. "Carlos gak pernah selingkuh Darra, dia setia dan sangat mencintaiku."
"Jadi masalahnya apa sekarang?"
"Dia mengajakku menikah."
"Ha...Kau serius?" Darra meyakinkan dengan pendengarannya.
"Hmmm..."
"Bagus dong, itu artinya dia serius sama kamu, Kayla."
"Tapi aku belum siap Darra. Aku belum mau menikah. Aku masih ingin menghabiskan masa mudaku dengan baik. Aku tidak mau...."Kayla menangguhkan kalimatnya.
Darra mengembuskan napas lesu. "Hei....tidak semua lelaki itu sama. Jangan samakan Carlos dengan Ray. Carlos lelaki bertanggung jawab dan aku bisa merasakan kalau dia tulus mencintaimu."
"Tapi aku belum siap... Aku merasa pernikahan rumit."
"Siapa bilang? Kalau kita menjalani dengan baik, pernikahan itu indah kok. Di mana, sudah seharusnya pasangan suami istri saling memberi kasih sayang serta perasaan aman satu sama lain. Dan pasangan kita itu bisa menjadi sahabat yang di dalamnya dipenuhi oleh kasih sayang dan perasaan cinta."
"Kenapa kita jadi bahas pernikahan sih?"
"Lah.... bukannya kau sendiri yang memulai."
"Intinya aku belum mau menikah, titik!"
Darra tersenyum sambil menggeleng kepalanya. Kayla memang bukan tipikal anak yang terburu-buru mengambil keputusan. Ia mempertimbangkan tindakan secara matang sebelum melakukan sesuatu, untuk menghindari kesalahan yang dapat berdampak negatif pada dirinya sendiri.
"Darra, kamu masih di sana?" Tanyanya saat Darra hanya diam.
"Hmmm, aku masih di sini."
"Nanti kamu siap-siap ya,"
"Heuh, bersiap? kau mau mengajakku makan siang lagi?"
"Hmm, jam makan siang aku langsung ke sana."
"Tapi aku gak bisa Kayla. Aku mau ke acara panti asuhan."
"Maksudmu ke panti tempat tinggalmu dulu?"
"Hmmm...."
"Perjalanan ke sana dua jam Darra. Apa kamu yakin mau pergi ke sana?"
"Aku gak enak menolak undangan dari suster Beata. Ini acara penting buat mereka dan aku pernah tinggal di sana."
"Baiklah, tapi kamu harus hati-hati ya, kamu harus jaga kandungmu dengan baik."
"Oke perintah dilaksanakan!"
"Hmm, baiklah. Aku mau ibadah dulu, sampai bertemu besok, Darra!
"Iya, Kayla. Bye...." sahut Darra tersenyum.
"Bye, Darra!"
Panggilan telepon pun berakhir. Darra tersenyum dengan pandangan sayu. Hatinya menghangat.
Darra melangkah meninggalkan kamarnya. Ia sudah tidak tinggal bersama Kayla lagi. Ia tinggal di apartemen kecil yang disewanya satu bulan yang lalu. Darra langsung menyiapkan sarapannya. Ia sengaja membuat sarapan yang mudah untuk pagi ini. Sarapan yang terbuat dari kentang saja. Darra membuat stampot pagi ini. Makanan ini yang paling ia sukai. stampot adalah kentang rebus yang dihancurkan, bisa juga dilumat dengan sayuran rebus lainnya. Ada sayuran direbus seperti brokoli dan wortel juga. Semenjak hamil Darra menyukai makanan ini, ia sudah terbiasa dengan sarapan seperti itu.
Darra tersenyum, saat sarapan itu sudah selesai ia sajikan. Ia menikmati sarapannya sambil menyeruput teh hangat. Stampot adalah menu sarapan yang termudah yang bisa cepat dilakukan oleh siapa pun.
Pagi yang tenang. Darra menatap ke arah luar sambil menikmati pemandangan dari atas apartemennya. Bibirnya tersenyum simpul. Ia kembali menyeruput teh buatannya sendiri. Darra duduk sambil menatap jendela kaca yang berembun. Tadi malam hujan turun dengan sangat deras. Pandangannya jauh menerawang, ia kembali teringat kepada sosok lelaki yang diam-diam selalu menanyakan kabarnya melalui Kayla. Dave yang pernah di tabrakannya dan menyelamatkannya di jembatan. Lima bulan sudah berlalu. Kini Dave tidak lagi menanyakan kabarnya.
"Apa kabarnya sekarang?"
Darra tersenyum melepaskan lamunannya. Ia kembali menikmati teh hangat di tangannya. Rintik-rintik hujan telah diganti oleh sinar matahari pagi. Minggu yang cerah. Hari ini sesuai janjinya, Darra akan menghadiri acara panti asuhan St Maria.
BERSAMBUNG.....
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini Novel ke sepuluh aku 😍
Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.
^_^
orang kl dah move on dia akn biasa saja, tp kl lihat sikap dara dah tau dara blm move on, mending Dave cari yg lain saja lah, Dara blm selesai dng hatinya, drpd sakit nnti.
Dara biar jd istri ke dua ray kn masih cinta. kl dah gk cinta pasti akn biasa saja dan dng elegant melawan ray. 🤣
kurang /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/